XII

122 21 1
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

"Lah, dimana anak ini. "
"Abi cari siapa? " tanya Vania kepada Abdullah yang tengah mencari keberadaan seseorang.

"Itu, abi lagi nyari nak Farel. Tadi abi suruh dia nunggu tapi lupa nunggu dimana. "

Vania terkekeh kecil. Semakin tua, abi nya itu semakin menjadi orang pelupa melupakan sesuatu dengan mudah.

"Kak Farel kan di ruang tamu abi. " jelas Vania membantu mengingatkan.

Abdullah menepuk pelan dahinya. "Astaghfirullah abi lupa. Nak, bisa bantu abi? "
"Bantu apa abi? " tanya Vania sambil menerima sodoran pakaian dari Abdullah.

"Ini baju abi, tolong kamu kasih ke nak Farel. Bilangin buat mandi ganti pakaian pake ini abis itu kita mulai syukurannya. " jelas Abdullah yang mendapatkan anggukan kepala dari Vania.

"Oh iya abi, "

***
Vania menghembuskan napasnya pelan. Ia tidak berani menyentuh Farel, dan hanya terus membangunkan sang empu dengan memanggilnya pelan.

"Kak Farel, "

Tidak butuh waktu lama, akhirnya Farel membuka kedua matanya pelan. Ia tersenyum kecil ketika berhasil mendapati Vania yang sudah duduk disampingnya.

"Eh iya, sorry gue ketiduran. "

Vania tersenyum kecil, "kak mandi gih. Ini baju gantinya, abis itu dateng ya ke pesantren udah ditungguin yang lain. "

Farel mengerutkan dahi. Ia melihat sebentar jam yang melingkar dipergelangan tangan, lalu kembali menghela napas ketika mengingat sesuatu.

Farel lupa kalau sebentar lagi akan ada syukuran. Karna capek mungkin.

"Oh iya, thanks ya. "

Vania mengangguk.

"Btw kamar mandinya dimana? " tanya Farel yang tidak tahu letak kamar mandi.

"Ayo Vania antar. "

Farel membangkitkan dirinya. Ia membuang jauh jauh rasa malas geraknya yang sedari tadi sudah menumpuk.

Farel berjalan pelan dibelakang Vania, sang empu menunjuk pintu khas kamar mandi yang ada di bagian paling belakang rumah.

"Itu kak, "
"Oke, makasih. "

***
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya orang yang mereka tunggu tunggu sudah datang.

Bukan hanya Abdullah yang pangling melihat Farel, begitupun dengan Salma dan Vania mereka berdua akui Farel benar benar tampan.

Berbeda dengan santri putra-putri yang saat ini menatap Farel aneh, bukan karena terheran dengan ketampanannya melainkan tengah meyakinkan diri sendiri kalau itu bukan Firman. Susah memang membedakannya.

Farel mengucapkan salam kepada semua orang. Kemeja putih, celana hitam dan sorban dikepalanya benar benar berhasil menambah aura tampan sang empu.

"Masyaallah jodoh orang, " bisik Salma tepat disamping telinga Vania.

Vania mengerutkan dahi, "astaghfirullah Salma nggak boleh gitu. "

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang