SE-IMAN tak SE-AMINBaru saja Vania ingin membenamkan wajahnya dengan selimut, tiba tiba ketukan pintu kamarnya terdengar jelas diketuk seseorang.
Vania menghela napas pelan. Siapa kira-kita yang datang ke kamarnya malam-malam. Toh abi uminya tidak biasa memanggil Vania, kecuali untuk makan malam. Dan itupun sudah mereka laksanakan beberapa jam yang lalu.
Vania mengenakan alas kakinya. Ia berjalan pelan mendekati pintu, yang bertujuan untuk membukanya.
"Van aku takut. "
Vania membulatkan matanya sempurna. Rasa kantuknya yang menyerang beberapa menit lalu kini hilang seketika digantikan dengan rasa penuh keterkejutan.
"Salma, tenangin dulu. " ujar Vania, sambil memeluk tubuh Salma erat.
"Kamu kenapa kok nangis? Sini duduk dulu." ujar Vania, mendudukkan tubuh Salma di ranjang kamarnya.
Vania langsung mengambilkan satu gelas air putih yang selalu ia sediakan diatas meja. Setelah mengambilnya, Vania langsung memberikan air itu kepada Salma yang diterima dengan tangan bergetar hebat.
Matanya berkaca kaca. Tubuhnya bergetar hebat, menggambarkan sang empu yang merasa takut dan tertekan.
Vania mengelus pelan punggung Salma, sebenarnya apa yang terjadi dengannya?.
Setelah menghabiskan air minumnya, Salma langsung menghela napas pelan. Sejenak ia menatap Vania dan kembali memeluknya.
"Salma kenapa? "
"Abi Van. Abi-"
"Abi kenapa? "
"Aku ngimpi Abi kecelakaan. "Tangis Salma mulai pecah tanpa suara. Vania menggelengkan kepala berkali kali, sang empu memjamkan matanya kuat-kuat dan memeluk Salma dengan erat.
"Astaghfirullah, "
"Ak-aku.. Aku takut Vania, "***
Salma sudah terlelap tidur. Vania mengelus pelan kepala Salma. Tatapannya sangat sandu, Vania yakin kalau abi dan umi Salma akan baik baik saja.Vania menutup mulutnya yang menguap. Segera sang empu membaringkan tubuhnya disamping Salma, dan mulai beranjak tidur.
Satu, dua, dan tiga detik. Vania kembali membuka matanya yang terpejam kala mendengar bunyi ponselnya.
Bukan sambungan masuk, hanya satu pesan masuk dan itu dari.. Firman.
Tanpa berpikir panjang, Vania langsung membuka pesan Firman. Tidak biasa-biasanya Firman mengirimkan pesan malam hari.
Vania berhasil kembali dibuat terkejut. Sang empu tersenyum getir setelah membaca pesan Firman.
"Kamu nggak boleh lemah Nia." semangat Vania untuk dirinya sendiri.
Pesan yang Vania dapat sangat berbeda jauh dari ekspektasi. Realitanya terlalu menyakitkan dari bayangan-bayangan yang ia bayangkan.
Vania mengetikkan sesuatu, sambil menunggu balasan dari Firman, Vania mengambil posisi duduk dan berdiri mengambil satu gelas air mineral untuk menenangkan dirinya.
Tangan kanannya membawa satu gelas air, dan tangan kirinya mengambil ponsel lalu membaca pesan baru yang ia dapat.
Vania tersenyum miring, malam-malam seperti ini tidak baik terpancing emosi karna sebuah pesan.
Vania lebih memilih mematikan daya ponsel, sambil me-charger ponselnya, Vania kembali terbaring diatas ranjangnya dan mulai memejamkan kedua matanya perlahan.
Hamba Allah 🙂
Assalamualaikum Kanaya,
Gimana sama boneka kiriman aku?
Semoga suka ya. Aku nggak
Tau selera kamu kayak gimana.Anda
Waalaikumsalam.Anda
Mungkin kakak salah kirim.
Saya Vania, bukan Kanaya.H
amba Allah🙂
Astaghfirullah,
Maaf Nia, salah kirim.Hamba Allah 🙂
Vania maaf, aku bisa jelasin.***
"Assalamualaikum, "
"Waalaikumsalam anak abi yang paling cantik. "Salma tersenyum kecil, dia tidak munafik. Salma tidak bisa menahan semua kerinduannya ketika mendengar suara yang sangat ia kenal.
Buktinya saja Salma menangis. Kesedihannya tidak bisa ditahan, Salma membekap mulutnya erat-erat berusaha untuk menghalangi suara tangisnya dari abi.
"Assalamualaikum, Salma cantik. " kini umi Salma yang memberikan salam.
Sungguh, rasanya benar-benar sesak. Ingin sekali Salma memeluk erat tubuh uminya, dan menceritakan semua keluh kesah yang selama ini ia alami.
"U-umi.. "
Salma menjauhkan ponsel dari telinganya. Sang empu memejamkan mata rapat-rapat lalu menghela napas pelan.
"Umi, pulang satu hari aja bisa? "
"Salma kangen. ""Salma, kamu baik baik aja kan? "
Salma tersenyum yang senyumannya itu disertai dengan tangisan samar.
"Salma nggak baik-baik aja umi, " sahut Salma dalam hati. Beda halnya dengan mulut, Salma berkata lain.
"Salma baik baik aja umi. Umi sama abi gimana? Baik baik aja kan? "
Salma bisa mendengar helaan napas dari uminya. "Kami baik baik aja nak. Tapi kamu yang tidak baik-baik aja. "
Hasrat seorang ibu memang tajam. Mereka tahu hal kecil sekalipun yang anaknya sembunyikan.
Mendengar kekhawatiran uminya, senyuman manis dari wajah Salma berhasil diterbitkan tulus dari sang empu.
"Nggak kok umi, Salma baik baik aja. "
"Abi, ini loh anak kamu udah berani bohong sama umi. " adu umi Salma kepada suaminya.
Salma terkekeh kecil.
"Suara kamu serak nak. Abi bisa denger baik baik kalau kamu seperti habis nangis ya? "
"Apaan sih abi, enggak kok Salma baik-baik aja. ""Umi sama abi cepet pulang ya, Salma kengen. "
"Iya sayang itu pasti. Umi sama abi pulang nanti sekitar dua minggu dibulan puasa. "
"Seriusan umi? "
"Iya seriusan. "Salma mengangguk paham. Sebenarnya bisa saja rencana kepulangan mereka tidak berlangsung tepat seperti hal yang direncakan. Karna, bisa saja diundur dan dipercepat semuanya tergantung pemberangkatan pesawat.
"Ya sudah Salma, sehat sehat terus ya. Jaga kesehatan, nurut sama oma. Jadi sahabat baik buat Vania, dan titipkan salam kami untuk Abi Abdullah dan Umi Sajidah. "
Salma tersenyum kecil, selalu begitu. Abi nya akan memberi pesan-pesan, dan mewanti wanti anaknya agar menjadi penurut.
"Iya abi, iya pasti Salma sampaikan. "
"Siap anak umi yang paling cantik. Sehat sehat ya, Assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam. "Next Part.
.
.
.
.Ig. uv.heart01
Writer: 18 Marer 2021.
Update: 27 Maret 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...