SE-IMAN tak SE-AMIN4 bulan kemudian..
Btw ini aku singkat aja ya. Nggak usah hari raya 😔 kayaknya ini part terakhir.
Hari demi hari berlalu, sekarang Vania sudah mulai bisa menerima Farel seutuhnya. Melupakan masalalu, dan memulai hidup baru.
Saat ini Vania tengah menyiapkan sarapan pagi untuk Farel. Menyiapkan perlengkapan kerja Farel, bahkan membantu sang empu memakai dasi kerja.
Dan Farel, dia tengah sibuk berbicara dengan seseorang dari dalam teleponnya.
"Apa nggak bisa ditunda besok saja?" tanya Farel kepada orang yang ternyata adalah Fauzan.
Masih ingat Fauzan? Masih lah ya. Dia ada di 2/3 part sebelumnya kok.
Farel menghela napas jengah ketika mendengar decakan Fauzan. Ya, bagaimana tidak yang sakit dirinya, tapi yang seakan akan Fauzan lah yang menderita.
"Rel! Ini juga demi kebaikan lo. Hari ini checkup. Kalo ditunda terus, gue nggak bisa menjamin keselamatan lo."
"Yang sakit siapa, yang marah siapa. Lo doang Zan yang kaya gitu. "
"Ini juga gue disuruh pak Satria. Kalo nggak, ya bodoamat lah lo mau sekarat sekalipun kalo susah diatur gue ogah! "
"Iya iya! Brisik lo. Gue ke rumah sakit sekarang. " serah Farel lalu mematikan ponselnya.
Farel pergi begitu saja. Tanpa membawa ponselnya, ia langsung meminta izin dari Vania dan segera pergi.
"Aku berangkat sekarang ya Van, hari ini ada meeting dadakan. "
Vania mengerutkan dahi, "kok buru-buru banget, sarapan dulu kak nanti sakit loh, "
"Aku emang sakit Vania, " ucap Farel membatin, lalu tersenyum getir.
"Nggak papa, nanti juga sarapan dikantor. Kamu hati-hati ya dirumah, jaga kesehatan. " ucap Farel mengulurkan senyuman manis kepada Vania.
Sebelum pergi, Farel sedikit berjongkok didepan Vania. Ia mengelus perut Vania yang membesar tengah mengandung darah dagingnya.
"Abi berangkat ya nak, jaga umi baik-baik. Jangan nakal, doain semoga hari ini dan selanjutnya akan terus jadi hari hari baik untuk kita. "
Vania tersenyum kecil, "yaudah, hati-hati ya. " ucap Vania sambil menerima uluran tangan Farel dan menciumnya.
"Berangkat umi, Assalamualaikum." "waalaikumsalamsalam, "
Senyuman di wajah Vania masih melekat. Dia menundukkan kepala, lalu mengelus perutnya pelan pelan.
***
Sesampainya dirumah sakit, Farel langsung berlari kecil mencari ruangan Fauzan."Assalamualaikum, " salam Farel yang langsung mendapati Fauzan didalam ruang kerjanya.
"Waalaikumsalam bang Farel yang gantengnya naudzubillah. " balas Fauzan yang mendapatkan jitakan kepala dari Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...