XXIX

94 21 1
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Pagi ini Salma sudah mulai merasa lebih baik. Masih ada beberapa rasa sakit dilubuk hatinya, tapi apa yang harus dia lakukan? Melawan takdir? Tidak.

Salma hanya butuh belajar ikhlas. Ya, harus belajar ikhlas.

Salma tersenyum getir menatap bayangan wajahnya di cermin. Di belakangnya, Muslimah juga tersenyum kecil lalu menghembuskan napas berat mendekati Salma.

"Maafin umi, sayang. " Muslimah memeluk Salma dari belakang.

Saat itu juga, Salma langsung membalikan diri dan tersenyum hangat menatap sang empu.

"Ini bukan salah Umi. Semuanya Salma anggap hanya sebuah kecelakaan kecil. "

"Salma ikhlas umi. Salma salah karna sudah meragukan takdir Allah."

Keduanya saling memandang, Muslimah memeluk Salma, dan langsung dibalas hangat oleh sang empu.

"Berangkat?" tanya Muslimah kepada Salma.

Salma tahu maksud umi nya. Hari ini, adalah hari pulangnya Farel dari pesantren. Mungkin saja dirumah Vania akan diadakan penyambutan kecil menyambut calon menantunya.

Salma menganggukkan kepala paham. Senyumnya tidak pernah pudar ia terbitkan.

"Iya umi, berangkat. "

***
"Bang, mau pulang ya? " tanya Azmi yang tengah menyaksikan kemas kemas Farel.

Farel yang merasa diajak bicara kini langsung menoleh, ia tersenyum kecil menatap Azmi yang tengah menatapnya sendu.

"Mau ikut nggak? " Farel balik bertanya.

Azmi menghembuskan napas pelan. Kalau ditanya seperti itu pasti dia mau. Tapi tidak mungkin kalau Azmi pulang tanpa persetujuan orang tuanya.

"Nggak bang. Pasti ibu sama bapak nggak ngizinin. "

Mendengar celoteh Azmi, Farel berhasil dibuat bingung dengan mengerutkan dahi.

"Kenapa emang? "
"Nanggung. Pasti nanti mereka bilangnya gini 'siapa suruh berangkat lagi. Pulang nanti hari raya kurang dua hari'. "Hafal Azmi. Pasalnya, baru saja kemarin orang tuanya menelpon dan mengatakan hal tersebut.

Farel terkekeh mendengar sahutan Azmi. Dan hal itu tentu saja semakin membuat mood Azmi tambah jelek.

"Yaudah, lo fokus aja dulu disini. Bentar lagi kan hari raya, nah nanti kita ketemu lagi. "

Azmi tersenyum getir. Ia menganggukkan kepala paham, lalu menenggelamkan wajahnya dilipatan kedua tangan sembari menunggu kemas Farel selesai.

***
Farel tersenyum lebar kepada pak kiyai. Begitupun sebaliknya, sang empu langsung membalas senyuman Farel tak kalah hangat darinya.

"Assalamualaikum pak kiyai, "
"Waalaikumsalam warahmatullah. "

Tampak dengan jelas, kalau Hamzah sudah paham dan tahu apa tujuan Farel menemuinya. Tentu saja meminta izin pulang.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang