30. Spring Under the Sakura Trees

756 75 18
                                    

Lamaran yang diterima Mikasa, masih membayangi pikirannya. Sudah 1 bulan sejak Eren melamarnya, namun itu seperti baru terjadi kemarin. Dan kini, mereka tengah sibuk mempersiapkan segala hal yang menyangkut pernikahan mereka, dan sore ini ia sudah janji dengan Eren untuk menjahitkan baju pernikahan mereka.

Armin, Annie, Sasha, Connie, Jean dan Pieck juga sudah kembali ke Paradise sejak 2 minggu yang lalu. Meninggalkan pesan agar undangan pernikahan mereka sampai ke Paradise. Eren dan Mikasa sudah memutuskan, akan menikah di Marley. Mikasa juga sudah bertemu dengan anak pertamanya Zeke, bernama Ovi yang baru berusia 3 tahun. Anak yang ganteng dan lucu yang seluruh gen Yelena menurun padanya, kecuali kebiasaannya, yakni membaca buku yang sudah pasti menurun dari sang ayah.

“Kalian bisa pergi besok saja, ibu punya firasat buruk tentang hari ini,” suara Carla memecah keheningan saat mereka sedang makan siang bersama.

Kedua orang yang bersangkutan saling bertatapan, tapi mereka sudah janji hari ini dan tidak mungkin dibatalkan begitu saja. Orangtua selalu saja begitu, kalau sudah memiliki firasat buruk yang pasti akan selalu dilebih-lebihkan, justru membuat orang semakin cemas.

“Kami akan tetap pergi, Bu. Semakin cepat selesai maka akan semakin bagus 'kan?”

“Besok saja Eren!” tegas Carla.

“Ibu, hari ini cuacanya bagus. 'Kan sayang kalo dilewatkan, lagipula … aku sudah lama menantikan hal ini,”

Carla menghela nafas lalu menopang keningnya. Anaknya itu keras kepala sekali, tidak seperti Zeke yang penurut dan mudah diatur. Carla mengalihkan pandangannya, menatap ke sang menantu yang tengah menyuapi cucu pertamanya, Ludovico Jaeger.

“Mama, Ovi sudah kenyang,” ujar anak laki-laki berambut pirang bermata biru itu, yang duduk tepat di sebelah Eren.

“Eh, tapi makananmu ini masih belum habis, Sayang. Tinggal sedikit lagi, habiskan ya,” pinta Yelena.

Ovi menggeleng. “Nanti Ovi makan lagi,” ucapnya yang langsung pergi, setelah meneguk habis air minumnya di meja. Yelena hanya tersenyum saja melihat putranya.

“Hei Eren, jadi hari ini kau dan Mikasa akan menjahitkan baju pernikahan kalian ya?” tanya Yelena kemudian. “Dan sekalian membahas dekorasi pernikahan kalian 'kan?

Eren mengangguk. “Iya, kami juga sudah membuat janji dan tidak mungkin dibatalkan begitu saja,”

“Tapi Eren, ibu punya firasat buruk hari ini, kalian jangan pergi ya, atau saat urusan dekorasi sudah selesai, kau langsung pulang saja,”

Eren kembali menggeleng. “Bisa saja itu hanya perasaan sementara ibu. Lihat saja, satu atau dua jam mendatang, pasti ibu akan merasa semuanya baik-baik saja,”

Carla pasrah. Ia tidak bisa menandingi kekerasan kepala anak semata wayangnya itu, dan benar juga. Eren bukan anak kecil yang masih harus dijaga, dia sudah berumur. Dan bebas melakukan apapun yang dia mau, asalkan dia tetap berada di jalan lurus.

Eren sudah selesai makan, ia langsung meletakkan piringnya di wastafel, mencuci tangan dan langsung pergi begitu saja.

“Paman Eren!”

“Ya, Sayang?” Eren menoleh melihat keponakannya berjalan mendekat ke arahnya.

“Nanti kita main ya, setelah Paman pulang,”

Eren berjongkok, menatap lekat manik biru Ovi. Keponakan pertamanya itu sangat lucu dan menggemaskan. “Oke, selama Paman pergi, tolong jaga Mama kamu dan Nenek ya,”

“Eh, kenapa?”

“Karena Ovi laki-laki, dan laki-laki itu tugasnya adalah menjaga. Mengerti?”

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang