18. Pilihan Hati Mikasa

968 101 27
                                    

Trost, Paradise.

Sudah 12 hari sejak mereka kembali dari Stohess dan banyak perubahan yang terjadi pada Eren, jika itu ke perubahan yang lebih baik, tidak apa, masalahnya sekarang Eren benar-benar sudah jauh dari Mikasa. Bukan saja di sekolah, di rumah pun begitu. Cowok itu sering mengabaikan Mikasa, dan mungkin menganggap kehadirannya tidak pernah ada, sayang sekali.

Mikasa duduk sambil menopang pipi kanannya dan menatap jauh ke luar jendela, ia ingin segera berbaikan dengan Eren bagaimanapun caranya. Mikasa juga pernah memiliki prinsip, kalau bertengkar dengan Eren, dia yang harus minta maaf, tidak peduli siapa yang salah diluan. Asalkan, ia tetap memiliki hubungan yang baik dengan Eren.

Mikasa menatap cowok berambut cokelat bermata hijau emerald yang juga duduk di kursinya itu, namun tidak ada Historia di sebelahnya. Tumben sekali. Merasa sedang diperhatikan, Eren mengalihkan pandangannya, melihat satu-persatu orang hingga penglihatannya terpaku ke Mikasa. Merasa ditatap balik oleh Eren, gadis itu segera mengalihkan matanya, menatap kembali pemandangan di luar jendela.

"Oi! Ini ada ulangan dari Nile-sensei, kerjakan sekarang dan 1 jam lagi kumpulkan padaku," terang Marco yang membuyarkan lamunan Mikasa.

"Nile-sensei ke mana?" tanya Connie seraya mengambil salah satu kertas soal di meja guru.

"Izin karena salah satu kerabatnya ada yang menikah," jawab Marco yang sedang membagikan kertas soal.

"Kita kok gak diundang? Kan lumayan, makanannya bisa kita habisin, ya gak Sasha?" tanya Connie lagi yang mengalihkan pandangannya ke Sasha.

Sasha mengangguk saja mendengarnya. Lumayan juga, bisa makan enak dan gratis.

"Mana gue tau!"

"Mar! Jawabannya boleh liat internet gak?" tanya Jean yang setengah berteriak dari bangkunya.

"Sebenarnya gak boleh, tapi mumpung ketidakhadiran Nile-sensei adalah sesuatu yang langka jadi gue bolehin. Tapi ingat! Jangan ada yang lapor ya! Kalo ada yang melapor, gue coret namanya dari kelas ini," ancam Marco, begitu ia selesai membagikan kertas soal ia langsung saja duduk dan mengerjakan ulangannya.

•••

1 jam kemudian ....

"Mikasa, boleh kuminta bantuanmu lagi?" tanya Marco penuh harap.

"Antarkan hasil ulangan ke meja Nile-sensei ya?" tebak Mikasa.

"Bener, tolong antarkan ya, gue mendadak dipanggil ke ruang seni, gue minta tolong banget Mikasa,"

"Sini, akan kuantarkan sekarang, tapi mejanya Nile-sensei yang mana ya?"

"Deretan kedua dari pintu,"

"Oh oke,"

"Makasih banyak Mikasa!" pekik Marco seraya berlari keluar kelas. Mikasa tersenyum tipis, ia senang bisa membantu.

***

Setelah mengumpulkan ulangan mereka, Mikasa langsung keluar. Ia berjalan di koridor langsung menuju ke kelasnya. Saat sudah di ujung koridor, Mikasa belok kanan dan mendapati Historia dan Eren sedang berdua. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu.

"Eren, ada yang mau kukatakan padamu," ujar Historia membuka percakapan. Mikasa bisa mendengar jelas percakapan mereka dari tempatnya berada.

Oh tidak, jangan lagi. Mikasa tidak ingin menguping, cukup sekali saja saat ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Armin dan Eren. Mikasa ingin pergi namun semua anggota tubuhnya menolak untuk bergerak, dan hatinya juga mengatakan untuk mendengar dulu apa yang mereka bicarakan.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang