Di Bawah Hujan

148 26 6
                                    

Hai!!!!
Updatenya gak terlalu lama nih sama part sebelumnya hehe.
Semoga kalian suka ya!!

Selamat membaca!

------

Hari ini, matahari tertutup oleh awan. Cuaca tak secerah biasanya. Melihat langit yang mendung, suasana hati Indi ikut murung. Ia berjalan mendekati halte bus.

"Pagi-pagi udah mendung, pulang sekolah pasti hujan nih," ucap Indi sambil menatap awan.

Suara motor lalu mendekatinya dan berhenti tepat di samping Indi. Pengemudi sepeda motor itu langsung menyodorkan helm kepada Indi. Dengan tatapan bingung, Indi menaikkan sebelah alisnya karena tidak mengenali orang itu. "Naik," ucapnya.

Akhirnya Indi baru mengenali suara familiar itu. Tanpa menunggu lama, senyum Indi langsung mengembang dan ia pun menerima helm itu lalu naik ke atas motor.

Motor itu lalu melaju dengan kecepatan sedang.

"Indi kira tadi siapa, ternyata Dewa." ucap Indi memajukan wajahnya agar didengar oleh si pengemudi yaitu Dewa.

Setelah sampai di sekolah, Indi langsung membuka dan mengembalikan helmnya kepada Dewa.

"Besok-besok jangan berangkat sendiri, bahaya." Ucap Dewa mengambil helm dari tangan Indi.

"Gak bahaya kok, Indi udah biasa berangkat sendiri waktu Dewa gak ada," ucap Indi tersenyum. Melihat Indi yang tersenyum, Dewa menjadi merasa bersalah.

"Maaf," ucap Dewa. Indi pun mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, yang penting sekarang Dewa udah balik," ucap Indi.

"Permisi, gue jomblo mau lewat," ucap seseorang menerobos di antara Indi dan Dewa.

"Rio ih!"

"Oh iya Ndi! Silvi kemana? Gue kangen tau sama dia!" ucap Rio murung.

Indi langsung menatap Dewa karena ia tidak tahu keadaan Silvi saat ini. Mungkin saja Dewa tahu.

"Kenapa malah tatap-tatapan sih! Ah gak seru ah kalian berdua!" ucap Rio lalu beranjak pergi dari sana.

"Bilang ke Rio, Silvi sakit. Mungkin dua hari lagi baru bisa sekolah," ucap Dewa kepada Indi.

"Ah-iya," ucap Indi singkat. Ia pun langsung menyusul Rio. "Rio! Tungguin Indi!"

Seseorang lalu menepuk punggung Dewa dari belakang. "Jangan lupa bilang makasih ke gue karena udah jagain Indi waktu lo gak ada," ucap Beni dengan senyumnya.

Setelah mengatakan itu, Beni langsung pergi meninggalkan Dewa. Namun baru beberapa langkah, ia membalikkan badannya.

"Oh iya, cuma mau ngingetin, pilih satu aja jangan lo embat semuanya. Duluan ya!" Dewa menatap dingin Beni.

Teleponnya lalu berdering dan tertera nama Reza di sana.

"Halo,"

"Masalah kemarin gue udah maafin. Tapi kalau lo nyakitin adik gue sekali lagi, gue gak peduli mau lo temen atau saudara gue, habis lo di tangan gue. Gue nitip Indi buat lo jagain, bukannya malah nyakitin."

Tanpa mendengar jawaban Dewa, telepon langsung tertutup. "Ck."

---

"GAK! GUE GAK BISA! GUE HARUS PERGI! SILVI SAKIT DAN GUE ENAK-ENAKAN MAKAN BAKSO DI KANTIN?! GUE HARUS JENGUK DIA!"

"RIO BISA DIEM GAK SIH?!" teriak Indi menghentikan Rio yang seperti cacing kepanasan.

"Tau tuh masih pagi udah ribut! Hilang nafsu makan gue!" ucap Beni tidak jadi memakan sarapan di depannya.

INDIRA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang