-08-

5K 525 6
                                    

22.30

Sejak setengah jam yang lalu Rafka sudah tertidur, itupun harus di paksa oleh bunda terlebih dahulu.

"Kalian berdua belum tidur? Udah malam lho." Ujar bunda lembut.

"Belum ngantuk bun. Ayah sama bunda tidur aja, aku bentaran lagi tidur." Balas Rafa cepat. Bunda dan ayah mengangguk, kemudian mereka berdua sudah menyamakan posisi untuk tidur.

Sekarang yang terjaga di ruangan ini hanyalah Rafa dan Shaka yang sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Shaka."

"hmm"

"Astagfirullah, untung gue sabar yee."

"Apaan? Jangan berisik bunda ayah sama Rafka udah tidur." Ucap Shaka yang sama sekali tak melihat ke arah kembarannya yang sudah tampak kesal.

"Ck! Emang ya lo, ngeselin banget. Eh tapi btw, kok gak kayak biasanya tugas lo numpuk gini, emang kenapa?" Tanya Rafa yang terus terang heran melihat Shaka yang asik membolak balikan halaman pada buku pelajarannya, mungkin mencari jawaban?

"Malas ngerjain." Jawab Shaka yang tentu saja menambah lagi dosa nya karena telah berbohong lagi. Tapi apa daya Shaka? Ia tak mungkin juga jika harus berterus terang.

"Dih! Tumben banget. Dah, jangan begadang, besok libur bukan berarti lo boleh begadang sampe pagi. Gue udah selesai belajarnya, lo juga buruan tidur nya. Apa perlu tidur sekarang aja." Titah Rafa yang hanya di balas deheman oleh Shaka. Setelah menyimpan buku pelajaran nya ke dalam tas, Rafa juga mulai ikut merebahkan tubuhnya yang sudah merontak ingin di istrahatkan.

Shaka di tempatnya terdiam cukup lama. Setelah merasa bahwa Rafa sudah tertidur, Shaka mendekat ke arah sofa, merogoh sesuatu dari dalam tasnya.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, cowok itu mengeluarkan dua pil obat yang biasa cowok itu minum setiap malamnya. Sebenarnya, Shaka tak ingin, hanya saja insomnia cowok itu semakin parah yang membuat nya kesulitan untuk tidur padahal tubuhnya ingin sekali di istrahat kan. Belum lagi akhir-akhir ini pikirannya semakin kacau saja, hal itu tentunya menjadi beban pikiran tersendiri bagi Shaka.

Setelah berhasil menelan pil itu, sebenarnya Shaka ingin langsung tidur, tapi sayang nya lagi-lagi matanya enggan untuk di pejamkan. Maka cowok itu memutuskan untuk bangkit keluar ruangan, sambil membawa bukunya.

Shaka mendudukan dirinya di tempat duduk yang ada di depan ruang rawat milik adiknya itu. Shaka nampak asik dengan buku pelajarannya. Membaca setiap deretan aksara di dalam buku itu.

Mungkin saja, bagi sebagian orang membaca buku pelajaran adalah hal yang membosankan, tapi hal itu tidak berlaku untuk seorang Fauzan Arashaka Dinata, cowok kelahiran Jakarta itu suka melakukannya.

Shaka terlalu larut, hingga tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 03.57. Shaka mendengus kesal. Tubuhnya mulai menggigil karena kedinginan, tangan dan kakinya terasa jauh lebih dingin pula, berbanding terbalik dengan suhu badannya, yang mungkin saja lebih tinggi.

Sudah Shaka menduga, ia demam lagi.

Shaka hanya menghela nafas berat, ia merutuki kebodohannya kali ini. Hari ini Shaka bukan hanya mengikuti kelas musik saja, tapi ada beberapa ulangan harian yang harus ia kerjakan. Jangan heran dan bertanya, memang seperti ini lah Shaka, jika dalam keadaan seperti ini, maka Shaka akan merelakan waktu liburnya untuk menyusul ketertinggalan materinya itu di hari libur seperti ini.

Saat merasa udara malam semakin dingin, Shaka memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan adiknya dengan pelan, takut menimbulkan suara yang dapat membangunkan keluarganya.

𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang