10. Dua Kalung Hati

942 96 16
                                    

“Awan tidak pernah meninggalkan langit … matahari tidak pernah meninggalkan siang … bulan tidak pernah meninggalkan malam … dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

•••

“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Mikasa saat mereka sudah sampai di taman sekolah.

Levi membawanya ke taman sekolah, tidak ada seorangpun di sini. Apakah yang ingin dibicarakannya sangat sepenting ini sampai-sampai hanya mereka berdua yang ada di sana?

“Bukan sesuatu yang penting sih, cuma …,” Levi menggantungkan ucapannya, kalau ia lanjut bicara, bisa dipastikan Mikasa akan menghajarnya habis-habisan.

“Cuma?”

“Otanjōbiomedetō Mikasa, selamat ulang tahun,”

Mata Mikasa terbelalak. Hari ini … 10 Februari, adalah hari ulang tahunnya namun ia sendiri malah bisa melupakan hari yang mungkin penting ini, namun Levi mengingatkannya dan dialah orang pertama yang mengucapkan selamat. Levi berlutut di depan Mikasa dan memberikan sebuah kotak berukuran kecil, Levi membuka kotak itu memperlihatkan sebuah kalung dengan mainannya berbentuk hati, indah sekali. Jadi ia membawa Mikasa pergi hanya untuk memberikan ini?

“Maaf karena aku tadi sudah membentak dan menghalangimu bicara dengan Eren, aku tau mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi … maukah kau menerima ini?”

Mikasa hanya diam dan senyum manis kemudian terukir di wajahnya. Levi kemudian juga ikut tersenyum, memberikan senyum terbaiknya yang tidak pernah ia perlihatkan ke siapapun. Diamnya Mikasa, Levi anggap sebagai jawaban iya. Ia pun berdiri dan memakaikan kalung itu di leher Mikasa, terlihat sangat cocok. Usahanya tidak sia-sia saat semalam ia seharian keluar rumah hanya untuk mencari barang seperti itu.

“Terima kasih, kalungnya sangat cantik,”

“Dan terlihat semakin bagus saat kau memakainya, oh iya jangan lupa sepulang sekolah nanti,” Levi kembali mengingatkan. Mikasa hanya mengangguk dan matanya tidak berhenti menatap kalung cantik yang baru saja menjadi miliknya.

“Ayo kembali, aku mengajakmu ke sini hanya untuk memberikan itu dan sekali lagi otanjōbiomedetō Mikasa,”

Mikasa tersenyum bahagia mendengarnya, Levi adalah orang pertama yang mengatakan itu, biasanya selalu Eren yang berteriak mengucapkan selamat ulang tahun di depan pintu kamarnya. Tapi tahun ini, ia tidak mendapatkan itu.

***

Bell pulang sekolah berbunyi dan sesuai janjinya Mikasa datang ke kelas Levi, dan terlihat cowok itu berdiri bersandar pada dinding dan menyilangkan tangannya, sepertinya ia sudah menunggu Mikasa dari tadi. Mikasa sempat memberhentikan langkahnya, menatap Levi yang masih sibuk dengan ponselnya, cowok itu tidak merasakan kehadiran Mikasa yang sudah berada tidak jauh darinya. Iris hitam Mikasa menatap Levi lekat, cowok itu tidak seburuk yang ia bayangkan. Memang kesan pertama yang ia lihat kali dari wajah Levi adalah memiliki watak yang angkuh, menyebalkan, sulit didekati, irit bicara, tertutup, keras kepala, minus ekspresi dan jangan lupa tubuh pendeknya itu pelengkap kesan buruk di mata Mikasa. Tadi setelah lewat 1 semester ditambah lagi seorang mereka menjalin hubungan yang sama sekali tidak serius, membuat gadis berambut hitam itu sedikit merubah sudut pandangnya, ternyata Levi juga memiliki sifat baik dan peduli hanya saja semua sifat baiknya itu tidak terlihat sama sekali. Apalagi pada orang yang sama sekali tidak mengetahui sosok Levi sebenarnya, pasti cowok itu akan dianggap sebagai pria jahat.

“Kau sudah datang? Ayo ikutlah denganku,” Levi segera menyimpan ponselnya dan berjalan begitu saja, tanpa memperdulikan Mikasa yang kini berlari menyusulnya.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang