17

1.7K 219 55
                                    

Author pov.
Kelas ke-dua anak fakultas seni akan dimulai dua puluh menit lagi. Yiren yang sudah datang sejak beberapa menit yang lalu terpaksa harus menunggu.



Di saat yiren sedang menunggu di taman kampus, tiba-tiba ada seseorang menghampirinya.



"Yiren."



Yiren yang tadinya sedang sibuk memeriksa tugas-tugas di ipadnya itu segera mendongak setelah mendengar namanya disebut.



"Yuri ?"



Yuhuu ternyata oh ternyata, mantan pacar pacarnya nongol yeorobun.



"Gue boleh duduk sini ga ?"

"Boleh dong, masak ga boleh."



Yiren tersenyum dengan hangat dan langsung menggeser barang-barangnya lalu mempersilahkan yuri untuk duduk di sebelahnya.



"Udah lama ya kita ga ngobrol berdua kayak gini." Ujar yuri setelah mendudukkan diri di sebelah orang yang dulu bisa dibilang adalah salah satu sahabatnya.

"Hahaha iya nih, lo sih sibuk terus kalau diajak nongkrong."

"Bukan sibuk lebih tepatnya, tapi takut sakit hati aja karena lo pasti sama dia."



Engga gengs, yuri ga seberani itu buat ngomong langsung di depan yiren. Udah pasti yuri ngomongnya di dalam hati.



"Gimana kabar lo ?" Akhirnya yuri mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kayak yang lo liat, sangat baik."

"Oh syukur deh kalau gitu."

"Lo sendiri gimana ? Sama hyewon unnie baik-baik aja kan ? Eh kata anak-anak kalian pacaran ya ?"

"Hah ? Engga kok, gue sama dia cuma temenan kali."

"Seriusan ? Kenapa ga jadian ? Padahal kalian keliatan cocok."



Yuri mencoba untuk tersenyum setelah mendengar ucapan yiren itu.



"Entah lah, dalam diri dia gue ga bisa dapetin kebahagiaan yang selama ini gue cari. Lo sendiri baik-baik aja kan sama dia ?"

"Baik kok, apa juga yang harus diributin ? Dia terlalu sempurna buat bikin kesalahan."



Sakittt, ati yuri denger itu boss. Gimana ga sakit ? Orang yang dia sayang, sekarang lagi dibangga-banggain sama pacarnya.



"Hahaha iya bener, dia emang terlalu baik buat bikin kesalahan. Beruntung banget ya dia sekarang bisa dapetin orang yang tulus sayang sama dia kayak lo."



Kali ini giliran yiren yang tersenyum.



"Bukan dia yang beruntung yul, tapi gue. Dia orang baik, dia orang yang penuh perhatian, dia orang berhati lembut, bahkan sekali aja dia ga pernah marah walaupun gue sering bikin kesalahan. Walaupun kadang dia kekanak-kanakan, tapi dia itu istimewa di mata gue."



Lagi dan lagi, yuri mencoba untuk tersenyum sambil menatap jari-jemarinya yang saling memainkan satu sama lain.

Iya senyum-senyuman aja terus kayak orang gila.



"Iya, gue tau kok perasaan lo itu, karena dulu gue juga pernah ada di posisi lo sebelum gue dengan begonya nyakitin orang sebaik dia."

"Kenapa baru sadar sekarang yul ? Kenapa lo baru sadar betapa pentingnya menghargai perasaan seseorang ? Jujur deh sama gue, lo masih sayang sama dia ?"

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang