Hari ini adalah hari di mana semua latihan dan kerja keras akan diperlihatkan ke seluruh penghuni SMA Shingeki. Semua kelas tampak sibuk dengan persiapan penampilan, tidak terkecuali kelas X SC 1 yang juga tidak kalah sibuknya.
“Kalian yang dapat peran di drama, langsung ganti pakaian ya, dan yang dapat bagian di stand, langsung ke sana aja,” perintah Marco yang berjalan kesana-kemari memeriksa kembali semua persiapan.
“Eren dan Historia, berjuang ya! Kita tunjukkan ke kakak kelas kalau penampilan kelas kita tidak kalah keren!” Marco memberi semangat yang dibalas oleh anggukan oleh kedua orang itu.
Eren melihat ada banyak tas yang berisi kostum dan properti lainnya yang menganggur di meja yang sudah disusun. Ia lantas memeriksa satu-persatu tas dan segera mengambil kostumnya.
“Ayo kita berjuang Eren!” seru Historia yang sangat bersemangat. Ia sudah tidak sabar untuk tampil di panggung.
Eren mengangguk kemudian tersenyum. Hari ini puncaknya, dan hari ini ia akan dilihat oleh banyak orang, termasuk Grisha dan Carla yang sudah berjanji akan datang.
***
Dari gerbang SMA Shingeki ada deretan stand makanan yang menjual beragam makanan dan minuman di setiap standnya sudah ramai pembeli.
“Jean! Omelette ini enak sekali,” puji Sasha yang sudah membeli makanan kelasnya sendiri 7 kali berturut-turut. Dia duduk menyendiri di sudut stand, sambil terus menikmati omelette buatan Jean. Ia tidak menyangka cowok itu benar-benar handal dalam memasak.
Jean tersenyum bahagia mendengarnya, lidah tidak akan pernah berbohong apalagi lidahnya Sasha yang akan berterus-terang kalau sudah soal makanan. Jean juga bahagia, kerja kerasnya sudah terbayarkan hanya dengan pujian dari Sasha. “Tentu saja! Aku membuat omelette dengan resep keluarga Kirsctein lalu menambahkan resep buatan gue sendiri. Dan ta-da! Butuh waktu seminggu untuk menciptakan rasa itu,”
“Oi Sasha, jangan makan saja. Ayo bantu kami!” seru Connie yang tampak kewalahan melayani pembeli yang terus saja berdatangan.
“Oi kalian!!”
“Siapa itu?” tanya Hanna yang perhatiannya teralihkan saat ia mendengar ada yang memanggil mereka.
Jean memicingkan matanya, dua orang laki-laki berpakaian seragam berwarna biru tua lengkap dengan topi peacked mirip seperti polisi. Jean memicingkan matanya lagi, melihat dengan jelas ke dua orang yang berlari ke stand mereka.
“Reiner dan … Berthold. Iya, itu mereka,”
“Hai kalian, bagaimana makanannya? Laku?” tanya Reiner begitu ia sampai.
“Lo liat antrian ini? Sepanjang inilah pelanggan kami,” jelas Connie yang masih sibuk.
Reiner mengalihkan pandangannya, benar juga, antriannya sampai melewati 5 stan. Ia yakin, pasti makanan yang mereka jual sangat enak.
“Woah! Reiner kau sangat keren!” puji Sasha yang matanya berbinar-binar. “Berthold, kau juga cocok dengan pakaian itu. Aku yakin, kalau kalian berpakaian seperti ini lalu berdiri di tengah jalanan, pasti gak akan ada pengendara yang berani menabrak kalian,”
“Hehehe, makasih Sasha. Kami memang ditugaskan sebagai kemananan selama festival ini berlangsung. Emn … apa kalian butuh bantuan di sini?” tanya Berthold.
Pritttt!!!!
“Kalo mau beli, harus antri!”
Reiner meniup peluit yang menggantung di lehernya lalu mengandalkan seragamnya supaya siswa-siswi yang ada di sana, tunduk terhadap perintahnya. Reiner tersenyum geli, melihat orang-orang dengan mudahnya tunduk pada perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ✓
Random[Book One] [Complete] Ikuti alurnya, seperti Dandelion yang tidak pernah memprotes ke manapun angin membawanya pergi. Di depan semua orang ia mengakui bahwa dirinya menyukai Eren Jaeger sebagai keluarganya namun jauh di dalam relung hati terdalam ia...