Happy Reading ♡
***
Author POV
Sudah tiga hari berlalu semenjak Vega dipanggil oleh bu Sinta ke ruang bimbingan konseling, keadaan sekolah sudah mulai membaik, tidak ada lagi yang memberikan hujatan atau bergosip tentang Vega karena pihak sekolah memberikan klarifikasi dengan baik dan meminta murid tidak menghina Vega atau almarhumah Zahra yang sudah tiada, sehingga seluruh murid pun sudah tidak ada lagi yang membicarakan hal tersebut.Felin pun sudah tidak menganggu Vega, ia bersikap tidak perduli dan tidak mengenal Vega saat bertemu atau berpapasan di area sekolah, Vega berpikir mungkin Felin lebih nyaman seperti itu jadi Vega tidak ambil pusing dengan sikap Felin.
Risya dan pengurus inti Alaska juga sudah meminta maaf kepada Vega, Risya, Nuga, Varo, terutama Gilang yang memberikan sebuah hadiah kecil berupa kalung sebagai permintaan maafnya karena tidak mempercayai Vega. Vega dilarang menolak hadiah tersebut, jadi ia menerimanya juga dengan senang hati.
Emil pacar Rian juga meminta maaf kepada Vega, atas semua kesalahnnya dahulu, Vega sangat senang, itu tandanya Rian masih orang baik yang membawa pengaruh baik untuk Emil, jadi Vega rasa dirinya sudah sedikit berdamai dengan masa lalunya dan Rian.
Ilham? Ilham tidak ada di kantin saat ini, saat Vega berbaikan dengan teman-temannya Ilham tidak ikut berkumpul, sepertinya ia masih kecewa dengan perkataan Vega. Vega juga mengakui bahwa dia keterlaluan saat itu, Vega juga jadi tidak bisa menjelaskan masalah Felin kepada Ilham, sehingga laki-laki itu masih salah paham.
“Ilham kemana?” Tanya Vega di sela-sela candaan mereka.
Teman-teman Vega tampak menyembunyikan sesuatu, terlihat jelas dari gelagat mereka yang seperti saling melempar untuk menjelaskannya pada Vega.
“Paling juga ke lapangan basket Ga, biasa si Ilham mah.” Jawab Nuga.
Emil berdecak, “Yailah jangan bohong kenapa si, yang kaya gitu tuh malah awal masalah baru. Ilham tadi di taman belakang Ga sama si Friska lagi makan berdua.” Jawab Emil santai.
“Mil.” Rian menegur Emil yang dirasa kurang tepat memberitahu Vega. Emil memang seperti itu, gadis itu akan berbicara terus terang dan tidak ingin bertele-tele, baginya berterus terang adalah hal yang biasa.
“Ya nanti kalo ditutupin masalah baru tau ga si.” Protes Emil.
“Betul si Emil, lagian yaudah kalo Ilham lagi berduaan sama Friska.” Jawab Vega.
“Tapi Cil, gue penasaran lo sama Ilham emang udah sejauh apa? Ko dia sampe pundungan banget padahal si bos jarang pundungan sama cewe, ya ga Var?” Tanya Gilang pada Varo yang diangguki lelaki itu, semuanya jadi menatap Vega dengan seksama, Ninda yang sudah mengetahui kejadian tersebut hanya diam karena sudah tidak penasaran.
“Tanya Ilham nya aja coba.” Jawab Vega menggantung.
“Yailah disuruh tanya sama kulkas, ga jawab dia mah Ga, yang ada gue yang sawan nanya begituan sama si Ilham.” Jawab Gilang yang mendatangkan tawa dari yang lainnya.
***
Setelah makan di kantin tadi, Vega memang pergi ke toilet sebentar, saat kembali dari toilet Vega melihat Ilham dan Friska dari arah berlawanan dengannya, dan mereka berdua sedang tertawa.
Jujur Vega sangat suka melihat bagaimana Ilham tertawa dengan lepas, tetapi merasa sakit saat menyadari tawa itu disebakan oleh orang lain.
Friska sudah sangat dekat dengan orangtua Ilham, dia juga sudah dekat dengan Ilham sekarang, Vega merasa semakin tidak pantas untuk Ilham, apalagi saat ia melihat Friska dengan kulit putihnya yang cantik, rambutnya yang lembut dan senyuman yang manis itu menatap Ilham, Vega memang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Friska.
Saat melewati Vega, Ilham masih dengan sikap nya yang biasa, mengobrol dan tertawa karena perkataan Friska.
Friska tersenyum miring melihat Vega. Sedangkan Vega tatapannya fokus kepada Ilham yang sedang tertawa, itu menghangatkan hatinya. Tidak ada aura Ilham yang sangat dingin saat Vega melihat nya tertawa bersama Friska, tidak seperti saat Ilham menatapnya.
Saat Ilham dan Friska menjauh Vega kembali berpikir bagaimana cara dia meminta maaf kepada Ilham? Vega harus menjelaskan semuanya dengan cepat.
Vega memutuskan untuk mengikuti Ilham dan Friska, tidak peduli bahwa hatinya sedikit sakit karena mendengar obrolan mereka yang membicarakan perasaan, lalu sekekali tertawa, yang ada di pikiran Vega hanya menjelaskan tentang Felin. Ternyata Ilham pergi ke ruang guru, jadi Vega berhenti tepat diruang guru mengunggu Ilham keluar.
Hanya 10 menit Ilham dan Friska di dalam ruang guru, mereka berdua pun keluar, Ilham kaget saat mendapati Vega sedang berdiri di depan pintu ruang guru. Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya kepada Vega.
“Bisa ngomong sebentar?” Tanya Vega, gadis itu mengabaikan tatapan jengkel Friska dan memberanikan diri, jika tidak seperti ini tidak akan selesai.
“Fris lo duluan nanti gue nyusul.” Mendapat instruksi dari Ilham, Friska pun menurut dan memberikan waktu untuk Ilham dan Vega.
“5 menit.”
“Hah?”
“Waktu lo 5 menit, cepetan!”
Vega tersentak dengan akhir kalimat Ilham yang sedikit membentak. Namun ia menetralisir rasa takutnya itu.
“Gue minta maaf soal yang di taman belakang Ham, maaf karna kata-kata gue nyakitin lo, Felin mau lo, maksud gue Felin tertarik sama lo dia minta gue buat deketin lo sama dia, dan gue tau kata-kata gue nyakitin lo banget, maaf.” Jelas Vega.
Ilham memperhatikan Vega yang berbicara sambil menatapnya, Ilham berhasil menangkap rasa bersalah gadis itu, hatinya juga tidak tega meninggalkan Vega dimasa sulitnya kemarin.
“Gue kecewa Ga, lo tau gue mau jadi temen deket lo, sampe akhirnya gue suka sama lo, tapi ternyata gue ga tau terlalu banyak tentang lo kan? Lo nyembunyiin banyak hal dari gue kalo emang gabisa ceritain tentang masa SMP, seenggaknya lo cerita ke gue tentang Felin yang nyuruh lo ini, gue bisa cari cara, tapi lo malah nyuruh gue pergi?” Hei, Harusnya Vega senang karena Ilham berbicara panjang lebar, tetapi sekarang Vega merasa ingin menangis.
“Maaf.” Lirih Vega berusaha menahan air matanya yang akan jatuh.
“As you wish Ga, gue ga akan usik hidup lo lagi.” Jelas Ilham, kemudian pergi meninggalkan Vega.
Air mata Vega jatuh begitu saja, akan sangat sulit mengembalikkan Ilhamnya yang dulu. Gadis berkuncir kuda itu lalu menyeka air mata nya, dan menarik nafas dalam.
“Kalo dulu lo yang deketin gue, sekarang gue yang akan deketin lo, gue mau Ilham gue yang dulu balik.” Tegas Vega.
Mungkin kini gilirannya untuk memperjuangkan Ilham, karena Vega tidak ingin menyesal lagi nantinya.
***
TBC
👇🏻👇🏻👇🏻
★★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me, Vega ✅
Teen Fiction⚠️ COMPLETED ⚠️ 15+ -------------------- Vega. Bukan seorang gadis populer, cantik, body goals atau apa pun itu. Vega hanyalah Vega. Seorang gadis yang sulit percaya diri. Bersahabat dengan Ninda membuat Vega beruntung dan memiliki beberapa teman. ...