16. Boy Talk

905 100 28
                                    

Mereka sudah di kamar penginapan, 1 kamar dihuni 4 orang, kamar untuk laki-laki dan perempuan beda tempat, mirip seperti asrama. Seperti di kamar 231 sekarang, Mikasa, Sasha, Historia dan Annie berada di satu kamar.

Ada dua tempat tidur yang saling bersebelahan sekaligus letaknya berseberangan. Ruangan itu sangat besar, lantainya terbuat dari kayu dan dindingnya bercat putih, krim, dan cokelat. Seprai di tempat tidur juga senada dengan warna dinding, dan ada 2 lampu berbentuk bulat menempel dinding, serta cahayanya tidak terang dan tidak gelap, sangat cocok dengan ruangan itu.

Jam menunjukkan jam 7 lewat 10 menit, hari sudah gelap. Sasha sedikit menyibakkan gorden lalu melihat pemandangan malam distrik Stohess, benar-benar indah. Dari jendela kamar mereka, ia bisa melihat jelas bagaimana besarnya distrik Stohess dan kalau dibandingkan dengan desa asalnya, pasti tidak sampai 1 persen dari distrik ini.

“Kudengar, di sini ada pemandian air panas. Kalian mau ke sana? Kita membersihkan diri,” tanya Annie yang sudah selesai menyusun barang bawaannya.

“Boleh, ayo kita pergi Mikasa, Historia,” ajak Sasha yang kemudian memasukkan pakaiannya ke lemari di kamar itu.

Mikasa dan Historia mengangguk bersamaan, lalu Mikasa mengambil pakaian santainya untuk tidur, mandi air panas setelah lelah dengan perjalanan ini, benar-benar sesuatu yang paling dibutuhkan.

***

“Ah, enak sekali,” ujar Historia yang menyandarkan tubuhnya di tepian dinding kolam air panas. Rasanya sangat enak dan rasa lelah di tubuhnya seolah sirna begitu saja.

“Hei Annie, kamu tidak mau masuk?” tanya Sasha saat melihat tinggal Annie sendirian saja yang terlihat ragu unyuk berendam, padahal dia yang mengajak.

“Uap panasnya terlihat, pasti airnya sangat panas, bukan?” tanya Annie yang merasa ragu, kalau masuk dan berendam di sana bisa-bisa dia mati direbus.

“Enggak terlalu panas kok, ayo masuk saja, dijamin rasa lelahmu akan hilang,” ujar Sasha meyakinkan. Aura bersahabat yang dimiliki Sasha pasti akan membuat siapapun betah berteman dengannya walaupun gadis itu maniak kentang. Tapi itu tidak penting, berteman dengan Sasha nomor satu.

Annie mencelupkan ujung jarinya, sepertinya panasnya menang pas. Annie kemudian duduk lalu mencelupkan kakinya, benar-benar nikmat. Di detik berikutnya Annie sudah berendam, ia memejamkan mata, menikmati betapa enaknya saat otot-ototnya yang terasa kaku perlahan jadi jauh lebih baik.

Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Sasha sibuk memikirkan, setelah selesai berendam ia akan makan keripik kentang rasa apa, Historia sibuk dengan khayalannya bersama Eren, Annie hanya menikmati acara berendam-nya dan Mikasa, ia duduk meringkuk di sudut kolam pemandian, memikirkan cara supaya bisa berbaikan dengan Eren.

“Hei Mikasa, ada yang ingin kutanyakan padamu,” kata Historia yang membuka percakapan. Pandangan matanya lurus dan menatap dalam mata berarti gadis itu sedang serius.

“Apa?”

“Apa tanggapanmu tentang Eren? Apa kamu mencintainya?” pertanyaan Historia membuat lidah Mikasa terasa kelu, tak bisa mengeluarkan sepatah kata. Mikasa menunduk, ia ingin mengatakan "iya" sebagai jawaban, dengan begitu tentu Eren kembali padanya. Tapi tidak ada yang bisa memastikan itu juga, bisa saja Eren malah semakin menjauhinya.

“Eren … aku …,”

“Mikasa,” gumam Sasha yang dua kali mengedipkan matanya, seolah mengatakan "Beri tahu semuanya Mikasa, biar tahu rasa si pirang ini!" begitu.

Mikasa kemudian tersenyum. “Eren adalah laki-laki yang baik. Dan aku mencintainya … sebagai keluarga,”

Masih belum saatnya untuk jujur, Mikasa tersenyum sendu, jawaban itu terasa lebih baik untuknya walaupun hati tidak sependapat dan pikirannya merutuki kebodohannya. Iya memang bodoh, padahal ini adalah kesempatan bagus untuk jujur malah disia-siakan begitu saja. Mulut memang dengan mudahnya berucap, tapi hati dan pikiran berkecamuk tidak setuju.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang