break

127 16 2
                                    

-----

"Bang, Indi mau tanya sesuatu," ucap Indi yang kini berada di kamar abang satu-satunya itu.

"Hm," jawab Reza yang masih asik bermain game di handphonenya.

"Kalian nyembunyiin sesuatu tentang Dewa dari Indi kan?"

"You have been slain..."

Kepala Reza langsung menengok ke arah adiknya yang kini sedang menatapnya dingin.

"Mata lo kenapa natap gue gitu? Gue gak tau apa-"

"Indi liat Bang Rasya tadi," ucap Indi membuat Reza kaget namun ia langsung mencoba kembali tetap tenang.

"Ekhem. Liat dimana? Gue kira dia belum balik," ucap Reza kembali memainkan gamenya agar Indi tidak curiga.

"Di supermarket," jawab Indi.

"Udah gue bilangin jangan singgah kemana-mana tuh bocah bener-bener!" Reza sudah mengomel di dalam hatinya. Sebentar lagi Rasya mungkin mendapat pidato singkat dari Reza. 

"Tapi kenapa dia gak hubungin gue ya. Nanti gue telepon aja,"

"Bilangin ke Dewa. Cara kayak gini udah basi. Indi gak suka." ucap Indi lalu ia bangkit dan keluar dari kamar abangnya dengan hati yang kesal.

"Gue lagi kan yang kena! Astaga! Mau pindah planet aja udah!"

"Loh Indi Mama kira kamu di kamar tadi," ucap Fitri menghampiri Indi yang baru saja melangkahkan kakinya dari kamar Reza.

"Hehe iya Ma, tadi Indi di kamarnya bang Eja," ucap Indi.

"Yaudah sana kamu ke kamar, jangan tidur kemaleman, gak baik buat kesehatan," ucap Fitri tersenyum sambil mengelus kepala Indi.

"Iya Ma,"

Indi melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

Ia mencoba memejamkan matanya namun suara dering handphonenya membuatnya bangun.

"Ck. Baru aja mau tidur," Indi mengambil handphone dan mengangkat panggilan dari sahabatnya.

"INDI GUE BAWA BERITA BESAR!!!"

Reflek Indi menjauhkan handphonenya agar tidak merusak telinganya yang sehat.

"Gak sebesar suara Silvi kan?!"

"KATA RIO, BENI KETERIMA BEASISWA DI LUAR NEGERI!!!" Teriak Silvi lewat telepon. Indi langsung mengernyit bingung. Beasiswa? Beni tidak pernah membicarakan hal ini kepadanya.

"Tapi kan kita belum lulus, kenapa udah keterima?" tanya Indi bingung.

"Lah kan lo pacarnya!!! Jangan bilang lo belum tau?!"

Indi terdiam. Perkataan Silvi memang benar. Ia sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan Beni selama ini. Yang ia tahu hanya keinginan Beni untuk membahagiakannya.

"I-indi tutup dulu ya teleponnya,"

"EH GUE BELUM SELE-"

TUTTTTTTTT

Indi menutup teleponnya dan mencari nama Beni. Ia segera menghubungi cowok yang kini berstatus pacarnya itu.

"Halo Ndi, tumben malem-malem kamu telepon," ucap Beni seakan tak ada yang terjadi dengannya.

"Beni gak ada yang mau di omongin sama Indi?" tanya Indi berharap.

"Besok aku jemput ya. Jangan begadang! Selamat tidur cantik!"

INDIRA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang