Setelah mereka berganti seragam dengan batik khas sekolah mereka. Keempatnya langsung berbondong-bondong memasuki kelas, saat mendengar info setelah jam olahraga akan di suguhkan film dari salah satu guru mereka.
Tak heran jika beberapa siswi sudah menyiapkan bermacam-macam jajanan di depan tubuh mereka. Hal yang sudah menjadi tabiat anak kelas IPA-1.
Beberapa siswa atau siswi masih berlalu lalang keluar masuk kelas, bahkan ada juga yang masih berdiam diri di kantin.
"Ezi! Kali ini nonton apa, btw?" Suara cempreng milik Vera membuat Kezia mendelik kesal.
"Nggak tau!" sengit Kezia, lalu memasang headsetnya ke kedua telinganya, menghiraukan teman sekelasnya yang sibuk memilih film di meja guru.
Baru selepas Bu Norma memasuki kelas, siswa siswi bubar menuju bangku masing-masing. Menjawab salam dari Bu Norma. Selanjutnya mereka kembali bergerombol lesehan di atas lantai, menunggu film di mulai.
"Assalamualaikum Bu! Maaf telat!"
Terlihat dari arah pintu masuk kelas, tiga orang laki-laki berjalan masuk sambil berteriak meminta izin.
"Iya, masuk saja." sahut Bu Norma, tanpa mengarah ke anak didiknya. Wanita muda itu sibuk mengotak-atik laptopnya, membiarkan muridnya masuk kelas.
Ya, guru seperti ini lah yang sering membuat murid SMA Pertiwi senang. Sekitar 5% guru yang memiliki sifat acuh kepada anak didiknya. Tetapi mereka masih memantau.
"Jadi kalian mau nonton yang horror nih? Nggak action seperti bulan kemarin?" tanya Bu Norma, memastikan ke semua muridnya.
"Nggak Bu!" jawab mereka serentak.
Di kelas itu, laki-laki dan perempuan berbaur menjadi satu di lantai. Para cewek berada di depan dan para cowok berada di belakang. Pintu, gorden jendela tertutup rapat, dan tak lupa lampu juga di padamkan, membuat kelas benar-benar gelap. Hingga desiran angin dari AC pun dapat terdengar jelas di masing-masing telinga.
Awal-awal film semua tampak senyap, fokus mereka hanya pada film yang terputar, seakan jika berkedip sekali saja membuat film yang di tonton akan lenyap. Nyatanya mereka tampak hikmat menikmati adegan per adegan yang tertampil di film itu.
Beberapa kali para cewek menggeram kesal saat tokoh dalam film merasa tak sesuai, lalu selepasnya kembali hening. Hal yang sudah biasa saat nobar.
Lain halnya dengan para teman-temannya yang sibuk menonton film. Justru Kezia dengan asiknya memainkan ponsel sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi dengan kepala menunduk.
"Psst, Zi," Suara bisikan yang sangat pelan membuat atensi gadis itu teralihkan.
"A-
"Eh! Ibu tinggal keluar dulu, kalian nggak papa kan?" Tiba-tiba Bu Norma bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar kelas.
"IYA BU!" sahut mereka mentah-mentah, tak menengok sedikit pun ke arah guru muda itu.
"Aaaaa!"
"Anjir!"
"Huaaaa!"
"Nyeremin!"
"Astaghfirullah!"
Berbagai seruan terdengar bersahut-sahutan di dalam kelas saat adegan utama yang bertokoh hantu muncul, membuat para cewek berteriak lebay dan para cowok yang pura-pura kaget dengan kata-kata mengumpat.
Selang beberapa detik setelah adegan, suara itu lenyap, di gantikan bisik-bisik yang sesekali terdengar.
Sekitar lima atau enam orang yang memilih duduk anteng di bangku masing-masing, yang salah satunya Kezia dan juga Rexam yang berada di sampingnya. Keduanya berada di barisan kanan paling belakang, sedangkan yang lainnya berada di barisan kiri yang lurus dengan meja guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kezia
Teen Fiction(Slow Update) [Follow dulu sebelum baca] Anastasya Latevy Kezia Falreand, Seorang gadis cantik yang memiliki sifat cuek akibat masa lalunya, membuat dirinya menjadi sosok yang dingin. •Kekecewaan yang masih membekas dan aku tak tau kapan segera...