Pelukan penuh sayang, tangis bahagia, serta senyuman kebanggaan, benar-benar menggambarkan suasana berbahagia di hari kelulusan seluruh siswa kelas dua belas SMA Wirasantika. Atau lebih tepatnya sekolah si bungsu keluarga Dinata, Rafka.
Anak itu tampak bahagia di peluk dan mendapatkan pujian dari keluarganya. Di hari ini juga ada Rafa, yang kelulusannya sudah selesai dua hari yang lalu.
"Bun, foto dulu lah. Biar ada kenang-kenangan." Usul Rafa yang di angguki oleh anggota keluarganya yang lain.
Rafa meminta seorang anak yang merupakan adik kelas sang kembaran untuk mengambil foto keluarganya dengan kamera baru yang ia dapat hasil tabungannya selama setahun lalu.
Lantas, dengan segera mereka berpose untuk di ambil gambarnya. Setelah selesai, Rafa mengucapkan terima kasih, dan mulai mengambil alih kameranya untuk melihat hasil fotonya.
Cowok itu tersenyum tipis, hatinya seketika berdenyut sakit, ketika sadar ada yang kurang.
Shaka.
Seharusnya sosok itu ada, dan hadir di tengah-tengah mereka. Tapi sekali lagi, kenyataan benar-benar menamparnya telak. Karena pada dasarnya, kembarannya itu sudah berpulang terlebih dahulu dua bulan yang lalu.
Luka kehilangan itu pun masih membekas jelas, rasa sakitnya pun masih sama. Tapi, lambat laun, mereka berusaha untuk kembali menata hati mereka yang hancur untuk terus melanjutkan kehidupan mereka kedepannya yang pastinya akan berubah.
"Setelah ini kita bakal pindah ke Bandung, Shak. Gue sama Rafka juga ada di satu Universitas yang sama walau beda fakultas. Sesuai mimpi lo buat terakhir kalinya, tapi sayangnya lo gak bisa ada di tengah-tengah kita semua." Gumam Rafa pelan. Cowok itu terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tak sadar Rafka sedari tadi memperhatikannya.
"Gue kangen dia Bang." Cicit Rafka pelan. Rafa yang mendengar suara sang kembaran pun langsung mendongakan kepala, kemudian tersenyum tipis.
"Gak cuman lo yang kangen dia dek, tapi semua. Lihat Ayah dan Bunda? Mereka juga kangen, tapi berusaha untuk kuat. Jadi lo jangan cengeng, okeh. Ini kan hari kelulusan lo, jadi jangan sedih gitu. Shaka pasti gak bakal suka." Ujar Rafa sambil merangkul bahu sang kembaran yang sekarang sedikit lebih tinggi dari dirinya.
"Rafa, Rafka! Pulang yuk, Bunda mau masak makanan kesukaan kalian nih..." Panggil Bunda yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kedua kembaran itu langsung mengangguk, dan mulai menghampiri sang Bunda.
Nadin memang sudah mencoba ikhlas, walau tak bisa di pugkiri, hatinya sering kali berdenyut sakit saat mengingat anaknya yang lain, yang sudah tak dapat lagi sama-sama dengan mereka. Nadin bersikap biasa bukan karena dia benar-benar sudah bisa melepas kepergian anaknya yang lain, dia hanya ingin agar dua anaknya itu tak merasa khawatir tentang keadaan mentalnya yang sedikit kacau itu.
"Wokeh Bun. Pasti bakal enak nih!" Seru Rafka yang setelahnya memberikan satu kecupan di pipi sang Bunda.
∴━━━In the Middle━━━∴
Suara benda dapur yang saling beradu, menandakan Bunda benar-benar menepati kata-katanya dan sekarang tengah bertempur di dapur untuk membuat menu kesukaan anak kembarnya.
"Hai Bunda!" Sapa Rafka yang tiba-tiba muncul dari belakang setelah mengganti pakaian dengan pakaian nya yang lebih santai.
"Juga sayang." Jawab Bunda tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari beberapa rempah yang saat ini tengah di tumisnya menjadi satu.
"Bunda lama ya? Kalau iya aku sama abang izin keluar dulu ya, mau jalan-jalan bentar, boleh gak bun?" Tanya Rafka sambil nyengir. Nadin sendiri tampak mendongakan kepala guna melihat eksistensi sang putra bungsu.
![](https://img.wattpad.com/cover/252608375-288-k21097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓
Ficção AdolescenteFamily-brothership Ini tentang dia, tentang Shaka. Tentang si tengah dari tiga kembar. Shaka namanya, sosok dingin, irit ngomong dan sering di juluki sebagai papan tripleks oleh Rafka, kembarannya yang punya selisih satu jam lebih adik darinya. B...