3. Namanya Historia Reiss

1.2K 100 20
                                    

Pandangan seisi kelas yang semulanya fokus ke beliau, langsung melihat ke pintu kelas dan menunggu siapa yang akan menjadi bagian dari kelas itu.

Masuklah seorang gadis berambut lurus pirang sepunggung, matanya bulat berwarna biru, jernih sekali. Kulitnya putih bersih, bibir tipis, namun tubuhnya tidak terlalu tinggi.

"Perkenalkan, namaku Historia Reiss berasal dari distrik Orvud, senang bertemu dengan kalian semua,"

Semua anak laki-laki tercengang, bahkan suaranya juga lembut sekali. Sepertinya mulai sekarang, ada kehadiran seorang bidadari di kelas itu.

"Armin versi perempuan," gumam Jean pelan.

"Baik, Historia, silahkan duduk di sana," tunjuk pak Keith pada sebuah kursi kosong yang berada tidak jauh dari Eren.

Mikasa mengalihkan pandangannya ke Eren, terlihat cowok itu tersenyum kala Historia berjalan menuju kursinya. Tidak apa Mikasa, Eren selalu tersenyum ke semua orang.

"Baik, silahkan buka buku paket kalian halaman 104!" seru pak Keith yang berdiri di depan kelas sambil menuliskan sebuah judul besar materi mereka di pagi itu.

•••

Teeettt ... teeettt ... teeettt

"Baiklah, sekian untuk hari ini. Materi kita lanjutkan minggu depan, dan jangan lupa kalian catat juga yang saya tulis di papan tulis, paham semua?"

"Paham, Pak!!"

"Di mulut paham, di otak materi enggak masuk, dan di telinga sebatas angin lalu," lirih Connie yang memasukkan semua bukunya ke dalam tas.

"Eren, kau mau ke kantin?" tanya Mikasa.

"Tentu,"

"Eh, gimana kalo kita ke kantin bareng?" usul Sasha yang terlihat bersemangat.

"Boleh, gimana Eren?" tanya Armin yang menatap Eren.

Eren mengangguk pertanda kalau ia setuju. Sekali-sekali ngumpul di kantin pasti seru.

Eren, Mikasa, Armin, Jean, Sasha dan Connie berjalan menyusuri koridor sekolah. Semua pasang mata melihat mereka, sepertinya di SMA Shingeki akan ada geng baru, sebuah geng yang isinya ... orang-orang elit.

Eren, juaranya dalam bidang olahraga Mikasa, ahlinya bidang matematika. Armin, si jenius fisika. Jean, siswa dengan kemampuan translator bahasa. Sasha, ahli di bidang sejarah dan Connie ... tidak terlalu unggul di bidang pelajaran maupun olahraga namun dia adalah komedian terbaik yang dimiliki SMA Shingeki. Dan kalau sudah bersama dengan Connie, dijamin awet muda karena bawaannya pasti selalu ingin tertawa.

Eren menyumpelkan telinganya dengan headset lalu menghidupkan lagu favoritnya, setelah selesai ia langsung menyimpan ponselnya ke saku celananya.

"Dengerin apa sih?" tanya Mikasa yang tak sengaja melihat Eren komat-kamit melafalkan lagu yang ia dengar.

"Dengerin deh," Eren melepas headsetnya di telinga kiri lalu memberikannya ke Mikasa. Gadis itu langsung memakainya di telinga kanan. Ah, Mikasa tahu lagu ini.

Lagu berjudul Red Swan yang berirama slow dan memiliki arti yang dalam ini memang enak untuk di dengar.

"Oi, kalian mau ke mana? Jalan secara berkelompok dan mengusai penuh jalan ini," tanya Levi yang berjalan di belakang mereka.

"Kami mau ke kantin, apa Levi-senpai mau ikut?" tanya Sasha sopan.

"Boleh," tujuan mereka ternyata sama dan cowok itu langsung masuk ke tengah-tengah mereka.

Sekarang Levi seperti tokoh penting yang sedang dijaga oleh para bodyguardnya namun bedanya, tubuh tinggi para adik kelasnya itu malah menutup dirinya dan terlihat ia tidak pernah ada. Menyebalkan.

Dandelion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang