VII

135 26 1
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Salma menghembuskan napas pelan, hari ini Vania tidak berangkat karna sakit. Dan terpaksa Salma harus berangkat sendiri tanpa sang empu.

Kamis pagi matahari paginya sangat terik. Langit yang cerah tidak menggambarkan sedikitpun rasa hati Salma yang murung. Apa benar ya alam tengah menertawakan kesedihannya? Ah astaghfirullah.

"Assalamualaikum neng Salma, " sapa seorang pedagang kaki lima yang tengah sibuk dengan aktivitasnya.

Salma tersenyum kecil, tangan kirinya membawa tas, dan tangan kananya masih setia menutupi wajahnya yang panas terpapar sinar matahari.

"Waalaikumsalam bang Mamat," sahut Salma membalas salam bang Mamat.

Bang Mamat adalah salah satu penjual es krim langganan Salma dan Vania. Selain rasa es krimnya yang enak, penjualnya juga baik dan ramah.

"Mau es krim nggak neng? " tawar bang Mamat, Salma menggeleng.

"Salma puasa bang, insyaallah. "Sahut Salma yang berhasil mendapatkan senyuman lebar dari bang Mamat.

"Mashaallah neng Salma teh idaman pisan. "
"Haha nggak kok, puasa kan banyak yang bisa lakuin. "
"Iya sih, yaudah kalo nggak mau, saya pergi ya neng. Mau keliling. "

Salma mengangguk.

"Assalamualaikum, "
"Waalaikumsalam, " sahut Salma sambil menatap kepergian bang Mamat

Tidak lama kemudian, Farel datang. Sang empu tampak tersenyum kecil lalu berlari mendekat ke arah Salma.

Salma hanya menghela napas pelan. Ingin sekali pergi tapi seperti ada sesuatu yang menahannya untuk tidak pergi.

"Salma, Vania dimana? " tanya Farel tapi tidak mendapatkan respon dari Salma.

Jujur, Salma benar benar kecewa setelah mendengar cerita dari Vania tentang anak buah Farel. Salma menatap tajam kedua mata Farel. Kini tidak ada lagi rasa takut, yang ada hanya kecewa yang sangat besar kepada sang empu.

"Salma! " Farel meninggikan nada suaranya.

"Apa? Sekarang kakak puaskan hari ini Vania nggak berangkat?! Vania sakit, dan itu gara gara teman kakak. " sahut Vania menekankan semua kata demi kata.

Jelas saja Farel sangat terkejut. Gara gara apa yang dimaksud Salma? Vania dirumah sakit? Farel membulatkan matanya sempurna ketika ia berhasil mengingat sesuatu.

Beberapa hari lalu Agam mengajaknya untuk ikut serta balapan liar. Jika mereka mengadakan balapan tersebut, pasti akan ada pesta pesta kecil seperti meminum minuman keras.

Apa mungkin Agam dan yang lain mengganggu Vania setelah mereka mabuk? Argh sial. Farel mengepalkan kedua tangannya, ia sangat marah. Farel benar benar marah setelah memahami semuanya.

Salma menggelengkan kepala tak habis pikir. Salma lebih memilih pergi dan meninggalkan Farel saat itu juga.

Begitupun dengan Farel. Ia berjanji, hari ini juga Farel tidak akan mengampuni siapa saja yang sudah berani mengganggu Vania.

***
Vania menatap kosong langit langit atap rumah sakit. Pikirannya terus terbayangi dengan tatapan tatapan mereka yang menatapnya penuh nafsu.

Vania sangat benci dengan mereka. Mereka yang selalu mengganggu dan menganggap semua wanita berjilbab itu lemah. Meskipun tidak ada Farel diantara mereka, posisi dimata teman temannya itu sebagai bos. Orang yang selalu memerintahkan ini itu kepada anak buahnya.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang