37 • Kehilangan Sosok Tersayang

1K 149 3
                                    

Mobil yang ditumpangi Dirga tiba di depan rumah yang kini sudah dikerumuni banyaknya orang yang melayat Bayu, ayah Kalea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil yang ditumpangi Dirga tiba di depan rumah yang kini sudah dikerumuni banyaknya orang yang melayat Bayu, ayah Kalea.

Leo, Tj, Aida, Alexa dan Sybil sudah turun dari mobil. Dirga pun beralih ke kursi belakang, membujuk Kalea yang masih saja menatap rumah nya dengan tatapan kosong. Air mata nya masih saja menetes.

"Kal, ayo turun. Lo pasti kuat, gue tau Kalea itu orang nya gak lemah. Ada gue disini," Ujar Dirga pelan, sembari menggenggam erat tangan Kalea.

Kalea menoleh ke arah Dirga, lalu menatap nya haru. "Kak itu siapa yang meninggal? Kok bendera kuning nya ada di depan rumah Kalea?" Tanyanya, suara nya hampir tidak terdengar jelas.

Dirga menunduk, ia tidak boleh ikut sedih di hadapan Kalea. Ia harus menjadi kekuatan Kalea saat ini.

Cowok itu tersenyum, lalu mengelus puncak rambut Kalea. "Gak papa, turun dulu ya. Ayah lo udah nungguin di dalem," Ujar Dirga.

Lagi-lagi air mata Kalea jatuh, ia pun turun dari mobilnya, Dirga selalu menuntunnya dengan sabar. Langkah kaki Kalea terhenti, ketika melihat papan nisan bernama Bayu, ayahnya.

"AYAHHHHHH!" Teriak Kalea histeris, Dirga spontan menarik Kalea ke dalam pelukannya, sembari menepuk pundak nya pelan.

"Gak papa, ayah lo udah bahagia disana. Lo kuat Kal," Ujar Dirga.

Kalea melepaskan pelukan Dirga, lalu dengan kasar menarik dan merobek bendera kuning tersebut dan mengusir semua pelayat yang ada di rumahnya. "AYAH AKU MASIH ADA YA! KALIAN PERGI GAK?! NGAPAIN SIH ADA DISINI?! AYAH KALEA KAN MASIH KERJA!" Teriak Kalea sembari mengusir beberapa pelayat tersebut.

Mendengar suara keributan dari arah luar, Tia pun berlari menghampiri nya. Ia melihat Kalea sudah duduk di tanah histeris. Ada Dirga dan semua temannya juga yang berusaha menguatkan Kalea. "Kalea ayo dong jangan gini, nanti mama lo tambah sedih kalo liat lo kaya gini," Ujar Aida.

Dengan cepat, Tia memeluk Kalea. Lalu membisikkan sesuatu kepadanya. "Kalea anak baik, kuat! Harus kuat demi mama!"

"T-ttante aa-ppa bener a-ayah udah gak ada?" Tanya Kalea menatap Tia.

Mau tak mau, Tia pun mengangguk pelan. Lalu memeluk Kalea kembali. "Masuk ke dalem ya, doain ayah kamu. Ayah kamu udah bahagia sama Allah," Ujar Tia lagi.

Dirga berusaha membangunkan Kalea dan menuntun nya masuk kedalam rumah. Tangis Kalea kembali pecah ketika melihat sosok ayahnya, sosok laki-laki yang benar-benar Kalea cintai, Kalea sayangi dan menjadi panutan untuknya, sudah terbujur kaku di hadapannya. Hatinya kembali hancur, ketika melihat mama nya juga lemas tidak berdaya.

Cewek itu berjalan perlahan menghampiri jenazah ayah nya. Ia membuka penutup wajah Bayu, lalu memeluknya dan menangis. "AYAH!"

"Kenapa tinggalin Kalea sama mama? Kalea belum bisa bahagiain ayah, Kalea belum bisa jadi anak yang baik, Kalea belum bisa banggain ayah! Kenapa ayah pergi duluan?!" Ujar Kalea sesegukan. "Kalea janji, bakal jadi anak yang baik! Anak yang penurut sama ayah, gak cengeng lagi, gak suka ngeluh sama ayah, Kalea janji. Ayah bangun dong," Ujar Kalea.

"Ayah marah ya sama Kalea? Kemarin Kalea ke Yogyakarta gak ngajak ayah?! Ayo ayah bangun nanti kita pergi bareng-bareng sama mama. Kita pergi bertiga," Ucap Kalea lagi.

Tia memeluk Kalea kembali, lalu memberi Surah Yasin kepadanya. "Sekarang doain ayah kamu ya," Ucap Tia menahan tangisnya. "Doain mama kamu juga, biar kuat jalanin ini semua." Ujar Tia mengingatkan.

Dengan tabah dan ikhlas, Kalea menerima surah Yasin tersebut, lalu mulai mendoakan mendiang ayahnya, begitupun dengan Dirga.

***

Tak lama kemudian, mobil yang ditumpangi Kaisar tiba di hadapan rumah yang saat ini sangat ramai. Cowok itu terdiam sesaat, ia sudah sangat-sangat tau perasaan Kalea saat ini. Pasalnya, Kalea sangat dekat dengan ayahnya.

Dengan perlahan, Kaisar melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Kalea. Cowok itu sangat tertegun melihat Kalea yang sudah lemas tak berdaya sembari mendoakan ayah yang ada dihadapannya. Kaisar teringat waktu kepergian mama nya tiga tahun lalu.

"Kaisar?" Gumam Aida pelan, sontak Kalea ikut menoleh sekilas ke arah Kaisar berdiri.

"Pergi!" Ujar Kalea menangis, namun Kaisar tak kunjung pergi dari sana.

"Al suruh dia pergi aja, percuma disini juga cuma nyakitin hati gue. Please," Ujar Kalea hampa. "Gue capek,"

"Gue gak mau liat dia lagi." Ujar Kalea masih menatap wajah Alexa, sedangkan Kaisar diam, ia sadar diri.

Bukan Alexa yang menghampiri Kaisar, melainkan Bramastya. Cowok itu menepuk pundak Kaisar pelan, lalu menuntunnya untuk keluar dari rumah Kalea.

"Gue salah," Ujar Kaisar dengan tatapan kosongnya. Mereka berdua sudah duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari rumah Kalea. "Gue udah kecewain Kalea, gue udah terus-terusan nyakitin dia," Ujarnya.

Bramastya menghela nafasnya pelan, lalu menoleh ke arah Kaisar dan menaikkan sebelah alisnya. "Sadar kan? Terus kenapa lo malah jadian sama Shilla? Yang lo lakuin di Yogyakarta kemarin juga salah bro,"

"Selama tiga tahun belakangan ini gue kepaksa. Gue gak pernah sedikitpun punya rasa sama Shilla. Gue udah cinta sama Kalea, gue sayang banget sama dia," Ujar Kaisar.

Bramastya mengerutkan keningnya heran dengan ucapan Kaisar barusan, "Maksud lo apa ngomong kaya gitu?"

Kaisar menceritakan semua dari awal hingga akhir kepada Bramastya. Cowok itu terdiam dan mengangguk paham. Jadi selama ini, Kaisar pun tertekan dalam hidupnya.

"Gue gak nyangka Shilla sampe kaya gitu," Ujar Bramastya. "Kalo lo suka sama Kalea, kenapa gak lo perjuangin? Harus nya lo cari tau bukan malah diem kaya gini,"

"Gue pikir, Shilla gak mungkin bohong. Lagipula ini juga menyangkut kematian nyokap gue,"

"Tapi nyatanya? Bohong kan?" Ujar Bramastya menyunggingkan senyumannya. Ia menoleh kembali ke arah depannya. "Sekarang ini Kalea bener-bener benci sama lo. Nanti kalo suasana udah mendingan, lo coba ngomong baik-baik sama dia. Gue yakin Kalea bakal maafin lo, dia bukan tipe orang yang bisa ngebenci lo semudah itu," Ujar Bramastya.

Kaisar menunduk terdiam, ia sangat ingin menemani Kalea di dalam sana, berada di sampingnya, menguatkan nya dan menghiburnya, tapi itu semua tidak akan terjadi saat ini. Kalea sudah terlanjur membencinya.

***

SEE YOU!

The Tale of Kalea [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang