2 minggu kemudian, Eren sudah bisa berjalan normal tanpa dibantu tongkat lagi dan dia juga sudah diperbolehkan pulang.
Eren yang mendengar dirinya sudah bisa pulang, tentu saja sangat bahagia karena dia tidak perlu lagi memakan makanan hambar rumah sakit, bertemu suster sampai sepuluh kali sehari, dan Mikasa tidak perlu lagi tidur dalam keadaan duduk. Eren tersenyum sumringah ketika dia sudah kembali menginjakkan kakinya di rumah, tempat yang dirindukannya. Eren sudah berada di depan pintu utama rumah kakaknya itu. Akhirnya dia bisa pulang dan tidur dengan nyaman di kamarnya.
Tentu kepulangan Eren menjadi kabar sukacita bagi seluruh keluarga Jaeger. Dan kepulangan Eren pun tentu saja mengembalikan keceriaan di rumah itu, contohnya seperti keributan yang sudah Eren ciptakan pagi ini.
Brakkk!!!!
Zeke menggebrak pintu kamarnya, rambut pirang dengan poni belah tengah itu terlihat acak-acakan, dan dia melupakan kacamata bulat berwarna silvernya, dan hari ini ada perubahan besar di wajah pria itu. Zeke segera turun ke lantai bawah, mencari pelaku yang bertanggung jawab atas hilangnya hutan rimba yang ada di wajahnya. Satu nama yang terlintas di kepalanya. Eren.
“Eren! Eren!” pekik Zeke yang kepalanya celingukan mencari batang hidung adiknya itu. Suara lantangnya bisa didengar di seluruh penjuru rumah itu. “Bunda, mana Eren?” tanya Zeke saat melihat Carla sedang sibuk memasak sarapan mereka di dapur.
“Gak tau, dari tadi gak ada kelihatan. A–– eh Zeke, ke mana perginya janggutmu?” tanya Carla yang keheranan karena sekarang wajah Zeke sudah sangat bersih. Tidak ada janggut, jambang atau kumis yang tumbuh lebat yang selalu memenuhi wajahnya. Sudah dipastikan pasti Eren yang memangkas habis hutan rimba itu dari wajahnya.
“Saat Zeke bangun tidur tadi, muka Zeke udah kayak begini dan di rumah ini yang berani ngelakuin ini cuman Eren. Ke mana hilangnya anak itu sekarang? Eren!”
Wajah Zeke merah padam dan dari telinga dan ubun-ubunnya nyaris keluar asap, dia benar-benar murka. Zeke kemudian duduk dan minum, mencoba mengatur emosinya. Tidak baik marah-marah di pagi hari seperti ini. Sedangkan Carla sudah siap-siap tutup telinga, perang dunia ketiga pasti akan terjadi beberapa menit lagi.
Tidak lama kemudian, suara berat Eren terdengar dan seketika memenuhi telinganya. Dia menoleh, melihat sang adik sedang menggendong anaknya dan asyik tertawa, tidak memikirkan dosa yang telah ia perbuat hingga membangkitkan amarah yang sudah lama terpendam.
“Ah, kak Zeke, kau sudah bangun. Bagaimana rasanya? Pasti lumayan 'kan?” tanya Eren yang tersenyum lebar, dia sudah menyadari pasti kakaknya itu akan bertanya soal janggutnya yang sudah menghilang secara tiba-tiba bak ditelan bumi.
Zeke kemudian memanggil mereka dan mereka pun duduk di kursi meja makan, tepat di depan Zeke. “Eren, kenapa kau lakukan itu ke wajahku? Apa dosa yang telah kulakukan padamu kau tega melakukan itu?” tanya Zeke yang masih mencoba sabar.
“Dasar drama. Sebenarnya gak ada dosa apapun sih, aku cuman iseng aja melakukannya, tapi aku gak sendirian. Kak Yelena dan Ovi juga membantuku, benar 'kan Ovi?”
Ovi mengangguk.
Zeke tidak percaya, bahkan istri dan anaknya pun ikut terlibat. Zeke memijat pelipisnya, di hari liburnya ini seharusnya dia bisa santai dan tidak perlu pusing memikirkan pekerjaannya, namun dia salah. Di hari libur pun dia dibuat pusing oleh kejahilan adiknya.
“Jangan sedih kak, hutan rimba yang ada di wajahmu itu sudah hilang dan wajahmu terlihat 50 tahun lebih muda,” hibur Eren yang tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Umurku masih 29 tahun, Eren. Dan Ludovico Jaeger, kenapa kamu mau ikut-ikutan dengan pamanmu ini?” Zeke beralih ke anaknya. Wajah lugu anaknya itu bisa membuat amarahnya hilang, tapi tidak dengan Eren. Zeke berfikir, mungkin dia harus memangkas habis rambut adiknya itu supaya Eren paham bagaimana rasanya kehilangan bagian penting dari diri sendiri. Tapi Zeke bukanlah tipe orang pendendam, dia bisa memaafkan Eren kalau Eren punya alasan kuat memangkas habis janggutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ✓
Random[Book One] [Complete] Ikuti alurnya, seperti Dandelion yang tidak pernah memprotes ke manapun angin membawanya pergi. Di depan semua orang ia mengakui bahwa dirinya menyukai Eren Jaeger sebagai keluarganya namun jauh di dalam relung hati terdalam ia...