SE-IMAN tak SE-AMINH-1 sebelum nikah.
Vania terduduk damai di ruang tamu rumahnya. Matanya menerawang lurus memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
Tadi pagi, Sajidah mengatakan kepada Vania kalau hari ini akan ada MUA make up yang datang untuk menanyakan model make up seperti apa yang Vania inginkan.
Selain itu, akan ada juga desainer henna yang akan meng-hena tangan calon pengantin mereka.
Oleh karena itu Vania lebih memilih duduk diruang tamu, sembari menunggu orang orang tersebut.
Tidak lama kemudian, Abdullah datang bersama Sajidah. Kedatangan mereka tidak disadari oleh Vania, hingga akhirnya Abdullah berdehem dan membuyarkan lamunan Vania.
"Eh, abi umi. Maaf, Vania ngelamun."
Abdullah bertukar pandang dengan Sajidah, keduanya saling terkekeh kecil menertawakan ucapan Vania.
"Mikirin apa sih sampe ngelamun ngelamun segala?. "
Sambil mendekatkan teh hangat Abdullah, Sajidah pun langsung menjawab pertanyaan suaminya tadi.
"Abi ini, Vania pasti mikirin calon suaminya lah, siapa lagi emang kalo bukan nak Farel? "
Kekehan Abdullah dan Sajidah semakin terdengar jelas. Dan Vania, dia hanya menundukkan kepala dalam dalam.
Bukan tundukan malu, melainkan tundukan malas ketika orang lain membicarakan Farel didepannya.
"Subhanaallah, nggak kerasa ya Vania kecil udah dewasa sekarang." canda Abdullah.
Vania tersenyum kecil, begitu juga dengan Sajidah, ia mengelus pelan kepala Vania yang terbalut jilbab.
"Iya abi, nggak kerasa juga anak kita ini bakal beda atap lagi sama kita." tambah Sajidah, yang kali ini membuat Vania sedikit terkejut.
"Nggak umi. Vania mau disini aja. Kalau Farel mau ya Farel disini aja. Pokoknya Vania nggak mau ninggalin abi sama umi. "
Lagi lagi ucapan Vania itu berhasil menjadi sumber tawanya Sajidah dan Abdullah.
Tapi saat itu juga, Abdullah menepuk pelan bahu Sajidah agar sang empu tidak lagi menertawakan putrinya.
Abdullah mengambil posisi duduk disamping Vania. Ia tersenyum kecil, lalu mengelus pelan bahu sang empu dan siap memberikan nasihat-nasihat kepada putrinya.
"Vania, setelah menikah itu kehidupan lama kita akan berubah seratus delapan puluh derajat ke dalam kehidupan baru kita. "
Vania menoleh, ia menatap abi nya dalam-dalam berusaha mencerna ucapan sang empu agar bisa ia jadikan penerangan.
"Contohnya, tidak lagi satu atap dengan orang tua. Setelah menikah, kehidupan baru kamu akan kembali dimulai nak. Bersama dengan imam kamu, dan anak-anak kamu nanti. "
Sajidah mengangguk setuju dengan ucapan suaminya. Kini ia menatap Vania, yang juga menatap kearahnya dengan tatapan sendu yang masih ada beberapa keraguan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...