5

26.4K 3.2K 314
                                    


Saat semua sudah tidak sabar untuk ke kantin, siswa-siswi di kelas ini mengurungkan niat itu karena dihalangi oleh sekelompok senior yang tiba-tiba muncul di ambang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat semua sudah tidak sabar untuk ke kantin, siswa-siswi di kelas ini mengurungkan niat itu karena dihalangi oleh sekelompok senior yang tiba-tiba muncul di ambang pintu. Aku yang baru saja mengeluarkan bekal, terpaksa memasukkannya kembali ke dalam laci meja.

Tiga senior cewek dan seorang senior cowok berdiri di depan setelah menyuruh kami untuk duduk dengan tenang. Di antara mereka bertiga, senior cowok itu yang memimpin pembicaraan.

Aku ingat cowok itu. Dia salah satu siswa yang membanggakan sekolah senin kemarin.

"Halo, semua," sapa cowok itu, lalu dibalas dengan bersamaan oleh kami. "Kenalin gue Raihan dari XII IPA 1. Ketua klub Matematika. Dan tentu tujuan gue ke sini adalah untuk mengundang siapa pun yang senang dengan Matematika, untuk menjadi salah satu anggota klub."

Klub Matematika? Aku agak tertarik mendengarnya.

"Kak!" Seorang siswi mengangkat tangannya, diiringi cekikikan dari temannya. "Kalau jadi anggota klub, boleh datang doang dan nggak perlu belajar?"

"Nggak boleh, lah," kata Kak Raihan. Sementara wajah dua senior cewek di depan sana mengerut. Mereka memandang siswi itu tidak suka.

"Kalian masuk klub tentu untuk belajar dan bertukar pikiran. Oke, gue nggak bisa lama-lama karena kalian juga pasti pengin cepet ke kantin. Jadi...." Kak Raihan menatap penjuru kelas dan aku tidak mau merasa saat tatapannya berhenti di aku.

"Bagi yang pengin masuk, segera angkat tangan. Nama kalian akan dicatat sama Kak Nora." Kak Raihan menunjuk siswi dengan rambut yang diikat asal-asalan di sampingnya.

Hening. Tidak ada yang mengangkat tangannya. Aku jadi ragu untuk mengangkat tangan. Kalau aku mengangkat tangan, pasti jadi perhatian yang lain dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Senyum Kak Raihan melebar. "Sepertinya kalian terlalu takut sama Matematika, ya? Apa gimana?" tanyanya. Tatapannya kembali mengarah kepadaku. "Eum, lo yang rambut kepang. Kelihatannya lo dari tadi pengin angkat tangan, tapi malu?"

Aku terdiam. Semua di kelas langsung memusatkan perhatian kepadaku.

"Nama lo?" tanya Kak Raihan.

"Masha Devi Gantari...."

Aku tidak sadar. Kak Raihan rupanya memasukkan namaku sepihak.

Tak lama setelah itu, seorang siswi mengangkat tangannya. Dia wakil ketua kelas, Sandra. Lalu beberapa siswi dan siswa mulai ikut mengangkat tangannya. Ada 6 orang, termasuk aku di kelas ini yang akan menjadi anggota klub Matematika.

Gama tiba-tiba muncul di ambang pintu, menyandarkan lengannya di sana sambil bersedekap. Bagaimna aku tahau? Radar kehadirannya sangat gampang terdeteksi. Siswa-siswi sangat cepat mengetahui keberadaannya yang selalu menarik perhatian sekali pun dia diam.

"Gue bisa masuk juga, kan?" tanyanya dengan bentakan kepada Kak Raihan.

Kak Raihan tersenyum. "Boleh, tapi ngomong-ngomong kenapa lo malah di sini? Di kelas sebelah kan udah ada perwakilan yang datang."

WallflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang