-35-

7.2K 517 14
                                    

Malam itu berlalu dengan begitu cepat. Malam yang berakhir dengan canda tawa dan kembalinya hubungan keluarga itu seperti sebelumnya.

"Pagi Ayah, Bunda." Sapa Shaka yang baru saja keluar dari kamar dan langsung memberikan pelukan untuk Ayah dan Bundanya.

"Kok tumben sih, Shak? Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba kayak gini?" Tanya Bunda yang jujur merasa heran dengan perubahan sikap Shaka dari kemarin.

Shaka terkekeh pelan, kemudian mengecup singkat pipi sang Bunda.

"Di luar anginnya kencang bun, kek nya bentar malam hujan deh jadi Shaka kek gini, hehe. Lagian gk papa kan? Aku tuh cuman pengen aja jadi kayak Shaka yang umur lima tahun, wkwk. Gak buruk-buruk amat ternyata." Ujar Shaka enteng, lalu melirik sekilas ke arah Ayahnya.

"Ayah gak marah gara-gara permintaan aku semalam kan?" Tanya Shaka hati-hati. Ardan langsung menggeleng cepat.

"Enggak, gak masalah. Justru Ayah yang minta maaf gara-gara Ayah kalian gak pernah ngerasain satu sekolah bareng. Jadi buat sekarang, Ayah gak masalah lagi kalau kalian pengennya masuk di satu Universitas yang sama." Senyum Shaka mengembang setelah mendengar penuturan dari sang Ayah.

"Ayah emang the best deh." Ucap Shaka sebelum akhirnya memilih untuk segera menghampiri dua saudaranya yang sudah menunggunya di mobil.

∴━━━In the Middle━━━∴

"Seriusan ini? Tumben banget mau bareng ke sekolahnya." Tanya Rafka yang sekali lagi dibuat heran dengan sikap Shaka hari ini.

"Ya iyalah. Emang lo mau maksain gue ke sekolah naik motor? Rem gue blong, belum di perbaiki." Ketus Shaka.

"Udah ah masih pagi, telinga gue sakit dengerin lo berdua." Ucap Rafa yang mulai menjalankan mobilnya.

"Btw, serius nih kita bertiga bakal jadi saingan besok?" Tanya Rafka membuka percakapan pagi itu.

"Ya iya lah. Namanya juga di satu lomba yang sama. Bersaing secara sehat tapi." Ujar Rafa tanpa menoleh ka arah Rafka.

"Dih, lo kira sapa juga yang mau main curang, soudzon mulu sama saudara sendiri." Kesal Rafka.

"Ya kan siapa tau ..."

"Nahkan, kok malah lo berdua yang berisik sih?" Rafka yang di detik sebelumnya mendengkus kesal, justru sekarang tergelak karena ekspresi wajah Shaka yang menurutnya lucu.

"Gue gak ngelawak Ka. Raf, udah stop, di depan dah sekolah gue. Lo berdua hati-hati, gue duluan, assalamualaikum." Pamit Shaka cepat, kemudian langsung pergi begitu saja meninggalkan dua kembarannya yang berdecak kesal itu.

"Jangan dingin-dingin, entar jadi beku!" Pekik Rafka yang di akhiri kekehan kecil dari labiumnya.

"Kebiasaan banget suka nistain saudara sendiri." Gumam Rafa tak habis pikir dengan sikap Rafka yang satu ini.

"Hahah, komuk nya pas banget soalnya. Udah ah, telat gue ini lama-lama." Ujar Rafka yang terkekeh pelan. Rafa hanya mendengkus kasar sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya.

∴━━━In the Middle━━━∴

16.10

Angin sore ini berhembus dengan kencang, namun memberikan kesan menenangkan untuk Shaka yang seharian penuh menghabiskan waktu dalam perpustakaan.

𝑀𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang