"Oi, bocah! Apa kau yang berteriak tadi?" tanya seorang senior yang berjalan ke arahnya. "Suaramu terdengar hingga ke kelasku,"
Eren menelan ludahnya, senior yang paling disegani sudah datang. Tamat sudah riwayatnya.
"Levi-san?"
"Suaramu itu bisa merusak pendengaranku, jadi tolong jaga nada bicaramu itu," pinta Levi yang kemudian menyilangkan tangannya di depan dada.
Levi Ackerman, senior galak bertubuh pendek yang disegani seluruh siswa di SMA Shingeki. Sebenarnya dia sangat populer, namun dengan sikapnya yang dingin, cuek, galak dan punya hobi mendisiplinkan (menendang) orang, jadi tidak ada yang berani dekat dengannya kecuali Erwin dan Hange.
"Baik,"
"Dan kau juga, Ackerman, tolong jaga baik-baik pacarmu," tegas Levi yang menatap datar Mikasa.
"Dia bukan pacarku!" tegas Mikasa spontan yang wajahnya memerah.
"Belum, toh nanti kalian juga bakalan pacaran,"
"Levi, aku udah lapar, ayo kita cari makan dulu," lirih Erwin yang memegangi perutnya.
"Kau duluan saja, aku masih harus mendisiplinkan anak ini,"
"Leviiii!!!"
Terdengar suara wanita yang berteriak nyaring memanggil namanya. Suara seperti itulah yang lebih bahaya untuk pendengarannya. Seorang wanita berkacamata yang selalu berisik dan heboh.
"Ada apa?!" tanya Levi yang memasang wajah jutek. Kalau wanita itu sudah mendatanginya, pasti lagi ada maunya.
"Gak ada apa-apa kok," jawab Hange yang senyum-senyum sendiri.
Dengan cepat, tangan Hange merampas sebuah roti yakisoba² lalu berlari lagi dengan senyuman yang tak kunjung hilang dari wajahnya. "Levi! Terima kasih atas traktirannya, lain kali aku akan membalasmu!"
"Mata empat, sialan! Berhenti, kau!!" seru Levi yang kini berlari mengejar gadis itu.
Erwin memijat pelipisnya dan tertawa kecil, ada-ada saja kelakuan dua insan itu. Ia pun mengambil roti yakisoba yang tersisa lalu segera membayarnya. Tapi ... sepertinya ada yang aneh? Seperti ada yang mengganjal.
"Hei, Eren, apa yang Hange katakan sebelum dia pergi?"
"Terima kasih atas traktirannya,"
Oh, ternyata hanya itu. Erwin hendak beranjak pergi lalu dia mengingat kembali kejadian beberapa detik yang lalu. Hange mengatakan ke Levi "Terima kasih atas traktirannya" sedangkan Levi juga sudah menghilang sebelum membayar rotinya Hange, ini berarti ....
"Dasar kalian berdua," batin Erwin dalam hati.
Erwin segera mengeluarkan uang dari saku celana sekolahnya lagi lalu segera membayarkan roti yakisoba milik Hange. Untung saja dirinya sudah biasa ditinggal seperti ini, kalau tidak, lalu siapa yang akan membayarkan rotinya Hange? Oh, wanita itu pasti akan berhutang.
"Eren, ayo kembali ke kelas," ajak Mikasa yang menatap datar Eren.
"Ah iya,"
•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Eren dan Mikasa sudah berada di stasiun kereta api sebagai transportasi satu-satunya yang tercepat.
Biasanya mereka pulang sekolah selalu bertiga dengan Armin, namun malangnya hari ini cowok itu tidak masuk sekolah dikarenakan sedang sakit.
Siang yang sudah hampir menjelang ke sore ini cuacanya benar-benar panas terik, hingga Eren yang sudah membuka seluruh kancing seragam sekolahnya, tinggal memperlihatkan kaus putih yang ia pakai sebagai dalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ✓
Random[Book One] [Complete] Ikuti alurnya, seperti Dandelion yang tidak pernah memprotes ke manapun angin membawanya pergi. Di depan semua orang ia mengakui bahwa dirinya menyukai Eren Jaeger sebagai keluarganya namun jauh di dalam relung hati terdalam ia...