Pagi ini, sang surya nampak tak muncul karena tertutup awan gelap yang membentang di angkasa luas diatas sana. Cuaca pagi ini jauh lebih dingin dari biasanya. Tapi bagi tiga kembar ini, entah kenapa di cuaca yang seperti ini mereka sangat bersemangat untuk segera berangkat ke sekolah.
"Duh, jangan buru-buru dong, sayang." Tegur bunda lembut, saat melihat bagaimana Rafka yang melahap sarapannya dengan terburu buru. Ayah hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putra bungsunya.
"Biarin aja bun, biar keselek tau rasa." Celetuk Rafa yang dengan santai meminum susunya.
Berbeda dengan Rafka yang kayak cacing kepanasan saat sarapan, serta Rafa yang milih santai saat makan, Shaka memilih menikmati sarapannya dengan diam. Tak ikut berkomentar ataupun menimpali perdebatan kecil dua kembarannya itu.
"Bun ... aku gak mau minum susunya, kan bunda tau aku gak suka susu rasa vanila. Masa bunda lupa?" Keluh Rafka yang kemudian mendorong susu yang berada di dalam gelas itu menjauh sedikit dari nya.
"Ya ampun, dek. Maaf ya, bunda lupa."
"Terus siapa yang minum? Nanti mubazir lho." Semua diam, tak ada yang menyahuti ucapan ayah. Sampai akhirnya ayah melirik sekilas Shaka yang hanya meminum air putih.
"Shaka, di minum aja ya. Entar takut mubazir, kan gak baik." Ujar ayah lembut. Shaka yang merasa namanya di tarik dalam obrolan, langsung mendongakkan kepalanya, menatap ayah yang sudah menyodorkan susu milik Rafka ke hadapannya.
"Tap—"
"Ck, lama lo Shak. Tingg minum aja pake tapi nya doang, entar mubazir. Buruan." Shaka mendengkus kasar, kemudian menatap tajam ke arah Rafka yang memaksa nya dengan tampang tak bersalah sama sekali. Lantas, dengan sedikit dongkol, Shaka menandaskan susu milik Rafka dengan cepat, kemudian bangkit dari duduknya, dan langsung berpamitan dengan ayah dan bunda.
"Aku pamit dulu, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Oh ya bun, aku sama Rafka juga berangkat, tenang kok, aku pake mobil, jadi gak perlu khawatir. Dahh bun, yah. Assalamualaikum." Pamit Rafa yang diikuti oleh Rafka setelah nya.
━━━In the Middle━━━
Di dalam mobil yang di kendarai Rafa hanya ada hening. Tak ada satupun di antara mereka berdua yang berniat memecah hening yang terjadi sesaat setelah mereka masuk mobil tadi. Hingga suara Rafka terdengar memecah hening detik itu juga.
"Emang kenapa sih, si Shaka sampe natap gue tajam kayak tadi? Padahal kan gue cuman nyuruh dia minum tuh susu, gak pake ribut pula."
Terjadi keheningan beberapa detik setalah tanya yang sedari tadi berputar di pikirannya berhasil ia katakan kepada Rafa.
"Mana gue tau, mungkin gak suka kali dia di paksa minum susu. Tau kan si Shaka dari dulu gak pernah kelihatan minum susu. Kecuali pas bayi sih." Jawab Rafa enteng sambil terus memfokuskan atensinya ke depan.
"Emang lo lihat pas dia masih bayi? Kan, kita bayinya sama-sama." Pertanyaan kelewat polos itu terlontar begitu saja dari Rafka, membuat Rafa menggeram kesal. Memang sih, tidak ada yang salah, tapi— ah sudahlah, susah emang kalau berhadapan dengan Rafka.
"Ah tau lah, terserah lo." Pasrah Rafa. Setelah itu hening kembali terjadi hingga Rafka sampai di sekolah.
"Ingat pesan gue semalam. Tetap hati-hati, kalau hujan jangan basah-basahan. Gue pamit dulu, bye."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓
Teen FictionFamily-brothership Ini tentang dia, tentang Shaka. Tentang si tengah dari tiga kembar. Shaka namanya, sosok dingin, irit ngomong dan sering di juluki sebagai papan tripleks oleh Rafka, kembarannya yang punya selisih satu jam lebih adik darinya. B...