Author pov.
Hari sabtu, atau biasa disebut dengan weekend, adalah hari yang sangat membahagiakan bagi seluruh mahasiswa karena sudah pasti jadwal perkuliahan ditiadakan. Maka dari itu saat ini lia masih terlelap dalam tidurnya karena semalam yang lia lakukan bukan lah istirahat, melainkan malah menangis tanpa henti.*tok *tok *tok
Lia tetap terlelap walaupun ada yang mengetuk pintu kamarnya.
*tok *tok *tok
Setelah beberapa kali pintu kamarnya diketuk, akhirnya lia membuka mata walau dengan sangat berat.
Siapapun yang melihat, pasti akan langsung tau kalau kondisi lia sangat tidak baik-baik saja. Wajahnya yang selama ini selalu terlihat cantik dan fresh, pagi ini tampak berantakan dengan mata sembabnya.
Lia beranjak dari tempat tidur lalu berjalan dengan sedikit sempoyongan karena kepalanya terasa pusing ditambah lagi keadaannya masih mengantuk.
*ceklek
Setelah pintu kamarnya terbuka, rasa kantuk lia seketika menghilang dan dirinya langsung mematung. Seperti tidak percaya dengan apa yang sedang dilihat olehnya.
"Ye..yeji.."
Tanpa sadar nama itu keluar begitu saja dari mulut lia saat melihat seseorang yang tidak pernah ia sangka akan dilihatnya pagi-pagi seperti itu setelah kemarin lia meminta untuk mengakhiri hubungan mereka.
"Hai."
Orang yang kemarin sudah dikecewakan oleh lia itu mencoba untuk tetap tersenyum saat menyapa mantan kekasihnya.
Jadi gengs, sebenernya waktu lia ngajakin putus kemarin tuh yeji lagi ada di bandara buat balik ke korea. Yeji mau ngasih lia kejutan, eh malah dikejutin duluan sama lia.
"Belum makan kan ? Nih, dari eomma. Katanya eomma lo lagi di Canada."
Lia tidak langsung menerima paper bag yang yeji berikan itu, melainkan hanya menatapnya.
"Kenapa ? Lo ga enak sama gue ?"
Lia tidak menyangkal karena kenyataannya apa yang sedang dirasakan oleh lia memang sesuai dengan tebakan yeji.
"Lia, gue tau hubungan kita udah selesai. Tapi bisa ga lo ngebiarin gue ngelakuin hal-hal yang selama ini selalu gue lakuin ke lo ? Kita kenal udah dari kecil dan selalu sama-sama juga, susah rasanya kalau gue harus biasain diri buat ga peduli lagi sama lo. Setidaknya selama tiga bulan gue di sini."
"Ji." Lia berucap sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap yeji dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Hati yeji kembali terasa sakit, benar-benar sangat sakit saat melihat lia seperti itu.
"Jangan nangis dong, cantiknya ilang nanti."
Tangan yeji terangkat untuk menghapus air mata lia yang sudah berani ke luar dengan sangat kurang ajarnya dari mata indah lia.
Di saat yeji melakukan itu pun dengan sekuat tenaga yeji berusaha untuk menahan air matanya agar tidak ikut ke luar.
Lagian air mata mana sih yang ga pengen ke luar kalau hati rasanya lagi sakit ga karuan.
"Gue.. hiks.. hiks.. pasti jahat banget ya ji ? Maafin gue.. hiks.."
Dengan kepala tertunduk, lia kembali melakukan hal seperti tadi malam, yaitu menangis sesenggukan.