-09-

4.9K 492 8
                                    

Sejak 15 menit yang lalu, Shaka pamit pulang terlebih dahulu, katanya ia ingin bersiap untuk mengikuti kelas musik nya pagi ini. Padahal semua itu tak lebih dari alasannya untuk pergi ke sekolahnya hari ini. Tapi Shaka tak berbohong soal kelas musik nya.

Shaka menghela nafas berat, sebelum melangkah kan kakinya ke garasi, untuk mengambil motornya. Cowok itu tak peduli dengan keadaan nya yang tengah demam saat ini, untung saja demam nya sudah turun, walau kepalanya sedikit pusing. Tapi tak apalah, Shaka tetap memaksakan dirinya.

****

Di sini lah sekarang cowok itu berada, di sebuah bangunan besar dan luas tempat ia menimbah ilmu sejak menginjak kan kakinya ke jenjang SMA.

Sekolahnya yang sebenarnya, bukan sekolah ke dua kembarannya itu. Sekolah yang tak ia datangi selama tiga hari hanya untuk menggantikan sekolah adiknya.

"Pagi Ka..." Sapa seorang guru yang tiba-tiba datang menghampiri Shaka. Cowok itu hanya membalasnya dengan deheman kecil.

"Langsung ke kelas saja. Ehm, ngomong-ngomong, kenapa gak masuk sekolah tiga hari?" Tanya guru muda yang bernama Bu Metta.

"Privasi." Jawab Shaka dengan nada dinginnya.

Bu Metta hanya mengulum senyum tipis, terlampau paham dengan sikap muridnya yang satu ini.

"Terus tiga hari juga kamu gak dateng ke sekolah buat nanyain materi. Kan biasanya kamu sering ke sekolah tiap sore buat nanya tugas ke guru-guru kalau kamu gk hadir pas pagi di sekolah. Dan dua hari kemarin juga kenapa kamu bolos kelas musik?" Tanya bu Metta lagi. Shaka hanya berdecak sebal, jika saja Shaka tak ingat orang di depannya seorang perempuan, yang merupakan guru nya yang mau membantunya mengejar ketertinggalan materi, udah Shaka jamin orang di samping nya itu berakhir di rumah sakit.

"Maaf, saya juga punya privasi. Walaupun ibu guru privat saya, dan masih ada hubungan keluarga sama bunda, gak semuanya harus ibu tahu." Balas Shaka cepat.

Memang bu Metta adalah adik sepupu dari bundanya. Walau begitu, hubungan mereka tak terlalu dekat. Bahkan awalnya Metta tak mengetahui jika Shaka anak dari kakak sepupunya dan memiliki dua kembaran.

"Maaf, gak bermaksud. Ya sudah. Ini soal ulangan nya. Ini ada enam mata pelajaran, karena memang selama kamu tiga hari tidak hadir, guru-guru mata pelajaran, memberikan ulangan-ulangan harian. Saya juga sudah mengatakan kepada kepala sekolah dan guru-guru mata pelajarannya, dan mereka hanya bisa menitipkan soal nya kepada saya, karena mereka tidak bisa datang langsung. Dan untuk ini, pelajaran matematika ada 20 no esay, biologi juga kayak gitu. Dan untuk yang PKn dan bahasa inggris dan soalnya 35 no, 15 Pilihan ganda dan 20 isian. Terus yang terakhir-" Penjelasan bu Metta langsung di potong oleh Shaka.

"Makasih penjelasan nya, tapi saya tidak butuh penjelasan anda." Sela Shaka cepat, kemudian langsung mengambil soal yang masih berada di tangan bu Metta.

Bu Metta hanya bisa menghela napas pasrah.

"Saya tinggal dulu. Saya masih ada urusan di ruang guru. Kalau ada yang gak kamu pahami, kamu bisa tanyakan kepada saya."Ucap bu Metta kemudian langsung meninggalkan Shaka sendirian dengan lembaran-lembaran soal itu.

Shaka menghela napas berat. Ia tau sekolahnya ini seperti apa, bahkan bagaimana guru memberikan ulangan kepada murid nya. Semua soalnya itu semua di luar dugaan. Tapi untung saja, Shaka termaksud siswa yang cerdas, jadi semuanya bisa untuk Shaka jawab. Ralat, tidak semua juga, kadang kala anak itu merasa kesusahan sendiri juga.

"Ini baru ulangan, tugas juga pasti ada nih." Gumam Shaka yang kini tengah fokus mengerjakan soal ulangan matematika nya terlebih dahulu. Shaka tidak terlalu suka dengan angka tapi dia bisa di bilang mahir dalam perhitungan di pelajaran ini.

Setengah ham berlalu dan Shaka sudah menyelesaikan 14 soal easy matematika nya, namun sepertinya saat di nomor 15 ia mengalami sedikit kesulitan.

"Arghh" Gerutu Shaka kesal, ia melupakan rumus untuk jawaban di soal nomor lima belas. Bukan apa-apa, sedari tadi ia mencoba fokus, tapi kepalanya juga masih pusing, hal itu membuat fokus nya terbagi.

"Anj*r banget yang buat soalnya gak ngotak!" Umpat Shaka yang sekarang sudah beralih mengerjakan ulangan PKn nya.

Mungkin bagi sebagian orang, mengerjakan soal matematika dalam waktu setengah jam itu tak mudah, tapi Shaka bisa walau ia tadi merasa sedikit kesusahan.

Shaka fokus mengerjakan semua soalnya, sungguh Shaka meresa begadang nya tadi malam itu tidak sia-sia, karena semua yang ia pelajari semalam, sebagian besar ada di dalam soal yang tengah ia kerjakan sekarang ini.

Sedangkan dari luar kelas, bu Metta memperhatikan shaka yang sama sekali tak menyadari kehadiran bu Metta di sana.

"Saya memang tidak dekat dengan anda, tapi saat kecil dulu, saya dekat dengan bunda kamu, Ka Nadin. Saya memang tidak tau apa yang kamu alami, tapi saya yakin, kamu tertekan dengan semua itu." Gumam Metta yang menatap anak dari kakak sepupunya itu dengan sendu.

"Huft..." Shaka meletakkan kepalanya di atas lipatan tangannya yang berada di atas meja. Cowok itu merasa tangannya sangat kebas. Jadi ia memutuskan untuk beristirahat sejenak, sembari mencoba meredakan sakit di kepalanya itu.

"Ka, kalau gak bisa lanjut lagi, mending di pending aja. Dua ulangannya nanti pas udah masuk aja." Saran bu Metta yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas, membuat Shaka harus mendongakkan kepalanya.

"Tidak. Jika bisa sekarang, kenapa harus di tunda? Saya hanya beristirahat sejenak, lagi pula tinggal dua lagi, itu bukan masalah." Sahut Shaka cepat, kemudian kembali memperbaiki posisi duduknya, dan kembali menatap lembar-lembar soal itu.

"Ya sudah." Ucap bu Metta yang hanya bisa pasrah.

Shaka kembali meneliti setiap jawaban soal yang ia kerjakan. Butuh waktu empat jam lebih untuk Shaka menyelesaikan semua nya. Kepalanya benar-benar mau pecah saat di ulangan fisika tadi, jujur saja Shaka paling benci pelajaran fisika dari pada matematika.

"Ck! Guru fisika nya gila banget! Ngasih soal ulangan harian aja udah kayak mau kasih soal ujian nasional, banyak banget mana esay semua lagi. Dih ngeselin." Gerutu Shaka. Kemudian memilih bangkit dari duduknya untuk menemui bu Merta yang ada di ruang guru untuk menyerahkan lembar jawaban ulangannya itu.

"Permisi"

"Eh ada Shaka. Masuk, bu metta nya ada di dalam." Itu suara Pak Didin, Shaka hanya membalasnya dengan senyum tipis.

"Ini. Saya taruh di atas meja ibu." Ujar Shaka, bu Metta langsung menatap Shaka dengan senyum hangatnya.

"Ya sudah. Oh ya, ini saya sudah tandakan, materi yang harus di catat, ini semua dari guru mapel nya. Terus untuk tugas bahasa indonesia, itu dari halaman 113-117. Untuk yang kimia tugasnya cuman halaman 152 dan 153 aja. Cuman itu saja." Ujar bu Metta, Shaka hanya menghela nafas berat, sebelum akhirnya mengangguk.

"Maksih, saya permisi dulu." Pamit Shaka.

"Eh Shak"

Shaka menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap bu Metta yang memanggilnya.

"Iya?"

"Ada kelas musik?"

"Iya. Kalau udah gak ada yang penting, saya permisi. Terima kasih untuk bantuan nya bu Metta atarjuna" Ucap Shaka dengan nada datarnya, kemudian langsung meninggalkan ruangan bu Metta, lalu berpamitan dengan beberapa guru yang ada di ruang guru ini, yang kebetulan memang sedang menyelesaikan tugas mereka.

Tbc....

Haii...

Aku harap kalian nggak bosan ya...

See u

04.03.21

𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang