Kezia 48 - Udah Cocok

105 13 0
                                    

Lima hari telah berlalu. Sedangkan, Kezia lebih sering keluar rumah. Entah dengan para sahabatnya, sepupunya atau pun Rexam yang semakin dekat. Dan seperti saat ini, Kezia berada di salah satu cafe yang kebetulan berada tak jauh dari rumahnya, di temani Rexam yang sudah duduk di sampingnya.

"Waktu itu sih biasa aja, diledekin pun cuma natep doang," ucap Rexam terkekeh kecil. Lelaki itu tengah menceritakan tentang masa kecilnya yang sudah berani bermain-main dengan anak perempuan. Dan malah katanya di umur tiga tahun sudah berani memeluk anak perempuan yang sebayanya dengannya. Waw, amazing! ><

"Kalau gue inget ceweknya sih ya, gue malunya minta ampun. Tapi-tapi ...," Rexam memukul meja beberapa kali. "Yang meluk anak kecil itu bukan cuma gue, tapi ada juga temen gue."

"Yang paling parah, itu kejadiannya waktu sholat tarawih." Rexam meringis malu mengucapkannya, membuat Kezia terkekeh pelan mendengarnya.

"Mama Nesya gimana responnya?" kepo Kezia menanggapi cerita Rexam.

"Untung aja pas itu lagi pada sholat, jadi mama nggak terlalu nanggepin, tapi tetep habis salam ada yang natep kita. Lupa juga, kenapa si cewek ngajak pelukan," katanya

Kezia tersenyum tipis. Beberapa waktu merasa dekat dengan orang yang peduli dengannya, membuat Kezia sedikit merasa lebih baik. Farel yang sudah mengungkapkan semuanya membuat Kezia lebih tenang dari sebelumnya. Rasa yang dulunya sering membuatnya sesak kini sudah berubah. Mencoba mencari kenyamanan yang cocok untuk hatinya sendiri.

"Zi! Lo beneran respon nggak sih?" dengus Rexam merasa terabaikan.

Kezia menoleh pelan, bibirnya terkekeh pelan tanpa ia sadari. "Gimana-gimana?"

Rexam membuang muka. "Ck, sifat lo berubah dikit, tapi ngeselin ya," cibir Rexam.

"Gue mau keluar sama lo tanpa Alex aja, udah untung kalo lo mau tau," ujar Kezia yang pada akhirnya jengah juga.

"Ck, iya deh iya. Habis ini lo mau kemana?" Rexam memilih mengalah sambil menyesap sedikit demi sedikit kopi yang ia pesan beberapa saat lalu.

"Serah lo," gumam Kezia asal.

Rexam refleks memutar bola matanya malas. "Bisa nggak sih, kalo ditanyain tuh jawabannya yang bener, jangan terserah. Coba nanti waktu lo udah nikah, lo nanya sama husband lo, mau di masakin apa? Terus dia juga bilang terserah. Emosi nggak lo nanti?" sengit Rexam.

Gadis itu langsung menoleh dengan tatapan tajam, mendelik ke arah lelaki itu. "Nggak ada hubungannya," desis Kezia pelan.

"Ya udah ish, jawab yang bener." Rexam ikut sebal di buatnya. Terkesan ingin di beri perhatian.

"Pulang." singkat, padat, jelas dan begitu menjengkelkan.

Sabar!

Rexam menghela nafas kasar, melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Baru setengah jam yang lalu keluar dari rumah Kezia dan seperempat jamnya di gunakan untuk perjalanan. Itu waktu yang singkat! Kalo mau tau.

Ia baru menghirup udara segar dengan Kezia dalam waktu lima belas menit dan respon gadis dingin itu tak sesuai ekspetasinya.

"Kita main kemana gitu dulu yuk," ajak Rexam, mencoba membujuk.

Ini adalah kesempatannya untuk bisa bersama dengan Kezia dan tanpa kehadiran Alex tentunya. Jarang-jarang kan itu terjadi.

"Males," sahut Kezia.

Lagi-lagi, helaan nafas kasar keluar dari hidung lelaki itu. Mengabaikan rasa tak suka akan penolakan itu, ia mencoba tenang.

"Ya udah, lo mau kemana?" tanya Rexam, "gue traktir deh."

KeziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang