part 4

4.9K 738 13
                                    

●●♡○○

Keesokan paginya, bangun lebih awal Jennie pun akhirnya pergi ke kamar mandi dan mandi. Kali ini mungkin adalah salam pertama dan terakhirnya menghadap pada gerombolan putri itu. Benar, Gisel berkata kepada Jennue kalau dia harus memperkenalkan diri sebagai selir yang keterakhir pada semua putri yang ada disana.

"Tuan putri." Panggilan Gisel membuat Jennie yang sedang merias tipis dirinya menghadap kearahnya.

"Selamat pagi Gisel." Ucap Jennie, Gisel menatap tak percaya tuan putri kerajaan Denebola itu, bukankah seharusnya seorang tuan putri tidak akan bangun pagi dan juga tidak akan menyiapkan barang sendiri atau make up sendiri. Ini sungguh luar biasa ketika Gisel melihat ada tuan putri yang melakukan itu, Jennie memakai sebuah baju labasan yang formal. Dia juga memakai aksesoris berupa anting juga jam tangan. Selain itu dilehernya ada sebuah kalung ruby berwarna biru.

Tak lupa juga gelang di tangan kanannya, itu adalah pemberian dari kucing yang mungkin akan bermanfaat bagi Jennie. Pertemuan ini adalah pertemuan formal, yang biasanya akan diadakn pesta minum teh dimana semuanya akan membahas tentang aksesoris dan yang lain lain. Mungkin Jennie El Daniella akan bersemangat menunjukan kebolehannya dalam berfashion seksi, tapi Kim Jennie sama sekali tak menyukai hal itu.

Pertemuan ini dia akan berkata kalau dia tidak akan berperang merebutkan hati sang tiran dan tidak akan mencolok, dia hanya akan memperkenalkan diri syukur kalau dia mempunyai teman yang pasti dia sama sekali tak ingin mencolok diantara paea kandidat selir itu.

"Waah anda benar benar cantik, ah bagaimana bisa anda bangun sendiri dan mandi sendiri?! Para tuan putri kerajaan lain tidak memakai itu pada umumnya."

"Benarkah? Aku tidak tau aku hanya ingin menyapa kemudian pergi." Ucap Jennie.

"Apa anda benar benar tidak ingin bergaul dengan mereka?" Tanya Gisel lagi.

"Tidak, aku tidak ingin mati lebih awal dan ingin menghindari bendera kematianku." Gumaman Jennie yang kurang jelas membuat Gisel lagi lagi bertanya.

"Maksud tuan putri?"

"Bukan apa apa, berapa jam lagi pertemuan itu dimulai Gisel?"

"Oh itu akan mulai pada jam 10 pagi tuan putri, ini masih sangat pagi lebih baik anda sarapan saya akan menyiapkan sarapan untuk anda." Kata Gisel dengan senyum.

"Itu tidak usah, aku baik baik saja dan akan memasak sendiri? Bagaimana denganmu apa kau sudah sarapan?" Tanya Jennie.

"Oh saya sudah sarapan tuan putri." Senyum Gisel, tuan putri Jennie begitu ramah beruntung sekali aku yang melayaninya batin Gisel.

"Baiklah kalau begitu aku akan masak. Tolong kau bersihkan yang lainnya yah, aku juga akan membantumu nanti. Minta teman temanmu untuk membersihkan gudang dan membersihkan menssion dari debu yah." Jawab Jennie.

"Baik tuan putri." Ucap Gisel, memang benar menssion mewah itu sangat bersih dan canggih, itu sebabnya dia akan menggunakan vacum cleaner untuk membersihkan ini semua. Tekhnologi disini hampir sama dengan kehidupan didunia Seoul.

Dia pun menuju ke dapur, benar saja bahan makanan disana begitu lengkap dan juga fasilitas dapur juga begitu mewah. Ada kulkas ada kompor ada juga mixer dan lain lain, Jennie benar benar ternganga dengan hal ini. Kehidupan disini begitu mewah berbanding terbalik dengan kehidupannya di Seoul yang serba hemat.

Kalau diibaratkan Jennie seperti memasuki dunia yang sama lebih modern tetapi beda dimensi, itulah keunikan cerita novel The King Of Died dimana disana menggunakan latar belakang abad 21 dan lebih modern lagi serta menggunakan sistem abad ke 16 yang masih terbilang melihat kasta. Tenang saja walau masih ada kasta disini semua orang masih menjunjung toleransi. Itu sebabnya Jennie sangat menyukai novel itu, tetapi saat ini kehidupan yang ia baca di novel menjadi kenyataan jadi dia tak bisa menyebut apa yang ia alami saat ini adalah alur cerita novel.

Selir Yang Terabaikan [Taennie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang