-16-

4.5K 469 8
                                    

Semua siswa kelas 12 Ipa 1 itu kini berpencar menjadi tiga bagian. 10 orang yang membersihkan di bagian toilet, 18 orang lainnya tengah bekerja bakti membersihkan halaman sekolah bagian depan, sampai belakang. Sedangkan Shaka sendiri tengah berusaha menyelesaikan putarannya.

Shaka pikir semuanya bisa dia kerjakan seorang diri, tapi bahkan baru di putaran ke sepuluh saja, Shaka sudah merasa lelah luar biasa. Tapi apa boleh buat, dirinya sendiri yang memutuskan untuk menyelesaikan hukuman putaran itu seorang diri, jadi walaupun lelah, dia harus bisa bertanggung jawab dengan kata-katanya.

"Gila! Gans banget pacar orang!"

"Cih! Mampus, kena hukum!"

"Gue do'a in sampe sekarat lo jalanin hukumannya!"

"Kenapa gak di skorsing aja sih? Mual gue lihat mukanya yang sok kecakepan"

"Anak kesayangan guru, kok bisa di hukum sih? Utututu kaciann gue syukurin lo kena hukum! Wkwkwk."

"SHAKA GILA CAKEP BANGET WOY! ITU LIHAT AHHH, GAK KUATTT GUE, PEN PINGSAN AJA."

"Lebay"

Shaka tak menggubris teriakan dari anak kelas 12 Ips 3 yang tengah mencibir dan memuji nya.

"Shaka." Panggil seseorang dari sisi lain lapangan. Shaka menatap sekilas ke arah orang yang memanggilnya. Di sana ada bu Metta.

Shaka hanya merotasikan matanya malas, tapi tetap berhenti untuk menghargai panggilan adik sepupu bundanya.

"Kenapa lari lapangan?"

"Lagi konser." Jawab Shaka ketus.

"Kalau konser ada panggungnya kali." Ucap bu Metta.

"Ck! Dah tau kalau saya di hukum kenapa nanya? Kalau udah gak ada urusan, anda bisa pergi. Dan ingat jangan pernah ngadu apapun ke bunda." Setelah megucapkan itu, Shaka kembali berlari, berharap bisa segera menyelesaikan hukumannya secepatnya.

"Dasar anak itu" Gumam bu Metta yang tak habis pikir, kemudian meninggalkan Shaka yang kini tampak fokus menyelesaikan putarannya yang masih tersisa 120 kali itu.

****

  Matahari semakin terik walau masih pagi. Teman-teman Shaka yang lain memutuskan untuk istirahat setelah mengerjakan hukuman masing-masing. Berbeda dengan Shaka yang kini masih terus berlari, tak peduli dengan kakinya yang hampir mati rasa. Kepala nya juga sudah berdenyut nyeri, nafasnya sudah tersengal-sengal. Hampir dua jam dia berlari, tapi rasanya untuk benar-benar menyelesaikan hukumannya itu terlalu lambat. Masih ada sisa 25 kali putaran, setelah itu hukumannya benar-benar berakhir.

"Jan! Istrahat dulu woy." Pekik Radit yang kini sudah beristirahat sebelum membantu teman-temannya yang belum menyelesaikan hukumannya.

Tapi sayangnya, Shaka tak menggubris panggilan itu. Bahkan untuk bersuara saat ini, rasanya terasa begitu susah.

Sampai akhirnya...

Brukk!

"Arghh!" Erang Shaka bertepatan dengan jatuhnya anak itu.

Shaka merasakan kakinya benar-benar akan patah, Shaka tak bisa lagi menjabarkan lagi bagaimana rasa sakit pada kakinya saat ini.

Teman-temannya yang kebetulan sedang istirahat di pinggir lapangan langsung panik bukan main, terlebih melihat bagaimana wajah pucat Shaka dan raut wajah nya yang menahan sakit. Wajah datar itu benar-benar hilang. Tapi mereka tak peduli, kini yang penting, mereka harus bisa membantu Shaka menghilangkan rasa sakit itu.

"Sakit banget ya Jan? Gue bantu ke uks ya." Itu suara Radit yang terdengar bergetar. Dia takut sekaligus panik. Walaupun bagi mereka Shaka itu dingin, cuek, sarkas dan lain-lain, anak-anak sekelas sudah menganggap Shaka sahabat mereka. Terlepas dari bagaimana sikap anak itu yang selalu tertutup.

"Arghh! Please bantuin gue, kaki gue gak bisa gerak, akhh..." Rintihan itu terdengar sangat menyakitkan. Mereka kasihan, tapi bingung juga harus bertindak seperti apa.

"Kalian yang hukumannya udah selesai, balik aja ke kelas, atau gak bantuin yang belum selesai biar cepat selesai. Kalau udah, langsung balik ke kelas, tungguin guru, jangan ada yang bolos, gue sama Radit yang bantu Fauzan ke Uks" Titah Ragil yang mendapatkan anggukan terpaksa dari mereka semua.

"Jan, lo dengar gue kan, jangan pingsan oy." Shaka masih mendengar suara pekikan Ragil, tapi kepala nya terlalu pusing jika membuka mata, di tambah nyeri pada kakinya membuat ia memutuskan untuk diam, walaupun dia ingin berteriak menyuarakan kesakitannya.

"Udah lah Gil, gendong aja anak nya ke uks." Ujar Radit yang berhasil di hadiahi jitakan kasar oleh Ragil.

"Jijik gue. Nanti malah di sangka yang macam-macam sama anak lain. Ogah ah." Tolak Ragil dengan tegas. Radit hanya berdecak kesal.

"Ughh.. Ribut lo berdua. Gue juga gak butuh bantuan lo berdua." Ketus Shaka yang kini sudah membuka matanya. Menatap dua orang yang kini tengah berdebat kecil.

"Gue kira lo pingsan" Gumam Ragil.

"Eh, udah biar kita yang bantu jalan ke uks. Kagak di gendong, tenang aja." Ucap Radit yang langsung membantu Shaka yang tengah kesulitan berjalan.

Jika dalam keadaan biasa mungkin Shaka akan langsung menepis dan memaki dua orang di depannya saat ini. Tapi sayanganya saat ini, dia memang membutuhkan bantuan dua orang itu untuk berjalan, karena kakinya yang terlalu lemah untuk di ajak melangkah.

****

  Shaka mendudukan dirinya di atas brangkar yang memang merupakan fasilitas untuk uks sekolah.

"Masih sakit gak itu kakinya?" Tanya Radit pelan. Shaka hanya mendongakkan kepalanya, menatap sekilas dua orang di depannya itu.

"Gak usah di peduliin." Jawab Shaka dengan suaranya yang kembali datar.

"Ck! Masih untung dah di tolongin, ketus amat jawabnya. Makanya kalau di bilangin jangan batu. Gue sama Radit balik ke kelas, lo istirahat aja dulu." Ujar Ragil sedikit kesal dengan nada bicara Shaka.

"Hm, btw Thanks." Balas Shaka sedikit ragu, tapi akhirnya ia tetap mengucapkan terima kasih. Bagaimana pun juga dua orang yang menurutnya aneh itu sudah membantunya hari ini.

"Yoi, sans aja, kan kita temenan. Udah lo istirahat, Bye!" Pekik Radit yang sudah di ambang pintu ruang uks.

Sedangkan Shaka di tempatnya hanya bisa menghela nafas panjang menatap kepergian dua teman sekelasnya itu.

Sejujurnya tubuh Shaka benar-benar lemas saat ini. Berlari hampir dua jam tadi berhasil menguras habis tenaganya yang belum benar-benar pulih. Tapi sekali lagi, Shaka hanya ingin bersikap baik-baik saja, berusaha meyakinkan dirinya sendiri agar tidak memanjakan tubuhnya yang lemah.



Tbc...

Doble up nih

Tapi maaf kalau lagi dn lagi partnya ngecewain...

Maksih jga buat yg mau mampir

See u



19.03.21

𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang