1 bulan kemudian …
Senin.
“Mikasa, mau ke mana?”
“Ke kelas Levi,”
***
Selasa.
“Mikasa, mau ke mana?”
“Ketemuan sama Levi,”
***
Rabu.
“Mikasa, mau ke mana?”
“Pergi, udah janjian sama Levi,”
Sudah tiga hari berturut-turut Mikasa selalu saja bersama Levi. Sepertinya berita kalau mereka sudah menjadi sepasang kekasih itu memang benar, dan berita itu sudah menyebar ke seluruh penjuru SMA Shingeki. Tentu saja, hubungan mereka berdua banyak sekali pendukungnya. Ada yang mendukung karena Levi dan Mikasa adalah pasangan yang serasi namun ada juga yang mendukung karena saingan untuk bisa mendapatkan Eren sudah berkurang satu walaupun sekarang sudah ada nambah satu lagi saingan yang lebih sulit.
Semenjak berpacaran dengan Levi, sudah ada sedikit perubahan pada Mikasa, seperti; sudah mulai sedikit acuh ke Eren, jarang menetap di kelas, sering mengunjungi atap sekolah dan senyuman sudah kembali terukir di wajah cantiknya. Senyuman itu memang sudah kembali namun kalau bukan karena Eren, rasanya sedikit berbeda. Contohnya seperti saat pelajaran penjas bulan lalu, saat Eren bermain basket dan keningnya dibanjiri keringat Historia yang mengelap keringat itu, bukan Mikasa. Dulunya memang pekerjaan Mikasa tapi sekarang pekerjaan itu sudah diambil alih oleh tangan yang lain.
Dan seperti pertandingan sepakbola antara kelas X SC 1 melawan kelas XI SC 1, Mikasa memberikan dukungan sepenuhnya ke Levi, bersorak-sorai di kursi penonton dengan terus memberikan dukungan semangat khusus untuk Levi seorang. Dan ketika pertandingan itu selesai, Mikasa memberikan sebotol air mineral dan mengelap keringat Levi yang mengalir di kening dan leher cowok itu.
Tidak berhenti sampai disitu, di Kamis pagi ini, Mikasa bangun satu jam lebih awal untuk membuatkan bekal makan siang untuk Levi sekaligus sedikit membantu Carla yang menyiapkan sarapan pagi.
“Eh? Kamu membuat bekal?” tanya Carla yang heran, tidak pernah anak perempuannya itu membuat bekal. Inilah yang pertama kali.
“Iya Bu, tapi ini bukan untuk Mika, tapi untuk Levi,”
“Eh, pasti orang yang namanya Levi itu sangat penting bagimu ya,” Carla tersenyum dan merasa tertarik dengan orang yang bernama Levi itu. Pasalnya, beberapa minggu terkahir ini Mikasa sering sekali membicarakan Levi saat di rumah, namun masih belum diketahui siapa sebenarnya Levi ini.
Mikasa mengangguk, bekal sudah siap, tinggal ia bawa ke sekolah.
•••
Jam 10.00 saat bel istirahat pertama sudah berbunyi, seperti biasa Mikasa akan menemui Levi di atap sekolah , tempat favorit mereka. Selain karena suasananya tenang, tempat itu juga bisa menjadi saksi nantinya bagaimana kedekatan hubungan mereka.
“Hei, aku membawakan bekal untukmu, makanlah,”
“Untukku?”
“Iya, aku yang membuatnya sendiri. Jadi makan saja dan nikmati, kalau sampai wajahmu itu memasang ekspresi aneh maka akan kubuat kau lupa cara untuk berdiri,” ancam Mikasa yang langsung duduk di samping Levi sambil menikmati air mineral yang dibawanya.
“Jangan begitu, bagaimana aku bisa makan dengan tenang kalau sudah diancam duluan?” Levi membuka tutupnya, memperlihatkan dua nasi putih berbentuk bulat dengan potongan rumput laut membentuk dua garis lengkung dan dua biji jagung rebus sebagai paruh, lalu ada telur rebus yang tengahnya dipotong dan diletakkan di atas dan di bawah bulatan nasi itu, mirip seperti anak ayam yang baru menetas. Lalu ada potongan wortel berbentuk bunga, 2 buah tomat buah, daun selada, potongan pear dan apel, dan jamur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ✓
Random[Book One] [Complete] Ikuti alurnya, seperti Dandelion yang tidak pernah memprotes ke manapun angin membawanya pergi. Di depan semua orang ia mengakui bahwa dirinya menyukai Eren Jaeger sebagai keluarganya namun jauh di dalam relung hati terdalam ia...