Kezia 49 - Seharian

176 16 4
                                    

Kezia menetap sejenak ke kamar Zaviga, di temani Rexam juga. Sedari tadi, lelaki itu tak bisa diam saat dengan Zaviga. Berbagai ulah ia lakukan untuk menjahili bayi mungil itu.

"Tak Ia!" Kezia menoleh merasa ia terpanggil. Pintu kamar terbuka pelan, muncul batita perempuan berlari ke arah keduanya.

(Kak Ia!)

"Eh, namanya siapa nih?" Rexam menarik batita itu ke pangkuannya, sebelum dia menubruk tubuh Kezia.

"Tatatata," rengeknya.

Rexam menunduk, mencium gemas pipi chubby batita itu. "Nama kamu Tata?" tanyanya ulang.

Batita itu mendongak, menatap Rexam lamat dan menggeleng keras. "Nama atu Inda!" serunya lantang.

(Nama aku Inda!)

"Inda? Namanya cantik banget," puji Rexam.

Kezia yang melihat wajah polos batita itu mengacak gemas rambut pendeknya. Tangannya terulur menyentuh liontin kalung batita yang menarik perhatiannya.

"Jingga," ejanya membaca liontin itu. "Nama kamu Jingga?" Kezia mendongak, melirik Rexam dan batita itu bergantian.

"Iya, Inda." Ia mengangguk lagi, mengucapkan namanya sendiri dengan cadel.

(Iya, Jingga)

Wajah Kezia nendatar. "Ish, belum lancar dianya," celetuk Kezia menggeplak lengan Rexam, memberitahu kalau nama yang disebutkan tadi bukan namanya.

"Iya-iya, tapi Inda sama Jingga jauh banget." Rexam tersenyum paksa kepada Kezia, menunjukkan kejengkelannya.

Kezia mendekat ke samping telinga Rexam. "Nggak usah bacot," desisnya.

"Shit!"

Plak!

Kezia menggampar bibir Rexam keras. Lelaki itu tak tau tempat, disini ada anak kecil dan bibir itu tak bisa di kontrol sama sekali. Mengumpat kalimat kasar di depan anak kecil. Tau sendirikan dengan anak kecil, lebih mudah mencerna kalimat yang diucapkan orang dewasa, lebih-lebih lagi jika nanti ditirukan dan terbawa sampai dewasa.

"Omongan lo." Kezia menatap Rexam dengan tatapan siletnya.

Lelaki itu terdiam, merasakan bibirnya terasa panas. Sungguh, gamparan Kezia tak main-main, keras dan tak berperasaan.

"Sakit, Zi. Astaga," keluhnya.

"Tok Tak Ia mutul Tatak ini sih." Jingga mendongak, menatap kasihan pada Rexam dan menuntut kesal Kezia.

(Kok Kak Ia mukul Kakak ini sih)

"Tadi ada nyamuk disana, makanya Kakak pukul." Kezia tersenyum tipis kepada Kezia sambil beralibi. Lalu, lirikannya berubah tajam saat melihat Rexam.

"Ih, tapi tan bisa di putul peyan," ucapnya, mengerucutkan bibirnya ikut mengiba atas perlakuan Kezia pada Rexam.

(Ih, tapi kan bisa dipukul pelan)

Kenapa jadi Jingga yang banyak komen. Gue kan negur Rexam, gerutu Kezia dalam hati.

Sedangkan, Rexam tersenyum saat mendapatkan pembelaan dari Jingga. Rasa panas dibibirnya lenyap, melihat wajah polos Jingga yang menunjukkan tak sukanya kepada Kezia yang menggamparnya tadi.

"Jingga bela gue, wlek!" Rexam menjulurkan lidahnya dan bergumam tanpa suara, hanya gerakan bibir. Namun, Kezia menangkap apa yang Rexam ucapkan itu.

Entah kenapa kelakuan Rexam membuatnya ingin sekali melakukan kekerasan kepada lelaki itu. Mungkin menabok wajahnya atau menggilingnya di penggilingan daging dan melemparkannya ke kandang singa, Kezia dirasa ingin melakukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KeziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang