Aku tidak membalasnya dan fokus dengan penjelasan Kak Raihan.
"Lo nggak mau, ya? Nggak mau, kan?"
Dia ini kenapa, sih? Aku menatapnya heran. "Iya."
"Bagus," katanya, membuatku bingung.
Satu lagi yang menggambarkan diri cowok ini: tidak jelas.
"Tapi harus mau, lah. Masa lo nggak mau sama gue?" katanya lagi, membuatku semakin mengernyit. "Emang tipe cowok yang lo pengin kayak gimana?"
Gama. Cowok ini benar-benar aneh. "Yang jelas, bukan lo," gumamku, nyaris berbisik.
Wajah cowok itu kusut seketika. Alisnya hampir menyatu mungkin saking herannya dengan kata-kataku. Aku yakin dia mendengar perkataanku barusan. Lagipula cowok mana yang belum kenal langsung menawarkan pacaran? Aku yang justru bingung dengannya.
Aku melihat seseorang, orang itu, muncul di depan kelas. Berakhir berdiri di dekat pintu dan mengintip ke dalam kelas. Aku termenung. Terperangkap ke dalam pesonanya lagi. Bagaimana bisa hanya dengan melihat dari jauh, aku bisa merasa tenang?
Ini aneh.
"Maaf sebelumnya, lo bisa diem nggak? Di sini bukan tempat untuk nembak orang." Kak Raihan memandang Gama kesal. Kulirik Gama yang sedang melemparkan pandangan malas kepada Kak Raihan.
Kak Raihan kemudian beralih melihat cowok mata almond itu. "Kenapa lo ke sini?"
"Lihat Naufal dan Samuel?" tanyanya.
Suaranya menenangkan. Dari posturnya, aku yakin dia senior.
"Tuh, di belakang. Masa lo nggak lihat?" Kak Raihan menunjuk ke belakang. Aku menoleh. Bukan hanya aku yang penasaran, tapi semua melihat ke sana. Suara tawa kemudian terdengar dari dua orang. Mereka muncul dari lantai. Rupanya sedari tadi bersembunyi.
Aku ingat. Dua orang itu adalah yang juga berdiri di podium saat Senin bersama Kak Raihan.
"Si bego. Udah gue bilang nggak usah ngomong apa-apa!" teriak satu dari mereka.
"Ck. Kalau mau main petak umpet di luar aja sana!" teriak Kak Raihan.
"Masalahnya di sini tempat ternyaman."
"Kalian ganggu anggota gue masalahnya."
"Iya, iya. Kami pergi! Yang penting udah tahu, lah. Lumayan juga. Alhamdulillah gue jomlo. Si batu doang nih yang udah taken. Nggak bisa ngapa-ngapain."
"Bisalah. Masa nggak bisa."
"Tuh, diem. Haha. Lagi mikir cara yang terbaik, ya, Ru?"
Mereka berisik, tetapi perhatianku hanya tertuju pada si cowok mata almond yang sudah tak pernah bicara lagi. Dia hampir tak perenah merespons dengan ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wallflower
Teen FictionSELESAI ✔️ "Bersihin semua barang gue yang lo kotorin!" serunya, memandangku dengan mata elangnya. "Sekarang juga, B-ngs-t!" Semua bermula dari ucapannya kepadaku di kantin sekolah, tepat pukul 10.40 a.m. Dia Gama Mahardika. Dan perkenalkan, aku Ma...