XXXVI

114 19 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

"Assalamualaikum, " salam Farel yang sudah pulang dari kantor.

Dirumah tidak ada orang. Hanya televisi menyala, tanpa adanya seseorang yang menonton.

Farel menghela napas pelan. Mengapa Vania pergi sebelum Farel pulang?. Hm yasudah lah mungkin saja ada urusan tertentu yang harus dikerjakan.

Tangannya terulur mengambil segelas air putih diatas meja. Tiba-tiba perhatian Farel teralihkan dengan kertas putih diatas bantal kamar Vania.

Kamar Vania sedikit terbuka, dan hal itu semakin membuat rasa penasaran Farel memuncak.

Tanpa pikir panjang, Farel langsung masuk kedalam. Ia mengambil benda yang sudah mengalihkan perhatiannya, lalu membaca tulisan-tulisan kecil yang tercetak jelas diatas kertas.

Farel terkejut. Ternyata kertas yang ia temukan bukanlah kertas biasa. Kertas yang ternyata adalah surat pengunduran diri Vania sebagai mahasiswa.

Ternyata Vania sudah mengundurkan diri dari kampus. Ada rasa senang dihati Farel, meskipun selama ini Vania mendiamkannya, ternyata Vania juga masih bisa bersimpati dan menghargai keputusan Farel untuk di ikuti.

Setelah membaca surat tadi, Farel kembali keluar dari kamar Vania.

Farel melonggarkan dasinya. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal dengan sedikit duduk sebentar disofa tengah.

Samar-samar Farel memejamkan kedua matanya. Tapi setelah ia mendengar suara ricuh didapur, saat itu juga Farel kembali membuka matanya dan beranjak.

Setelah tiba tepat didapur, Farel langsung dibuat terkejut dengan anak kucing putih yang sudah menghabiskan semua ikan diatas meja.

"Astaghfirullah, kucing siapa ini. " Farel mendekat. Bukan untuk marah atau mengusir kucing tersebut, Farel malah menggendongnya dan mengelus kepala sang kucing dengan pelan.

"Ya Allah. Kamu lapar nak? Sini papa suapin. "

Farel mulai menyuapi kucing tersebut. Mulai dari memisahkan daging ikan dari duri-nya, hingga memberi minum bersih yang Farel ambil dikulkas.

"Ayo minum, kok malah diliatin doang? Nggak haus ya?. Oh apa terlalu dingin? Oke, sini papa ganti yang biasa. " ucap Farel heboh berjalan kesana kemari.

Setelah bertemu dengan anak kucing itu, entah kenapa Farel menjadi kehilangan semua rasa lelahnya. Kesepiannya sedikit terisi dengan kedatangan anak kucing itu.

"Bentar ya, kamu tunggu disini dulu. Papa ambilin air biasa didalam. " ucap Farel, menidurkan anak kucing tadi yang tampak dengan jelas kalau dia sudah kenyang.

Diluar, Vania menghela napas berkali kali. Sedari tadi tidak ada seorangpun yang membukakan pintu untuknya.

Vania meraih knop pintu. Ternyata pintu awal rumah tidak dikunci. Dan apa ini.. Jejak kaki kucing?.

Vania membulatkan matanya sempurna. Ia segera masuk, dan berlari ke dapur untuk memastikan hidangannya yang ia buat untuk Farel masih aman.

"Assalamualaikum. " salam Vania yang tidak mendapatkan balasan dari Farel.

Vania semakin berlari cepat. Menaiki anak tangga, dan sampailah dia dilantai dua rumahnya.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang