XIV

92 18 1
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Farel dan Salma berjalan berdampingan. Hal itu kini berhasil membuat semua orang berfikir negatif tentang Farel.

Iyalah wajar. Pasalnya, beberapa jam yang lalu Farel dan Vania. Hingga saat ini, giliran Farel dan Salma. Terlebih Vania dan Salma adalah teman baik.

"Widih makmur banget lo bro. Tadi sama Nia sekarang sama Salma. " goda Dimas.

Farel yang mendengar godaan Dimas itu tersenyum miring. "Bedalah Dim. Kalo Vania itu. Kalo Salma ini. " elak Farel dengan menunjuk kepala Salma dari atas.

Berbeda dengan Farel, Salma malah tengah berperang dengan rasa sesak saat ini. Antara tahu diri, dan berekspektasi tinggi.

Salma tahu baik kalau 'Vania itu' yang dimaksud Farel adalah masa depan. Dan sebaliknya, 'Salma ini' yang di maksud Farel hanyalah seorang sahabat.

"Iya iya gue paham otak lo mah. " serah Dimas yang tidak mau berdebat.

Salma menghentikan langkahnya, tingkah gadis itu berhasil membuat kedua orang pria disampingnya ikut berhenti.

"Kenapa Sal? "
"Salma kelupaan sesuatu kak. Kak Farel sama kak Dimas duluan aja. "Bohong Salma.

Alasan tak lain Salma adalah menghindar. Tidak enak rasanya diposisi dia saat ini.

Farel yang hanya percaya, sang empu menganggukkan kepala paham. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Farel hanya merangkul bahu Dimas dan pergi menjauh.

Andai saja Vania yang ada diposisi Salma. Pasti Farel akan tahu baik apa maksud gerak-gerik sang empu.

Salma tersenyum getir. Tidak, sekali lagi tidak. Salma tidak bisa berharap lebih apalagi memaksakan hak orang lain untuk menyukainya.

Memutar tubuh dan berjalan berbalik arah, Salma menggelengkan kepala samar samar. Kepalanya tertunduk, tanpa ia sadari matanya mulai berkaca-kaca menampung beberapa tetes air mata.

"Nggak se-amin. "

Lu semua be like: jadi, Salma udah tahu kalau Farel suka sama Vania?.

Aku be like: iye.

Flashback On....
Setelah merampungkan sholatnya, Salma mulai kembali bergegas melanjutkan aktifitas-aktifitas selanjutnya.

Contohnya, setelah ini Salma akan menemui Vania yang sudah menunggunya lama didepan mushola kampus.

Just info, Vania lagi dateng bulan makanya nggak sholat.

Melihat Vania yang tampak kebingungan, Salma mengerutkan dahi dan mulai mendekati sang empu. Selain melihat Vania yang kebingungan, Salma juga berhasil melihat kedua botol mineral yang dibawa oleh Vania dikedua tangannya.

"Van, kenapa? bingung amat."

Melihat Salma didepannya, Vania menghembuskan napas lega. Ia mengambil posisi berdiri, dan langsung berjalan mendekati Salma.

"Sal, kasih ini ya ke kak Farel. "
"Lah kok aku? "

Belum sempat Salma menolaknya, Vania langsung memberikan satu botol mineral itu kepada Salma.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang