wallflower
Pagi tadi Sandra langsung pulang karena dia tidak membawa pakaian ganti. Sore ini kami ada jadwal nonton film bersama. Setelah melihat jadwal, kami memutuskan menonton film yang tayang sore ini. Aku dan Sandra akan bertemu langsung di bioskop.
Setelah percakapanku dengan Sandra semalam, aku jadi terpikirkan satu hal.
"Bi, aku pengin pelan-pelan ubah penampilan."
Bibi memandangku, raut wajah antusias terpatri di wajahnya. "Sekarang aja gimana? Katanya mau nonton bareng Sandra, kan?"
"Ya, tapi nggak sekarang juga, Bi." Aku memandang wajahku yang sedang meringis. Wajah dengan rambut tanpa kepangan itu akan terlihat aneh jika dibawa keluar rumah.
Aku hanya tak terbiasa.
"Katanya pengin terbiasa?" tanya Bibi sambil tersenyum. "Pelan-pelan, mulai sekarang. Lagian kamu ketemunya sama Sandra itu, kan? Cuma berdua. Sandra juga udah lihat kamu gimana kalau di rumah. Hanya ada kemungkinan yang sangat kecil kalau kamu ketemu kenalan lain."
"Iya, sih." Aku mengiakan mesti tetap saja beda. Aku juga tak peduli dengan pandangan orang-orang. Masalahnya di sini adalah membawa diriku ke ruang terbuka dengan penampilan yang tak seperti biasa.
Benar. Anggap saja dunia ini adalah rumahku.
Aku berdiri menuju lemari, memilih pakaian untuk keluar rumah. Hampir semua pakaian untuk keluar rumah adalah dress selutut kain.
"Begini sudah rapi. Cocok banget." Bibi merapikan dress berwarna kuning dengan motif bunga kecil yang aku pakai. "Nggak perlu cari baju lain lagi."
Aku mengangguk. Bibi menyisir rambutku sementara aku memakai sepatu putih yang sudah disiapkan bibi sejak tadi.
Semuanya sudah siap. Sling bag yang tersampir, dress kuning lembut, sepatu putih. Penampilan itu sama seperti biasa saat aku me time di luar sana. Hanya saja satu yang berbeda, rambutku tidak dikepang seperti biasanya dan tanpa kacamata besar yang kadang-kadang membantuku menghindari debu masuk ke mata.
***
Aku tiba agak cepat dari perkiraan, tetapi tetap buru-buru ke bioskop sekalian untuk melihat-lihat film lain.
Setelah beberapa saat berkutat sendirian, Sandra memberitahukan bahwa dia sudah ada di mal dan akan langsung menuju bioskop. Aku tidak membalas dan fokus memandang orang-orang di luar sana yang akan melewati pintu.
Tak lama kemudian, sosok yang aku tunggu-tunggu muncul bersama seseorang yang sedang bergandengan dengannya.
Ya, Kak Daru. Aku heran mengapa dia datang? Sandra tidak mengatakan apa pun tentang kedatangannya. Aku sudah tidak enak kepada Kak Daru. Dia pasti terbebani.
Kak Daru datang bersama Sandra dengan tangan yang saling menggenggam. Tak pernah terlepas bahkan saat keduanya memasuki bioskop. Adik kakak yang harmonis. Meski Sandra jahil, Kak Daru tetap selalu menyayangi adiknya dan memperlakukannya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wallflower
Teen FictionSELESAI ✔️ "Bersihin semua barang gue yang lo kotorin!" serunya, memandangku dengan mata elangnya. "Sekarang juga, B-ngs-t!" Semua bermula dari ucapannya kepadaku di kantin sekolah, tepat pukul 10.40 a.m. Dia Gama Mahardika. Dan perkenalkan, aku Ma...