Kezia 41 - Mencoba

140 14 1
                                    

"Cabut!" perintah Kezia, yang lagi-lagi memotong ucapan lelaki itu.

Kezia berangsur bangkit, diikuti ketiga temannya yang senang hati menurut.

Namun, saat Kezia akan melangkah meninggalkan kantin, tarikan kuat dari arah belakangnya membuat gadis itu tersentak kaget.

"Gue masih sayang lo Zi!"

Kezia membalikkan tubuhnya detik itu juga. Ia mengerutkan dahinya menatap lelaki itu.

"Asal lo tau. Lo udah masuk ke kehidupan gue, ngehancurin keluarga gue, ninggalin gue, ngecewain gue, dan sekarang? Lo dengan gamblang, bilang ‘lo masih sayang sama gue’, ck-ck, nggak punya malu lo?" Kezia berdecih pelan, menunjuk bahu lelaki itu dengan kasar.

"Tapi gue masih sayang lo Zi, gue tak tau apa-apa soal nyokap gu-

"Gue nggak butuh omong kosong lo," sentak Kezia.

"So, lo bisa pergi. Dan jaga tuh tunangan lo." Kezia tersenyum miring.

"Gue sama dia cuma di jodohin, nggak ada cinta diantara kita. Gue cintanya sama lo Zi, gue masih sayang sama lo, gu-

"Apapun tentang lo, emang gue ada urusannya?" Kezia menyerngit seolah dia tengah berpikir, "Enggak!" desisnya tajam.

Lelaki itu mencoba memegang tangan Kezia, "Zi! Gue mohon, dengerin penjelasan gue! Gue nggak per-

"Gue yang mohon sama lo, jangan ganggu gue lagi!" Kezia menyentak kasar tangan lelaki itu, mendorong kuat bahunya hingga menjauh.

"Zi!"

"Jangan pernah lo sebut nama gue!"

Selepas mengatakan itu, Kezia benar-benar pergi meninggalkan kantin. Menghiraukan berbagai tatapan yang sedari awal mengarah pada mereka.

Aulia dan kedua temannya menyusul, setelah tersenyum mengejek ke arah lelaki itu.

ⓚⓔⓩⓘⓐ

"Rasanya gue pengen nyumpel mulut Farel deh, tuh cowok enak banget ngomong ceplas-ceplos kek gitu,"

"Coba aja kalo nggak di kantin, udah gue mutilasi tuh anak,"

"Nggak ada malu-malunya sama sekali anjir,"

"Farel bener-bener brengsek! "

Kedua gadis itu langsung menggerutu dan mencaci maki, setelah mereka berada di dalam kelas. Berbeda dengan Kezia yang terdiam di bangkunya.

"Lo pada bisa diem nggak sih?"

Mutia dan Karin seketika terdiam, melirik Kezia sepintas.

Kezia menatap ketiganya dengan perasaan campur aduk.

“Semua udah berlalu Zi, itu cuma kenangan masa lalu yang kebetulan pahit. Nggak semuanya masa lalu juga buruk. Ada halnya juga masa lalu yang baik. Lo harus bisa ngatasinnya. Lo nggak boleh stuck di satu tempat cuma gara-gara masa lalu buruk lo. Kalo nggak sekarang lo kelarin, mungkin di lain hari, akan lebih buruk dari yang sekarang."

"Gue tau, lo masih nggak terima kalo nyokap dia pelakunya. Tapi, kalau dia dan lo ngerasa bermasalah karena waktu lalu dan sampek sekarang belum kelar, mending cepet di tuntasin. Sekalipun itu nyakitin buat lo," kata Aulia panjang lebar, tangannya sesekali menepuk bahu Kezia memberi dukungan.

KeziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang