40. The Last

1.4K 86 16
                                    

Bukti cinta yang tidak akan terpatahkan adalah kisah cintanya Mikasa dan Eren. Iya Mikasa, perempuan yang selalu mencintai Eren dan perasaan cintanya tidak pernah pudar itu kini sudah mendapatkan banyak kebahagiaan di hidupnya terutama setelah Eren menjadi suaminya.

Dikaruniai dua orang anak yang masing-masing sudah berusia 7 tahun juga melengkapi keluarga kecil Eren. Eren, laki-laki yang sudah memiliki berhasil melewati berbagai rintangan di hidupnya itu kini juga sudah mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sore ini hujan gerimis turun, membasahi bumi Paradise. Walaupun gerimis tapi langit di atas sana sudah berwarna biru dan matahari masih bersinar cerah. Bersinar cerah di balik awan kelabu yang masih enggan lenyap dari langit, yang seharusnya sudah digantikan oleh awan putih dan langit biru.

Eren sangat setia merawat bonsai kesayangannya, sedikit memangkas daun-daun yang sudah keluar dari jalur pemangkasan sambil bersenandung ria dan Mikasa duduk di kursi kebanggaannya sambil merajut kan syal untuk kedua anaknya yang usia mereka sudah menginjak 7 tahun. Yang satu berwarna putih untuk Erhardt dan satu lagi berwarna merah untuk Elissa, mereka ingin warna syal yang sama seperti punya orangtua mereka.

“Mikasa,” panggil Eren yang duduk di teras samping rumah mereka. “Kalau nanti hujannya sudah reda dan cerah, ayo kita jalan-jalan, berdua saja. Biar nanti si kembar kita titipkan ke ayah dan ibu,”

“Boleh, kita jalan-jalan ke mana?”

“Rahasia,”

Mikasa melirik, melihat ke suaminya yang masih sibuk dengan bonsai kesayangannya, kemudian dia fokus lagi dengan rajutan syalnya.

**********

Sore ini matahari bersinar cerah, hamparan langit biru dan awan putih yang mengepul di atas sana telah menunjukkan bahwa hujan tidak akan turun lagi. Mobil mereka melesat membelah jalanan Shiganshina yang lengang. Kaca mobil dibiarkan terbuka, membuat udara sore Shiganshina yang menyegarkan memenuhi atmosfer mobil mereka. Eren yang semulanya fokus ke depan, sesekali melihat ke samping kirinya, memperhatikan Mikasa, dan melalui kaca spion ia melihat anak-anaknya yang asyik berceloteh di kursi belakang.

“Papa, kita mau ke mana?” tanya Elissa sambil melihat keluar jendela, ia sedikit terkejut karena mereka sekarang berada di area pemakaman.

“Kita ziarah dulu sebentar, kalian mau ikut atau tunggu di mobil?” tanya Eren yang sudah fokus lagi dengan jalanan.

“Tinggal di mobil!” jawab Elissa spontan.

“Eh kenapa? Erhardt mau ikut, jadi Elissa harus ikut juga,”

“Gak mau,”

“Kamu gak mungkin tinggal sendirian di mobil, Sayang. Kamu ikut juga ya,” Mikasa memutar tubuhnya ke belakang, melihat wajah manis dan lucu anak perempuannya yang sedang cemberut itu.

“Gak mau, Elissa takut,”

“Takut kenapa?” tanya Eren yang kembali melihat Elissa melalui kaca spion.

“Karena Erhardt bilang di kuburan ada hantu, lalu hantunya itu memakan anak-anak,”

“Kapan aku bilang gitu?”

“Semalam,”

“Erhardt,” Eren menuntut penjelasan.

“Maksudnya bukan gitu, Papa. Aku belum selesai bicara Elissa sudah pergi, semalam aku mau bilang kalo hantu itu memakan anak-anak nakal. Jadi gak perlu takut, karena Elissa 'kan anak baik,”

“Benarkah itu?” tanya Elissa ke Erhardt. Anak itu mengangguk dan memegang tangan Elissa, berusaha meyakinkan.

Mereka pun masuk ke area pemakaman, Eren memarkirkan mobilnya kemudian melepas sepatu saat mereka akan masuk. Tujuan sudah jelas, mereka ingin mengunjungi makam Levi, sudah 7 tahun sejak ia meninggal namun mereka akan tetap berkunjung, beberapa kali dalam sebulan tidak pernah berhenti.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang