I

729 64 5
                                    

Se-iman tak se-amin

"Wah gila Rel, lo liat dia kan? "Tunjuk Dimas sambil mengangkat satu alisnya yang tengah menggoda Farel.

Farel memutar sedikit lehernya, ia berhasil mendapati seorang gadis cantik yang tengah berbincang manis dengan kedua temannya. Dia Vania, Vania Winata Ayudya. Mahasiswi baru yang umur masuk kampusnya lebih muda dua hari daripada Farel dan temannya yang lain.

Farel menganggukkan kepala, ia tersenyum miring ketika saat itu juga Vania menoleh ke arahnya. Tampak dengan jelas Vania langsung membuang muka, tidak hanya menyesali matanya yang sudah bertemu dengan mata Farel, Vania langsung mengucapkan salam kepada dua temannya tadi untuk pergi.

"Subhanallah, itu mah idaman abang Farel yekan. "Buyar Agam yang membantu Dimas untuk menggoda Farel.

Ucapan Agam berhasil memecahkan tawa salah satu meja kantin yang Agam sendiri menjadi salah satu mereka. Menertawakan Farel? Tidak. Mereka menertawakan Vania yang sangat anti dengan manusia jenis mereka dipermukaan bumi.

Mereka, mereka bukan anak gengster. Mereka juga bukan sekumpulan playboy yang suka mengoleksi cewek cewek cantik dikampusnya.

Mereka adalah beberapa orang yang kedatangannya selalu membawa kegaduhan, yang kedatangannya selalu menghilangkan kedamaian, dan yang kedatangannya selalu membawa nilai keburukan.

"Jelas kalo dia selera lo, lo bukan selera dia Rel. "Tambah Satria yang membingkai senyuman miring diwajahnya.

Kini senyuman licik itu menular kepada sang empu. Farel merapihkan rambutnya yang terlihat acak acakan, lalu menggebrak meja Satria agak sedikit keras.

"Taruhan? " tanya Farel menyeringai.

Agam bertukar pandang dengan Dimas, keduanya tampak tertarik dengan tawaran Farel kepada Satria.

Satria yang menjadi sang empu ajakan Farel tersenyum kecil, ia membenarkan duduknya lalu menerima uluran tangan dari Farel.

"Taruhan. "

***
"Assalamualaikum Nia, "
Vania tersenyum manis, "Waalaikumsalam Ummi, "

Gadis itu menerima uluran tangan sang ummi. Vania juga menggeser dari tempat duduk untuk Ummi duduki sedikit. Kedua mata belah pihak saling bertemu, menatap dan sama sama mendapatkan kehangatan.

"Udah sholat dzuhur?" Tanya Ummi Sajidah sambil mengelus kepala Vania yang terbalut hijab.

Vania menepuk pelan dahi-nya, hanya karna melamun ia sampai melupakan kewajibannya yaitu sholat dzuhur.

"Astaghfirullah, Vania lupa Ummi. Habis nyelesaiin tugas-"
"Ngelamun kan? "

Vania terkekeh kecil, hidungnya berhasil dicolek oleh jari telunjuk umminya, senyuman kecil diwajah Vania semakin kentara diterbitkan oleh sang empu.

"Dibawah ada nak Firman sama Abi, kalo kamu mau Jama'ah gabung aja kan lebih baik. " saran Sajidah kepada putrinya.

Mendengar nama Firman di sebut, Detak jantung Vania kian semakin berdetak kencang. Ada atau tidaknya Firman, sang empu selalu berhasil membuat Vania selalu salah tingkah.

Sajidah semakin tersenyum melihat raut wajah putrinya yang berubah seketika. Ia merangkul bahu Vania, lalu mengelus telapak tangan sang empu sebelah kanan.

"Nggak papa, kan ada Abi." ucap Sajidah kembali meyakinkan.

Firman Bayu Aji Maheswara, dia adalah putra dari pengusaha sukses bernama Satria Maheswara dan istrinya yang bernama Aisyah Agnistin Maheswara.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang