Jangan Baper.

132 18 1
                                    

 “Your attention please, passengers of Japan Airlines on flight number JL726 to Tokyo please boarding from door B3, Thank you.”

---

"Sampai di sana jangan lupa kabarin, kita juga harus tau gimana kondisi Dewa," Radit menepuk pelan bahu Hery.

"Iya, pasti,"

"Semoga semuanya berjalan lancar dan Dewa segera siuman,"

"Amin,"

"Oh iya Indi dimana? Dia udah tau kan?" tanya Anita tak melihat keberadaan Indi.

"Tadi Reza udah suruh Beni ngasih tau Indi. Soalnya tadi Indi lagi tidur," ucap Reza.

"Yaudah kalo gitu kita pamit dulu,"

"Jangan lupa kabarin gue," Reza menepuk Rasya pelan.

"Iya santai bro!"

"Sampai ketemu lagi ya,"

"Rasya pamit dulu Om, Tante,"

"Iya, safe flight ya, jagain adik kamu di sana,"

"Iya Om,"

"Kalau Dewa udah sadar, suruh dia cepet balik ke Indonesia," Rasya terkekeh mendengar ucapan Reza.

"Yuk Yah, Bang, nanti ketinggalan pesawat,"

"Kita pergi dulu ya, jaga diri kalian,"

"Safe flight!"

Setelah mengucap salam perpisahan, mereka masuk ke pintu keberangkatan. Tanpa mengetahui bahwa Indi dan Beni baru tiba di sana.

"D-DEWA MANA?!"

"BANG! DEWA MANA?! KENAPA DEWA NINGGALIN INDI?!"

"MA! PA! DEWA MASIH DI SINI KAN?! BILANG SAMA INDI KALO DEWA MASIH DI SINI!!!"

"Ndi..."

"BENI KENAPA GAK BILANG DARI TADI HAH?! KENAPA KALIAN GAK NGASIH TAU INDI DARI TADI?!"

"NDI! DENGERIN GUE! DEWA MAU BEROBAT! DIA GAK NINGGALIN LO! DIA BAKAL BALIK KESINI!"

"T-tapi Dewa belum pamitan sama Indi,"

"Sayang, udah ya, nanti kalau Dewa udah sembuh, nanti dia balik ke sini kok,"

"Kalau Dewa gak balik? Gimana?"

"Gampang. Lo tinggal sama Beni,"

---

"Ndi! Beneran Dewa ke Jepang?!" Silvi dan Rio yang baru tiba di kelasnya langsung menghampiri Indi yang sedang menulis di bangkunya.

"Kenapa gue gak dikasi tau?! Kapan berangkatnya?!" Rio mendesak Indi yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.

BRAK!

"Kalian bisa diam? Gak liat Indi lagi nulis?" Indi menatap Silvi dan Rio dengan tatapan dinginnya. Silvi dan Rio tersentak kaget dengan sikap Indi.

"L-lo kenapa kayak gini?"

"Ndi, lo baik-baik aja kan?"

Beni masuk ke kelas Indi dengan membawa roti di tangannya. "Biarin Indi dulu, dia masih kaget Dewa ke Jepang," ucap Beni.

"J-jadi serius?! Dewa pindah ke Jepang?!" Beni menganggukkan kepalanya lalu meletakkan roti di samping tangan Indi.

"Makan dulu, lo belum makan apa-apa dari kemarin malam," Sama dengan responnya tadi, Indi tak menggubris perkataan Beni. Hingga Beni duduk di samping Indi dan merebut pulpen di tangan Indi.

INDIRA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang