Bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu. Ketiga teman Kezia sudah meninggalkan kelas. Kezia sendiri tengah berjalan menyusuri koridor dengan tatapan datarnya. Hanya ingin ke toilet untuk membersihkan wajahnya dari rasa kantuk yang mendera.
Mencepol rambutnya asal, menyisakan helaian-helaian yang sengaja tak terikat. Gumaman lirih terdengar dari bibirnya. Pikirannya berkelana kemana-mana, memikirkan apa yang menjadi beban pikirannya kali ini.
"Mama Nesya sama Mama temen?" gumamnya,"Kenapa dunia sesempit ini sih." Kezia memijit pelan pelipisnya, tak menyangka hal semalam menjadi pikirannya.
Selepas membasuh wajahnya dengan air, kemudian tangannya terangkat untuk menata rambutnya yang sedikit lusuh. Baru kakinya melangkah keluar dari toilet.
Bukan menuju kantin, namun rooftop. Persimpangan koridor lantai bawah dengan tangga, Kezia mendadak menghentikan langkahnya, berniat membalikkan tubuhnya, namun kalah cepat dengan lelaki yang baru saja muncul di hadapannya.
"Zi! Tunggu!"
Kezia menghiraukan lelaki itu, memalingkan wajahnya. Dengan kasar, ia menghempaskan tangan lelaki itu.
"Please, Zi! Kali ini dengerin penjelasan gue, gue mohon," katanya memohon, berpindah berhadapan langsung dengan Kezia.
Gadis itu tetap tak menggubrisnya. Kakinya akan melangkah pergi, namun lagi-lagi lelaki itu menahannya. Seakan tak membiarkan Kezia pergi begitu saja.
Melihat Kezia sama sekali tak merespons, dia membuang nafas kasar. "Oke-oke. Sekali aja lo dengerin penjelasan gue dan terima maaf gue. Setelah ini, gue nggak akan ganggu lo. Apapun keadaannya, tapi lo dengerin penjelasan gue, please," katanya dengan pasrah.
Gadis itu terhenyak sebentar. Perkataan Aulia waktu lalu terlintas di benaknya. Memikirkan sejenak untuk mencari langkah yang harus ia ambil.
Selesaiin semua, hilangin semua hambatan, buang kenangan lalu yang buat lo terluka. Hidup lo nggak stuck disana terus. Lo bisa mulai dari awal.
Selesaiin satu-satu. Dan, lo bisa mulai dari sini.
‘Jangan stuck disini!’
Balas dendam kemungkinan terjadi. Entah nanti, sekarang, di masa depan atau bahkan orang yang lo sayang menjadi target nya.
"Zi! Please." Kezia tersentak, melepaskan cekalan tangannya. Melirik sepintas ke arah lelaki itu.
"Untuk terakhir kalinya."
Gadis itu lekas melenggang pergi. Mengayunkan langkahnya menuju rooftop. Tempat itu yang ia rasa tepat untuk mendengarkan penjelasan paksaan dari lelaki itu. Dan lelaki itu bergegas menyusul langkah Kezia.
Sampainya di rooftop, Kezia memilih menyandarkan tubuhnya di pembatas rooftop, mencoba tenang untuk sesaat.
"Untuk terakhir kalinya gue dengerin apapun yang lo omongin. Selepasnya gue anggep kita nggak pernah saling kenal." Kezia berujar demikian, setelah beberapa waktu memikirkannya.
Masa lalu kelam yang terus di pendam dan tak ingin menyelesaikan, di kemudian hari bisa membuat dampak yang lebih buruk dari pada saat ini. Ada juga yang mengatakan, yang kau dapat saat ini adalah hasil dari apa yang kau lakukan dari masa lalu. Dan bisa dikatakan karma jika itu buruk, atau dikatakan keberuntungan jika itu memang baik.
Begitupun nanti, saat dimana menorehkan hasil yang jelas akibat apa yang di lakukan saat ini. Semua pasti terbalaskan, entah itu baik atau buruk, tunggu saja hasilnya.
"Oke, di awal gue minta maaf untuk semua yang pernah gue lakuin ke lo dan terima kasih karena lo pernah bikin hari gue berwarna," ucapnya, jeda sejenak.
Kezia memalingkan wajahnya, tak ingin melihat jelas wajah itu, takut-takut bayangan masa lalu itu terlintas di benaknya.
"Sejak awal emang gue beneran sayang sama lo. Tapi, setelah beberapa waktu kita pacaran. mama gue tau kalo pacar gue itu lo, mama gue tau lo anaknya om Hengky dan tante Stevy. Di awal juga gue nggak tau apa-apa. Tiba-tiba, mama gue minta pertahanin lo sampai mama gue yang minta gue putusin lo."
Farel menoleh. Wajahnya tercetak jelas raut penyesalan yang kentara, namun Kezia mengacuhkan itu. Yang Kezia mau mendengarkan penjelasannya, bukan melihat wajahnya.
"Ya, awal-awal gue nggak setuju. Gue saat itu sayang, cinta sama lo," geram Farel, "tapi, mama gue ngancem gue, kalo nggak nurutin apa yang diomongin, semua piala dan medali ekstra gue dan Bang Faro bakal di bakar. Dan gue nggak bisa nolak. Lo tau perjuangan gue sama Bang Faro dulu kayak apa?" Farel menoleh dan tersenyum kecut.
Kezia terdiam, tak pernah terpikirkan masalah sepele itu membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat.
Farel berdecih pelan. "Ck, disini emang gue yang bodoh atau keadaan yang bikin gue bodoh, gue nggak ngerti soal itu." katanya, "yang jelas, gue disini cuma nurutin omongan mama gue. Gue baru tau, alasan mama gue minta gue pertahanin lo dan mutusin di waktu yang nggak tepat cuma karena balas dendam." Lelaki itu meraup wajahnya kasar, sedikit frustrasi dengan kenyataan.
Kezia menoleh, "Balas dendam?" beonya, tak paham.
"Ya. Sebenernya mama, om Hengky sama tante Stevy pernah temenan semasa jaman SMP. Mama gue lebih dulu temenan sama papa lo, di bandingkan mama lo, tante Stevy."
"Entah gimana ceritanya, tapi mama gue cerita kalo dia semasa itu lagi jatuh cinta sama papa lo dan saat itu juga tante Stevy, mama lo juga dateng ke kehidupan papa lo dan mama gue. Yang jelas ini cinta segitiga. Kala itu, mama gue cinta sama papa lo, tapi papa lo nganggep mama gue kayak adeknya sendiri. Jelas pikiran remaja saat itu egois udah sewajarnya dan mama gue gitu. Tapi apa yang di lakuin mama gue terasa sia-sia. Sampai SMA kelas tiga papa gue dateng. Awalnya, papa gue yang jatuh cinta duluan sama mama gue, tapi mama gue masih bertahan sama papa lo."
"Dan waktu acara kelulusan, papa lo nglamar mama lo. Disitu mama gue terpukul dan nggak terima, dan yah ... belas dendam mama gue berawal dari situ. Gue juga nggak tau, kenapa sampai waktu lalu mama gue masih mau balas dendam soal itu, tapi mama gue tetep sayang sama papa gue. Mama maksa gue nglakuin itu cuma mau lo sebagai anak tante Stevy ngrasain apa yang pernah mama gue rasain dulu." kata Farel panjang.
"Alasan lo nyakitin gue nggak logis. Lo bikin kehidupan gue ikut hancur." sentak Kezia.
"Gue minta maaf soal itu Zi. Di waktu pemakaman mama Stevy, gue terpaksa mutusin lo. Mama gue ikut terpukul sama kepergian mama lo, tapi di saat bersamaan papa gue bilang kalo gue akan di jodohin. Balas dendam mama gue udah nguap setelah mengetahui kalo tante Stevy jujur sama sesuatu. Gue nggak tau soal itu. Tapi gue mutusin lo, karena perjodohan itu," jelasnya.
"Jadi gue mohon, maafin gue Zi. Gue tau kesalahan gue buat hidup lo semakin buruk, tapi disini gue bener-bener minta maaf. Gue nggak bermaksud sama semua itu. Walaupun gue masih sayang sama lo, tapi gue rasa gue udah nggak pantes lagi sama lo, lo berhak nentuin pilihan hati lo sendiri." kata Farel sadar diri.
"Dan gue mohon, lo kembali kayak Tasya yang dulu. Ceria, santai, humble, ramah, bukan yang sekarang dingin, datar, cuek, acuh. Rubah sikap lo Zi, tante Stevy di atas sana pasti sedih ngliat lo kayak gini." Farel menoleh, menatap sendu ke arah Kezia.
"Apa lo mau setiap saat mama lo sedih di atas sana, ngliat lo selalu acuhin orang yang peduli sama lo?" tanya Farel.
"Gue tau, lo masih nggak percaya sama kepergian tante Stevy. Tapi lo harus kuat, jangan jadiin mama lo sebagai alasan lo berubah."
"Pikirin ya Zi. Gue minta maaf sama semua, gue juga akan coba sayang sama Hisya. Dan lo bisa pilih cowok yang lo suka. Makasih udah luangin waktu lo buat dengerin semuanya. Semoga lo selalu bahagia, gue pamit." Farel tersenyum, menepuk bahu Kezia dua kali lalu beranjak meninggalkan rooftop.
Kezia berbalik, hatinya sedikit lega dengan apa yang ia dengar. Setidaknya rasa sakit hatinya terobati walaupun masih terasa sakit.
"Semoga lo juga bahagia Rel."
ⓚⓔⓩⓘⓐ
Whoa! Akhirnya ujian madrasahnya selesai
Up huhu, setelah sekian lama ^^Jumat, 9 April 2021
08.51 Wib@nisakchoirun32
@mobysak15

KAMU SEDANG MEMBACA
Kezia
Fiksi Remaja(Slow Update) [Follow dulu sebelum baca] Anastasya Latevy Kezia Falreand, Seorang gadis cantik yang memiliki sifat cuek akibat masa lalunya, membuat dirinya menjadi sosok yang dingin. •Kekecewaan yang masih membekas dan aku tak tau kapan segera...