Kezia 43 - Mimpinya

131 13 0
                                    

Seorang wanita dengan gaun putih nampak duduk tenang di sebuah bangku yang berada di tengah hamparan bunga. Tak hanya bunga-bunga yang memenuhi taman, beberapa tanaman hijau lainnya dan pohon-pohon lebat di setiap beberapa meter menambah kesan alami pada taman itu. Kolam ikan dengan pancuran air di tengahnya tak luput dari taman itu.

Tak jauh dari sana, seorang lelaki juga ikut menikmati keindahan taman itu. Ditangannya ada sebuah kamera yang siap membidik berbagai macam keindahan yang ada.

"Diam lah disitu, tenang lah," gumamnya pelan, ia memfokuskan pandangan kameranya pada kupu-kupu yang hinggap di salah satu bunga.

Cekrek!

Senyumnya seketika merekah saat melihat hasil jepretannya yang sangat memuaskan, walaupun kupu-kupu tadi sudah terbang meninggalkan bunga tadi.

"Hasilnya tak pernah menghianati," Tangannya sibuk mengotak-atik kameranya sambil sesekali dia melihat hasil gambarnya yang lain.

Seolah memang taman ini hanya ada keduanya, wanita bergaun dengan lelaki itu dan tak ada yang lain lagi.

Wanita bergaun itu berdiri dari bangku, mengangkat sedikit gaunnya lalu mulai berjalan pelan. Bibirnya melengkung ke atas menimbulkan seulas senyum manis di bibirnya, tak lupa lesung pipi di sebelah kiri menambah kesan manis di wajah putih nya.

"Aza,"

"Ya?"

Merasa namanya di panggil, lelaki itu menyahut sekilas. Memfokuskan diri ke hamparan bunga di depan sana dengan kamera.

"Kamu selalu sibuk sendiri saat berada di sini, mengacuhkan Mama mu,"

"Sebentar saja Ma, ini cukup bagus untuk koleksi memori ku," Tanpa menoleh ke wanita yang di panggil ‘Ma’ itu, dia menjawab.

Wanita itu mendekat, mendudukkan diri di samping putranya. Mengusap pelan rambut hitam lelaki itu.

Merasakan sentuhan di kepalanya, lelaki itu menoleh, setelah menyelasaikan hasil gambarnya. Dia tersenyum tipis, menikmati usapan lembut yang menjadikannya candu.

"Apa kau tak ingin menuntut penjelasan semuanya?"

•••

"Argh!"

Seorang laki-laki menegakkan tubuhnya. Mengusap wajah nya dengan kasar. Peluh mengalir deras di pelipisnya, begitupun dengan nafasnya yang kian memburu. Jam menunjukkan pukul 12 malam, namun mimpi itu terus menghampiri nya setiap jam itu, saat dia benar-benar lelah.

Dia meraba meja kecil di samping ranjangnya, mengambil gelas yang berisi air putih lalu menegaknya hingga tandas.

"Mimpi itu lagi?!" Dia mengacak rambutnya kasar.

"Mama, mama dan mama? Siapa sih wanita yang gue sebut ‘Mama’ itu?"

Lelaki itu menggeram tertahan, merasa waktu tidurnya selalu terkuras akibat mimpi penuh teka-teki itu.

"Dan siapa lelaki yang waktu di party? Kenapa mirip gue?"

"Kakak?" gumamnya.

Tok tok tok

"Bang Za! Bang Za kebangun?"

Suara ketukan pintu kamarnya membuat dia menoleh, lalu segera menghampiri. Terlihat wajah bantal gadis remaja yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.

KeziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang