25

17K 2.8K 389
                                    

wallflower

Aku melangkah buru-buru meninggalkan kelas bersama perasaan kesal. Hampir saja aku mengatainya jika aku tidak berusaha untuk tetap tenang.

Mereka berdua memang pasangan yang sangat serasi. Terutama dalam hal membuat muak orang lain.

BRUK

Aku terlalu buru-buru sampai menabrak seseorang. Orang itu memegang pinggangku, tapi aku langsung tahu dia adalah Gama saat aku mencoba menjauh.

Jadi, dalam waktu beberapa detik itu kami hanya saling pandang dalam diam dan posisi yang dekat. Sangat dekat.

Aku menjauh kaget. Dia juga menjauh sambil menggaruk kepalanya. Aku jadi tahu kebiasaan Gama yang satu itu jika dia terperangkap dalam situasi canggung.

"Kok buru-buru?" tanyanya, mendekat. Aku langsung melangkah pergi. Dia mengikut di belakangku.

"Tadi Kak Daru datang. Ngomong aneh." Aku mendengar suaraku sedang tertahan menahan amarah.

"Dia ngomong apa?" Suara Gama semakin dekat bersamaan dengan suara langkahnya yang tergesa. Aku menoleh, lalu berhenti. Kulihat tampak raut wajah marah darinya.

Fakta yang sebenarnya? Tentang apa? Aku sangat takut sesuatu hal buruk akan terjadi.

"Pokoknya dia ngada-ngada. Masa dia bilang pengin pacaran sama gue dan nunggu waktu buat mutusin Sandra?" Aku mengadu seperti anak kecil. Demi apa pun, cewek mana pun yang mendengar permintaannya langsung akan sangat kesal. Kecuali cewek itu tidak punya hati.

"Apa?" Alis Gama bertaut. "Dia di mana sekarang?"

"Mau ke mana?" Aku menahan tangan Gama yang langsung berbalik. Sepertinya ingin ke kelas.

"Nyamperin dia, lah," katanya marah.

"Buat apa? Mau ngapain?" Aku tidak ingin sesuatu terjadi. Dia tidak mengatakan apa pun dan hanya bergerak maju, tetapi berhenti saat aku menariknya pelan.

"Nggak usah. Cukup lo tahu aja," kataku dengan suara pelan.

Sejujurnya, aku juga takut dengan maksud perkataan Kak Daru. Apa maksudnya? Apa fakta yang Kak Daru maksud sampai berpikir bahwa nantinya aku akan membenci Gama?

Aku tidak ingin mendengarkan fakta itu.

Aku tidak ingin dibuat kecewa oleh orang yang sudah aku percayai.

Gama terlalu terlihat tulus, tapi ... bagaimana jika lagi-lagi aku berhasil dibodohi? Seperti bagaimana aku berusaha percaya pada Sandra yang ternyata berbohong sejak awal?

Aku tidak bisa tahu kapan seseorang tulus kepadaku atau tidak.

"Hei?" Gama memandangku panik. Kedua tangannya menangkup pipiku. Dia menunduk melihat ke mataku lekat. "Lo kenapa, Sha?"

Aku menggeleng-geleng. Sepertinya, mataku terlihat berkaca-kaca di pandangannya. Aku merasakan mataku memanas.

"Dia ngomong apa?" Gama mendesis kesal. "Bilang sama gue."

"Nggak." Aku menggeleng kencang. Kujauhkan kedua tangannya dari pipiku. "Gue mau buruan ke gerbang. Siapa tahu Pak Ridwan udah sampai."

"Ayo, sini." Gama menarik tanganku, menggenggamnya erat sampai kami tiba di gerbang.

Pak Ridwan juga baru saja datang, rupanya. Aku melepaskan tanganku dari genggaman Gama. Gama membuka pintu mobil. Aku masuk sambil menghela napas panjang, memikirkan kata-kata Kak Daru yang terus mengganggu.

Saat mobil sudah jalan, aku melihat ke belakang. Gama memandang mobil ini yang sudah melaju. Beberapa saat dia hanya berdiri diam memandang ke sini. Sampai kemudian seseorang menghampirinya.

WallflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang