Hari ini sesuai janji, Mikasa akan pergi ke kediaman Azumabito. Ia berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri yang memakai riasan tipis, long dress putih dengan heels yang tak terlalu tinggi dan tidak lupa syal merah yang selalu melekat di lehernya.
“Tenang Mikasa, cuman disuruh untuk datang. Setelah datang, makan, pulang. Selesai, cuman itu yang perlu kau lakukan,” batin Mikasa yang entah kenapa merasa gugup. Merasa kalau malam ini akan menjadi malam yang sulit baginya.
Setelah mengunci semua pintu terkunci, Mikasa langsung naik mobil utusan Kiyomi Azumabito yang merupakan jemputan khusus untuknya.
**********
Pintu gerbang kediaman keluarga Azumabito terbuka lebar, memperlihatkan sebuah bangunan besar berwarna putih gading dan halaman yang luas menambah kesan megah mansion yang ada di depan matanya. Sebenarnya sudah lebih dari 10 kali Mikasa berkunjung ke sana, namun tetap saja kagum melihat betapa megahnya mansion itu.
“Kita sudah sampai, nona,” ujar sang supir memecah lamunan Mikasa dan wanita itu langsung saja keluar.
“Ah, kamu sudah datang, ayo masuk Mikasa. Tamunya sudah menunggu,” sambut hangat seorang wanita paruh baya yang langsung memeluk gadis cantik itu. Wanita berambut hitam yang disanggul itu tersenyum lalu mencubit pelan pipinya Mikasa. “Kamu sangat cantik, ayo masuk Mikasa,”
Mikasa hanya manggut-manggut lalu berjalan mengekor di belakangnya Kiyomi dan mereka langsung menuju ke meja makan. Ada seseorang di sana, namun tidak terlihat jelas.
Mikasa menyipitkan matanya, ada seorang pria berambut pirang, kalau dilihat dari postur tubuhnya, sepertinya ia adalah pria yang tinggi. Ia memakai jas berwarna putih, begitupun dengan celana panjangnya yang berwarna senada dengan jas. Walaupun cuman dari bisa melihat punggungnya, entah kenapa Mikasa seperti merasa familiar. Seperti pernah bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.
“Ayo, kita langsung saja,” ajak Kiyomi lalu segera duduk dan Mikasa duduk di sebelahnya, berhadapan dengan si laki-laki itu.
Sekarang bisa terlihat sangat jelas. Laki-laki itu berambut pirang, matanya berwarna hazel, alis matanya tidak tebal dan seperti diukir, kulitnya putih, wajahnya terlihat tenang dan damai, serta sorot matanya dalam dan jernih. Dan jangan lupakan senyumannya yang manis membuat wanita manapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta. Dari gaya rambut dan warna mata, sekilas membuatnya mirip dengan Reiner. Benar, laki-laki di hadapannya ini berhasil membuat Mikasa jadi teringat Reiner—salah satu teman sekelasnya.
“Kau sangat cantik,” pujinya.
Wajah Mikasa memerah terlihat malu karena dipuji oleh orang yang baru pertama kali dijumpainya.
Kiyomi tersenyum lalu mereka pun mulai makan. Saat makan hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar, hingga akhirnya mereka selesai makan barulah berbicara.
“Mikasa, perkenalkan, ini adalah Colt Grice, anaknya teman lama dan teman orangtuamu,” jelas Kiyomi membuka pembicaraan, setelah ia meletakkan gelasnya di meja.
Colt mengulurkan tangannya, mengajak Mikasa berjabat tangan. Gadis itu melihat Colt yang tersenyum lalu membalas uluran tangan pria itu.
“Colt, bibi ingin bicara denganmu,”
“Iya, bibi, mau bicara apa?” Colt bertanya setelah ia mengusap mulutnya dengan tissu.
“Ini tentang masalah pernikahanmu, apa kamu sudah menemukan perempuan yang cocok untukmu?”
Colt membenci pertanyaan itu. Kenapa selalu pertanyaan itu yang keluar setiap kali dia berkunjung ke mansion bibinya itu? Dia menghela nafas. Sepertinya berkunjung ke kediaman Azumabito adalah kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ✓
Random[Book One] [Complete] Ikuti alurnya, seperti Dandelion yang tidak pernah memprotes ke manapun angin membawanya pergi. Di depan semua orang ia mengakui bahwa dirinya menyukai Eren Jaeger sebagai keluarganya namun jauh di dalam relung hati terdalam ia...