SE-IMAN tak SE-AMIN"Mau berangkat nak? " tanya Abdullah kepada Vania.
Vania yang merasa ditanya, kini sang empu menatap abi nya sekilas lalu kembali memakai sepatunya.
"Iya abi, Vania udah kesiangan. "
Benar-benar Salma selalu saja bisa menguji kesabaran Vania. Baru saja beberapa menit yang lalu, Vania berpesan agar Salma menunggunya tapi sang empu sudah pergi terlebih dahulu.
"Nggak bareng Salma? " tanya Abdullah kembali sambil menerima satu cangkir kopi dari Sajidah.
Sajidah pun mengambil posisi duduk didekat Abdullah.
"Nggak Abi, tadi Salma udah izin berangkat dulu. "
"Kamu sih bangunnya kesiangan terus. " protes Sajidah yang mendapatkan kekehan kecil dari Vania.Sehabis Sholat subuh, Vania memang memutuskan untuk kembali tidur karna kantuknya terus menyerang.
"Yaudah ya abi, umi, Vania mau berangkat dulu. " izin Vania sambil mengulurkan tangannya.
Sajidah menatap sendu putrinya, "mau umi mintain tolong sama nak Firman buat anterin kamu? "
Vania menggeleng. Senyuman manisnya yang sang empu terbitkan kini langsung padam ketika mendengar nama Firman disebut.
"Nggak usah Umi, ingat kata abi, jangan kebanyakan ngerepotin orang lain. " jelas Vania yang mendapatkan kekehan kecil dari Abdullah dan Sajidah.
Abdullah menerima uluran tangan Vania, tangannya yang lain juga mengelus kepala putri semata wayangnya itu.
"Assalamualaikum, Vania berangkat ya. "
Sajidah dan Abdullah tersenyum, "Waalaikumsalam. " sahut keduanya menatap punggung Vania yang mulai menjauh.
***
"Bajingan lo semua! "Farel menyapu sekitarnya dengan tatapan tajam. Bagaikan mata elang ketika melihat mangsanya, tidak segan segan Farel langsung mencekik leher Satria tanpa ampun.
"Nggak seharusnya lo lakuin ini!. Kemarin Vania, dan sekarang lo mau bales dendam ke Salma?! Banci lo Sat! "
Brugh..
Satria memegangi sudut bibirnya yang berdarah, entah kenapa nyalinya sangat ciut kalau sudah didepan Farel.Tidak jauh dari mereka, Salma menangis tersedu sedu. Ia memeluk kakinya yang ditekuk sambil menyaksikan perlakuan Farel kepada Satria.
Semua saksi mata disana tidak bisa bertindak. Terlebih Dimas yang biasa menjadi pelerai, kini sang empu hanya mematung tidak bisa berlaku apapun. Satria memang pantas mendapatkannya.
"Nafsu gue lebih besar daripada rasa takut gue ke elo Rel. " ucap Satria menyeringai.
Tangan Farel semakin kasar menyekik leher Satria, "bajingan lo! " Hingga Satria tidak berdaya pun, Farel terus menerus memukuli sang empu hingga suara lirih menghentikannya.
"Kak, udah. "
Farel memalingkan wajah dari Satria, ia menatap Salma yang masih setia menangis, lalu menepis Satria yang ada didepannya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...