-01-

12.7K 735 7
                                    

Kata orang jadi anak pertama itu enak karna selalu jadi prioritas orang tua? Apa-apa kepentingannya selalu di dahulukan dari adik-adiknya?.

Yaps, that's right, but

Jadi yang tertua tidak selamanya menyengkan seperti yang orang-orang katakakan.

"abang itu harapan keluarga dan abang juga harus bisa jagain adek-adeknya ya. Gimanapun situasinya, abang itu contoh untuk adik-adik"

Satu kalimat dari ayah yang tak pernah bisa untuk Rafa lupakan. Kalimat yang sudah di tanamkan sejak usianya 4 tahun dari sang ayah, membuat Rafa yang di umurnya saat itu baru menginjak usia 7 tahun itu menjadi sosok penyayang terhadap adik-adiknya.

"bang, aku ikut yaa" rengek bocah yang memiliki selisih 2 jam lebih muda dari Rafa, dia Rafka. Adik bungsunya yang memiliki wajah yang sangat mirip dengannya.

Dengan cepat Rafa menggeleng.

"enggak ada, kamu gak boleh ikut, kamu di rumah aja, ayah sama bunda juga pasti gk ngizinin kamu" tolak Rafa lembut seraya mengelus surai hitam milik sang adik.

"yah bang, kan sekali doang" Rafi masih bersikeras membujuk abangnya itu.

"enggak ya dek, kamu di rumah aja. Diluar sana banyak orang jahat lho, gimana kalau tiba-tiba ada yang nyulik kamu, hm?" ucapan yang baru saja dilontarkan rafa, sukses membuat sang adik bergidik ngeri. Dia tak ingin jadi korban penculikan.

"iya sudah, aku di rumah aja" cicit Rafka sambil menunduk. Rafa sebenarnya tak tega, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah perintah dari sang ayah untuk tidak membiarkan Rafka ikut keluar rumah kecuali kalau ada ayah dan bunda.

"yaudah, abang cuman sebentar doang kok, kamu main sama Shaka aja gih" Rafka menggeleng cepat.

"tidak, Shaka itu seperti kulkas berjalan! Biarpun aku dan Shaka lahirnya cuman selisih 1 jam, dia itu berbeda. Nyeremin. Tapi kadang baek juga sih" Rafa hanya terkekeh pelan, kemudian mengacak rambut adiknya itu.

"idih, ketahuan Shaka, nanti di marahin lho. Udah sana, abang keluar bentar, cuman beli gula doang kok" akhirnya Rafka mengangguk kemudian berlari masuk ke dalam.

****

Efandra Rafael Dinata si sulung yang penyang dan juga seorang yang ambisus soal nilai. Selalu menjadi kesayangan semua orang.

Tapi sayang, tak ada yang pernah mengerti betapa ingin rasanya Rafa hidup tanpa tuntutan sang ayah untuk menjadi si sempurna tanpa cela sedikitpun.

Walau ayah tau, semua anak punya standarnya masing-masing.

"Raf, ngehayal aja lo!" ucap Andi yang langsung membuyarkan lamunan Rafa detik itu juga.

"enggak kok"

"halah! Mikirin apa sih?" tanya Andi.

Rafa hanya menggeleng "enggak papa, gak ada yang gue pikirin kok"

"lo boleh bohong ke semua orang Raf, tapi enggak sama gue. Gue udah kenal lo sama  kembaran lo udah dari kecil, lo gak bisa bohong sama gue" ujar Andi. Rafa hanya bisa menghela nafas kasar. Sebelum akhirnya netranya di bawa menatap manik mata segelap malam milik sahabat nya itu.

𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang