15. Eren Cemburu?

1K 105 13
                                    

Awal bulan April, siswa-siswi SMA Shingeki menjadikan stasiun Trost sebagai titik pertemuan mereka. Hari ini adalah hari di mana mereka akan tour ke distrik Stohess, sebuah distrik yang terkenal dengan bangunan-bangunannya yang berarsitektur zaman kuno dan keramahan penduduknya.

Sasha membawa 1 koper dan 1 tas kecil di punggungnya. Bahkan saat di stasiun saja dia sudah dua kali beli roti yang kemudian diisi dengan keripik kentang yang sekarang sedang ia makan.

“Sasha, kita di sana cuman 4 hari 3 malam, gak sebulan. Lo ngapain pake acara bawa koper segala sih?” tanya Jean yang merasa malu, pasalnya Sasha terlihat mencolok dengan kopernya sedangkan siswa-siswi yang lainnya tidak lebih dari membawa dua tas berukuran sedang dan kecil.

“Eh, ini isinya bukan bajuku saja, ada 3 bungkus keripik kentang rasa balado, 3 bungkus keripik kentang rasa rumput laut, 2 bungkus keripik kentang rasa cokelat, 1 bungkus keripik kentang rasa keju, dan 1 bungkus keripik kentang rasa original,” jelas Sasha panjang lebar lalu membuka kopernya, memperlihatkan isi kopernya yang ada 10 bungkus keripik kentang. Mereka semua terbelalak melihatnya, apa Sasha tidak akan muntah dengan semua keripik kentang itu?

“Aku yakin, selama di Stohess aku tidak akan makan makanan ini, jadi kubawa saja. Awas kalo kau minta!” ketus Sasha yang menatap tajam Jean.

“Ogah!” cetus Jean spontan. Dia tidak terlalu menyukai apapun yang berasal dari kentang, omelette buatan ibunya jauh lebih enak.

“Hei, Mikasa, nanti di kereta kamu akan duduk dengan siapa?” tanya Sasha yang masih mengunyah makanannya.

“Aku gak terlalu memikirkan itu,” jawab Mikasa cuek. Mau duduk dengan siapa saja tidak masalah namun jauh di hatinya ia berharap Eren yang akan bersamanya. Walaupun sampai sekarang ia masih belum bicara sama sekali dengan Eren, sejak kejadian di koridor sekolah Eren selalu menghindarinya sehingga sulit untuk meminta maaf.

“Kalau begitu kau duduk denganku!” sambung Eren tiba-tiba. Membuat wajah Mikasa merah seketika.

“Tapi Eren, kamu bilang mau duduk sama aku, kok jadi sama Mikasa sih?” tanya Historia yang sedari tadi berdiri di belakang Eren. Wajahnya tampak cemberut dan ia memanyunkan bibirnya membuat siapapun yang melihatnya merasa ilfill.

“Maaf Historia tapi aku ing–”

“Kau kurang cepat Eren, Mikasa akan duduk bersamaku,” papar Levi seketika. Mereka bingung, seharusnya Levi bersama rombongan anak kelas 2 lalu kenapa bisa bersama mereka?

“Eh Levi–senpai, bukannya kereta anak kelas 1 dan kelas 2 beda ya?” tanya Armin.

“Iya, tapi aku sudah izin untuk berada di satu kereta dengan anak kelas 1, lebih tepatnya aku akan satu gerbong dengan kalian,”

“Kenapa gitu?” tanya Connie lagi. Baru kali ini dia berani bicara dengan Levi.

“Alasan yang pertama, supaya kereta yang kalian tempati tidak kotor oleh sampah makanan. Yang kedua, supaya aku selalu bisa mengawasi kalian. Dan yang ketiga, tentu saja aku ingin bersama 'pacarku',” jelas Levi yang menekankan kata 'pacarku' di depan Eren.

“Ah, kalian di sini rupanya. Ayo segera masuk, sebentar lagi kita berangkat,” terang Marco yang terlihat berlari kecil menghampiri mereka. “Levi–senpai, selamat siang,” sapa Marco yang sekali membungkukkan badannya. Memberi hormat.

Levi mengangguk, membalas sapaan Marco padanya.

“Lo lama banget sih, Mar,” seloroh Jean yang kemudian memberikan tas Marco yang ia letakkan saja di lantai stasiun.

“Maaf, soalnya ke toilet dulu tadi. Thank's ya udah jagain,”

“Iya,”

“Levi–senpai, di mana barang bawaanmu?” tanya Sasha yang heran karena melihat Levi kosong, tidak membawa barang apapun.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang