Happy Reading ♡
***
Author POV
“Assalamulaikum.” Vigo sampai dirumahnya, namun ada yang berbeda. Biasanya saat dia pulang ada Vega yang menyambutnya dengan antusias, atau Vigo akan menemukan adik kesayangannya itu sedang memasak makan malam di dapur, tetapi kali ini rumah sangat sepi saat Vigo pulang.
“Vega.” Vigo masuk ke kamar Vega dan melihat adik kesayangannya yang sedang tertidur dengan lelap, lelaki itu pun tersenyum lalu mengusap sayang kepala Vega.
Saat mengusap kepala Vega, Vigo merasa suhu badan adiknya tidak normal, ia pun mengecek dan menempelkan tangannya di dahi Vega. “Panas banget badannya.”
Vigo dengan cepat mengambil plester demam di kotak obat, lalu menempelkannya pada dahi Vega. Vega yang merasa terusik pun terbangun dari tidurnya.
“Bang Vigo? Lo udah makan bang?”
Vigo berdecak, “Gampang udah, lo kenapa? Badan lo panas banget.”
“Bang.”
“Hmm?”
“Bang Vigo besok kalo ada telpon dari sekolah sempetin dateng ya?”
“Kenapa? lo ada masalah?” Tanya Vigo panik.
“Felin balik bang, Vega takut.” Vega menunduk, Vigo yang mengerti saat Vega menyebut Felin pun langsung memeluk adik satu-satunya itu, sudah sangat dipastikan kalau adiknya sedang dalam masalah besar, mengingat kejadian dahulu memang belum terselesaikan secara benar.
“Vega kangen bunda bang.”
“Iya iya, tenang ada abang disini, bunda juga sebentar lagi pulang, lo gausah takut ada abang disini ya?” Vigo mengusap air mata yang jatuh di pipi Vega. “Sekarang lo cerita yang rinci apa yang terjadi, jangan ada yang kelewat pokonya.”
Vega pun menceritakan semua yang terjadi kepada Vigo. Vigo hanya mampu menenangkan dan menyemnagati sang adik, dan membantunya menyelesaikan masalah Zahra.
Soal bagaimana Felin laki-laki itu sebenarnya tidak mau memberikan pelajaran keras pada anak SMA, tetapi jika nantinya Felin sudah bermain fisik dan melakukan lebih dari ini, maka Vigo sendiri yang akan turun tangan untuk memberikan anak itu pelajaran.
***
Walaupuan masih dalam keadaan kurang sehat Vega memaksa untuk tetap datang ke sekolah, ia tidak ingin dianggap lari dari masalah, jika ia tidak datang bukankah asumsi orang-orang tentangnya akan semakin negatif?
Jadi ia memberanikan diri untuk menghadapi segala resiko termasuk diabaikan oleh teman-temannya yang lain. Sedari tadi hanya Ninda satu-satunya teman yang menemaninya kemanapun, Ninda tidak ingin kejadian kemarin di koridor saat Vega dipermalukan terulang, jadi Ninda memutuskan untuk menemani sahabatnya.
Saat ini sedang jam Istirahat. Ninda dan Vega sengaja menunggu sampai semua anak kelas keluar baru ia akan mengajak Vega ke kantin.
"Yuk kantin.” Ajak Ninda.
“Lo gak bareng yang lain?”
“Ko gitu? gue kan mau sama lo.” Jawab Ninda, memanyuknkan bibirnya.
“Varo gimana?”
“Gapapa dia ngerti ko, nanti lagi gue bucin nya, masi banyak waktu lah.”
“Banyak waktu apaan? Varo kan mau ke Amerika.”
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me, Vega ✅
Teen Fiction⚠️ COMPLETED ⚠️ 15+ -------------------- Vega. Bukan seorang gadis populer, cantik, body goals atau apa pun itu. Vega hanyalah Vega. Seorang gadis yang sulit percaya diri. Bersahabat dengan Ninda membuat Vega beruntung dan memiliki beberapa teman. ...