ekstra part

19.1K 1.7K 330
                                    

ekstra part wallflower

Jika dihitung sejak kelas X, maka kami berpacaran sudah lebih dari dua tahun. Mungkin, sekitar dua setengah tahun? Lebih sedikit?

Hubungan kami sampai sekarang baik-baik saja. Yang tidak baik-baik saja adalah ketika aku mendengar beberapa siswi seangkatanku menggosipiku yang tidak baik.

Sementara beberapa kali aku merasa para siswi angkatan bawah menganggap kami couple goals. Itu sebutan yang agak ... aneh. Selain itu, mereka sering menyapa lalu kegirangan setelah aku menyapa balik. Saking banyaknya yang seperti itu, aku memiliki kekhawatiran di mana mereka berpikir negatif di belakangku.

Semenjak mengalami hal kurang mengenakkan dalam pertemanan, aku selalu memiliki kekhawatiran berlebih tentang itu.

Gama terkenal dengan sikapnya yang galak ke semua cewek, tetapi hanya bermanis ria di depanku. Aku lebih sering kesal kepadanya karena dia sering melakukan sesuatu yang membuatku takjub sampai geleng-geleng kepala.

Dan malam ini, aku juga marah kepadanya karena dia memaksaku untuk ke prom night sementara aku tidak mau.

"Gue nggak mau, Gama. Nggak mau," kataku, lelah terus menolak. Aku bisa mendengar hela napas Gama yang panjang di seberang sana. "Kan nggak ada keharusan buat pergi, kan?"

"Gue juga nggak mau, Masha. Masalahnya gue wajib harus ke sana. Dan lo harus pergi. Gue nggak pengin lo kenapa-kenapa, oke? Kalau lo diteror gimana?"

Aku memeluk boneka pemberian Gama dua bulan lalu. "Tigris lagi? Kok dia suka banget bikin orang nggak nyaman? Lo selalu diancam, ya, sama dia? Makanya nggak bisa keluar dari klub itu? Kita laporin polisi aja gimana?"

Gama hanya diam.

"Gama?"

"Iya, sayang?"

"Jangan nyebut sayang-sayangan."

"Gue lagi mikir." Dia diam sesaat. Aku juga diam sampai dia bicara. "Kamu udah tahu, kan? Ke sana itu harus pakai topeng selama opening?"

"Tahu." Iya, aku cukup tahu. Siswa-siswi terlalu ber-semangat ketika mengetahui bahwa prom night kali ini harus memakai topeng untuk opening dan berbagai aturan yang sempat aku baca—karena sedikit penasaran tentang itu.

"Ikut, ya?" Sudah terbayang wajah Gama seperti apa saat memelas.

Aku menghela napas. Aku sangat tidak ingin ke sana. Demi apa pun.

"Bentar, gue dipanggil."

"Dipanggil siapa?" Dia tidak menjawab. Hanya ada suara sambungan telepon terputus. Aku menatap langit-langit kamar sambil berdecak. Dadaku belum terasa lega jika Gama belum mengiyakan keinginanku.

Aku tidak mau pergi. Titik.

Ketika ponselku berdering tanda pesan masuk, aku segera melihat si pengirim dan membacanya. Dari nomor asing.

kalau lo nggak ikut, bakalan ada cewek yang jauh lebih agresif dari cewek-cewek agresif yang sebelumnya deketin Gama.

datang atau mau ditikung cewek lain?

Aku mengernyit. Jangan-jangan dia ini Tigris? Aku mem-buang ponselku ke samping, mengabaikannya.

Untuk apa aku peduli? Cewek mana pun yang mendekati Gama, Gama justru akan mengabaikan mereka. Seagresif apa pun cewek itu, sependiam apa pun cewek itu. Semuanya tak akan Gama pedulikan.

Tapi ..., itu kan pesta topeng. Bagaimana jika Gama berdansa dengan cewek lain? Apa Gama gampang dikenali walau menutupi wajahnya dengan topeng? Topeng seperti apa yang dia pakai? Full menutupi wajah? Atau hanya menutupi sekitar mata dan hidung?

WallflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang