38. Impian yang Tercapai

888 84 16
                                    

Hari ini tanggal 10 Februari, hari istimewa bagi Mikasa Ackerman, selain karena hari ini adalah ulang tahunnya hari juga merupakan hari pernikahannya dengan laki-laki yang sudah lama ia cintai, Eren Jaeger.

Namun, di mana laki-laki itu sekarang?

Entahlah, batang hidung Eren tidak terlihat sejak tadi pagi, padahal proses pernikahan mereka tinggal 2 jam lagi.

Sesuai dengan konsep pernikahan mereka, musim semi di bawah pohon Sakura dengan perpaduan pantai dan bunga Sakura telah menjadi dekorasi yang indah di bibir pantai. Matahari bersinar cerah pagi ini, angin masih belum bertiup terlalu kencang, deburan ombak pantai tentu saja menyegarkan mata, air laut yang dipinggir pantai berwarna putih, yang kemudian bercampur dengan biru muda lalu ke biru tua, hamparan pasir putih menambah kesan sempurna di tempat itu. Tentu saja Berthold dan Galliard bersaudara bisa berbangga diri dengan hasil kerja keras mereka. Mikasa mengintip dari balik jendela villa yang mereka sewa, sudah banyak tamu undangan yang memenuhi area bibir pantai.

Mikasa tampak sangat cantik dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Gaun brokat putih yang panjangnya mencapai tumit, bagian atas yang tidak terlalu terbuka, bagian kepalanya yang ditutupi dengan tudung, dan dengan make up yang tidak terlalu tebal itu terlihat natural di wajah cantik Mikasa. Dia berdiri di depan cermin, dari luar dia memang terlihat biasa saja tapi sekarang jantungnya berdebar, entah kenapa dia gugup sekali sekarang.

Saat ini, dia sedang berada di kamarnya ditemani oleh ayah dan ibunya. Mereka bertiga duduk di tepian tempat tidur dan Mikasa berada di tengah-tengah.

"Kamu sangat cantik, Mikasa," puji Carla yang memegang kedua bahu Mikasa.

"Terima kasih, Ibu,"

"Ibu serahkan Eren padamu Mikasa. Ibu lega karena kamu yang akan menikah dengannya. Eren ... pasti dia akan selalu merepotkanmu,"

"Jewer saja telinganya kalau sifat jahilnya itu masih merajalela, Mikasa. Kamu juga harus tegas ke Eren. Katakan tidak kalau kamu memang tidak setuju dengan keputusan Eren. Sesudah menikah akan banyak rintangan yang akan kalian lewati ke depannya, Ayah yakin dan percaya, pasti kalian berdua bisa melewatinya,"

Mikasa tersenyum saja mendengar wejangan dari ayahnya itu. Mikasa mengangguk mantap sedangkan sekarang ia merasa gugup dia sudah tahu akan hal itu.

Tok tok tok!

Pintu kamarnya diketuk, lalu kemudian sebuah kepala menyembul dari balik pintu dan kemudian disusul seorang perempuan yang masuk ke dalam kamarnya. Sasha dan Annie.

"Kalian ...," Mikasa bergumam kala melihat kedua temannya berdiri merangkulnya sambil tersenyum.

"Kalau begitu, Ayah akan keluar. Mau lihat apa yang sudah Eren lakukan sekarang,"

Setelah Grisha pamit, Mikasa dan Carla berdiri menghadap cermin. Ada bidadari yang sekarang tengah berdiri bersama mereka. Sasha menangis terharu, akhirnya setelah sekian lama ia bisa melihat Mikasa memakai gaun pengantin, dan itu sangat cocok dengannya. Annie tersenyum manis, melihat sahabatnya itu tersenyum, Mikasa juga memasang senyumnya. Menambah kesan semakin cantik pada dirinya.

"Lihatlah betapa cantiknya dirimu, Mikasa. Aku yakin Eren tidak akan melepaskan pandangannya darimu," ujar Sasha yang sorotan matanya fokus ke cermin sambil terus merangkul Mikasa.

"Aku gugup,"

"Itu normal, tapi jangan sampai kau ingin membatalkan pernikahan kalian," timpal Annie yang sedikit menyibak tudung Mikasa, ditatapnya lekat wajah oriental sahabatnya itu lalu dipeluknya erat. "Sebentar lagi namamu akan menjadi Mikasa Jaeger,"

"Eren ... apa kalian sudah bertemu dengannya? Sejak tadi pagi aku masih belum melihatnya,"

"Ah, sudah. Dia masih memakai kaus dan celana pendek selutut dan masih bermain game dengan Jean, Connie dan Armin. Aku heran dengan anak itu, bisa-bisanya dia bersantai padahal 2 jam lagi acaranya 'kan?"

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang